Lompat ke isi

Vincent van Gogh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Vincent van Gogh
Sebuah pertengahan hingga akhir 30-an pria menatap ke kiri dengan mantel hijau, dasi abu-abu dan mengenakan topi jerami
Potret diri (1887)
LahirVincent Willem van Gogh
(1853-03-30)30 Maret 1853
Zundert, Belanda
Meninggal29 Juli 1890(1890-07-29) (umur 37)
Auvers-sur-Oise, Perancis
PendidikanAnton Mauve
Dikenal atasLukisan, gambar
Karya terkenalMalam Berbintang, Bunga Matahari, Kamar Tidur di Arles, Potret Dr. Gachet, Kesedihan
Gerakan politikPos-Impresionisme
IMDB: nm0994883 Discogs: 2238691 IMSLP: Category:Gogh,_Vincent_van Find a Grave: 1055 Modifica els identificadors a Wikidata
Bunga Matahari (F.458), repetisi dari versi ke-4 (latar belakang kuning), Agustus 1889.[1] Museum Van Gogh, Amsterdam.
Ladang Gandum dengan Gagak-Gagak, 1890. Museum Van Gogh, Amsterdam.

Vincent Willem van Gogh (Belanda: [ˈvɪnsɛnt ˈʋɪləm vɑn ˈɣɔx] ;[note 1] (30 Maret 185329 Juli 1890) adalah pelukis pasca-impresionis Belanda yang menjadi salah satu figur terkenal dan berpengaruh dalam sejarah seni rupa Barat. Sepanjang satu dekade, ia membuat sekitar 2,100 karya seni, yang meliputi sekitar 860 lukisan minyak, sebagian besar berasal dari dua tahun terakhir masa hidupnya di Perancis, dimana ia wafat. Karya-karya tersebut meliputi lanskap, cuplikan kehidupan, potret dan potret diri, dan dikarakteristikkan dengan warna yang tebal dan dramatis, karya kuas implusif dan ekspresif yang berkontribusi pada pendirian seni rupa modern. Bunuh dirinya 37 tahun berikutnya adalah akibat sakit mental dan kemiskinan.

Lahir dalam sebuah keluarga kelas menengah ke atas, Van Gogh dibesarkan menjadi seorang anak yang serius, pendiam dan telaten. Pada masa muda, ia bekerja sebagai diler seni, sering melakukan perjalanan, namun menjadi tertekan setelah ia pindah ke London. Ia beralih ke agama, menjalani waktu sebagai misionaris Protestan di Belgia selatan. Ia terserang sakit sebelum mulai melukis pada 1881, kembali pulang ke rumah orangtuanya. Adiknya Theo mendukungnya secara finansial, dan keduanya menjalin komunikasi jangka panjang melalui surat menyurat. Karya-karya awalnya, kebanyakan cuplikan-cuplikan kehidupan dan penggambaran-penggambaran dari para buruh tani, berisi beberapa tanda warna vivid yang mengkhaskan karya berikutnya. Pada 1886, ia pindah ke Paris, dimana ia bertemu para anggota avant-garde, yang meliputi Émile Bernard dan Paul Gauguin, yang bereaksi melawan sensibilitas Impresionis. Saat karyanya berkembang, ia membuat sebuah tema baru tentang cuplikan-cuplikan kehidupan dan lanskap-lanskap lokal. Lukisan-lukisannya bertumbuh dalam pewarnaan karena ia mengembangkan sebuah gaya yang sangat terealisasi saat ia singgah di Arles di selatan Perancis pada 1888. Pada masa itu, ia menghimpun materi subyeknya pada pohon zaitun, bunga mawar, ladang gandum dan bunga matahari.

Van Gogh terserang pengakit psikotik dan delusi dan ia mengkhawatirkan stabilitas mentalnya, ia sering memeriksa kesehatan fisiknya, tidak makan sembarangan dan banyak minum-minum. Pertemanannya dengan Gauguin berakhir setelah sebuah konfrontasi yang membuatnya memotong sebagian kuping kirinya sendiri. Ia menjalani waktu di rumah-rumah sakit psikiatris, termasuk sebuah periode di Saint-Rémy. Setelah ia pulih dan pindah ke Auberge Ravoux di Auvers-sur-Oise dekat Paris, ia berada di bawah perawatan dokter homeopatik Paul Gachet. Tekanannya berlanjut dan pada 27 Juli 1890, Van Gogh menembak dirinya sendiri di bagian dada dengan sebuah revolver. Ia wafat akibat luka-lukanya dua hari kemudian.

Van Gogh dianggap gagal pada masa hidupnya, dan dianggap sebagai seorang pria buruk dan gagal. Ia menjadi terkenal setelah ia bunuh diri, dan ada dalam khayalan publik sebagai orang yang secara salah kaprah dikira jenius, "dimana keburukan dan kreativitas berpadu".[6] Reputasinya mulai bertumbuh pada awal abad ke-20 karena unsur-unsur gaya lukisnya merasuk ke para Ekspresionis Jerman dan Fauvis. Ia meraih banyak kesuksesan kritis, komerial dan populer sepanjang berdekade-dekade selanjutnya, dan diingat seorang pelukis penting namun tragis, yang kepribadiannya yang mengalami ketegangan mengkhaskan gagasan romansa dari artis yang tersiksa.

Surat-surat

Vincent van Gogh pada 1873, saat ia bekerja di galeri Goupil & Cie, Den Haag.[7] Theo (gambar kanan, pada 1878) adalah seorang pendukung seumur hidup dan teman dari saudaranya.

Sumber utama paling komprehensif tentang Van Gogh adalah balasan-balasan surat antara ia dan adiknya, Theo. Hubungan seumur hidup mereka, dan sebagian besar apa yang diketahui dari pemikiran dan teori seni rupa Vincent, tercantum dalam ratusan surat yang mereka balas dari 1872 sampai 1890.[8] Theo van Gogh adalah diler seni dan menyediakan saudaranya dengan dukungan finansial dan emosional, dan memiliki hubungan dengan tokoh berpengaruh pada ranah seni kontemporer.[9]

Theo menyimpan semua surat Vincent untuknya;[10] Vincent menyimpan beberapa surat yang ia dapat. Setelah keduanya wafat, janda Theo Johanna memutuskan untuk menerbitkan beberapa surat mereka. Beberapa muncul pada 1906 dan 1913; kebanyakan diterbitkan pada 1914.[11][12] Surat-surat Vincent bersifat elok dan ekspresif dan disebut sebagai "intimasi mirip buku harian",[9] dan terbaca bagian per bagian seperti autobiografi.[9] Penerjemah Arnold Pomerans menyatakan bahwa publikasi-publikasi mereka menambahkan sebuah "dimensi segar untuk memahami pengabdian artistik Van Gogh, sebuah pemahaman yang diraih kami secara virtual tidak bukan dari pelukis lainnya".[13]

Terdapat lebih dari 600 surat dari Vincent ke Theo dan sekitar 40 dari Theo ke Vincent. Terdapat 22 ke saudarinya Wil, 58 ke pelukis Anthon van Rappard, 22 ke Émile Bernard serta surat-surat individual ke Paul Signac, Paul Gauguin dan kritikus Albert Aurier. Beberapa diilustrasikan dengan sketsa.[9] Beberapa tak tertanggal, namun para sejarawan seni dapat menempatkan sebagian besar dalam tatanan kronologi. Masalah-masalah dalam transkripsi dan penanggalan masih ada, terutama dengan surat-surat yang diposkan dari Arles. Sementara itu, Vincent menulis sekitar 200 surat dalam bahasa Belanda, Perancis dan Inggris.[14] Terdapat sebuah hal bersinggungan dalam catatan saat ia tinggal di Paris karena kakak-beradik tersebut tinggal bersama dan tak perlu surat menyurat.[15]

Kehidupan

Masa awal

Vincent Willem van Gogh lahir pada 30 Maret 1853 di Groot-Zundert, di provinsi mayoritas Katolik Brabant Utara, selatan Belanda.[16] Ia adalah anak sulung dari pasangan Theodorus van Gogh, seorang pendeta Gereja Reformasi Belanda, dan Anna Cornelia Carbentus. Van Gogh diberi nama dari kakeknya, dan saudaranya mengalami lahir mati setahun sebelum kelahirannya.[note 2] Vincent adalah sebuah nama umum dalam keluarga Van Gogh: kakeknya, Vincent (1789–1874), yang meraih sebuah gelar dalam bidang teologi di Universitas Leiden pada 1811, memiliki enam putra, tiga diantaranya menjadi diler seni. Vincent ini mengambil nama dari saudara kakeknya sendiri, seorang pemahat (1729–1802).[18]

Ibu Van Gogh berasal dari sebuah keluarga kaya di Den Haag,[19] dan ayahnya adalah putra bungsu dari seorang pendeta.[20] Keduanya bertemu saat adik Anna, Cornelia, menikahi kakak Theodorus, Vincent (Cent). Orangtua Van Gogh menikah pada Mei 1851 dan pindah ke Zundert.[21] Saudaranya Theo lahir pada 1 Mei 1857. Terdapat saudara lainnya, dan tiga saudari: Elisabeth, Anna, dan Willemina (dikenal sebagai "Wil"). Pada masa berikutnya, Van Gogh masih hanya bersentuhan dengan Willemina dan Theo.[22] Ibu Van Gogh adalah seorang wanita relijius dan keras yang membuat pengaruh keluarga pada titik klaustrofobia bagi orang-orang di sekitar mereka.[23] Gaji Theodorus sangat sedikit, namun Gereja menyuplai keluarga tersebut dengan sebuah rumah, seorang pelayan, dua jurumasak, seorang tukang kebun, sebuah kereta kuda, dan Anna memberikan tugas kepada anak-anak pada posisi sosial yang tinggi dari keluarga tersebut.[24]

Vincent ca 1866, pada sekitar usia 13 tahun.

Van Gogh adalah seorang anak yang serius dan berpikiran luas.[25] Ia diajari di rumah oleh ibunya dan seornag pengajar, dan pada 1860, dikirim ke sekolah desa. Pada 1864, ia menempati sebuah sekolah asrama di Zevenbergen,[26] dimana ia merasa ditinggalkan, dan ingin pulang. Sehingga, pada 1866, orangtuanya mengirimkannya ke sekolah menengah di Tilburg, dimana ia makin tak bahagia.[27] Peminatannya terhadap seni rupa dimulai pada masa muda. Ia didorong untuk menggambar semenjak kecil oleh ibunya,[28] dan gambar-gambar awalnya terjual majal,[26] namun tak sebanding dengan kemampuan dari karya berikutnya.[29] Constantijn C. Huysmans, yang telah menjadi artis sukses di Paris, mengajar pada murid di Tilburg. Filsafatnya menolak teknik dalam menangkap impresi-impresi dari suatu hal, terutama objek alam atau umum. Ketidakbahagiaan Van Gogh terlihat membayangi pelajaran-pelajarannya, yang memiliki dampak kecil;[30] pada Maret 1868 ia kembali ke rumah. Ia kemudian menyatakan bahwa masa mudanya "keras dan dingin, dan steril".[31]

Pada Juli 1869, paman Van Gogh, Cent, memberikan sebuah posisi untuknya di diler seni Goupil & Cie di Den Haag.[32] Setelah menyelesaikan pelatihannya pada 1873, ia ditransfer ke cabang London dari Goupil di Southampton Street, dan mengambil penginapan di 87 Hackford Road, Stockwell.[33] Ini adalah masa bahagia bagi Van Gogh; ia sukses berkarya, dan pada usia 20 tahun, menjadi melebihi ayahnya. Istri Theo kemudian menyatakan bahwa ini adalah tahun terbaik dari kehidupan Vincent. Ia menjadi terkesima dengan putri nyonya tanahnya, Eugénie Loyer, namun ditolak setelah mencurahkan perasaan-perasaannya; perempuan tersebut diam-diam bertunangan dengan seorang bekas pemilik penginapan. Ia makin terisolasi dan makin diberi layanan keagamaan. Ayah dan pamannya mengadakan sebuah transfer ke Paris pada 1875, dimana ia mengirim kembali keluaran-keluaran seperti gelar ke firma yang mengurusi seni rupa, dan dikeluarkan setahun kemudian.[34]

Rumah Van Gogh di Cuesmes; saat ia memutuskan untuk menjadi seorang artis

Pada April 1876, ia kembali ke Inggris untuk mengambil pekerjaan tak dibayar sebagai guru suplai di sebuah sekolah asrama kecil di Ramsgate. Saat perguruan tersebut dipindahkan ke Isleworth, Middlesex, Van Gogh juga ikut pindah.[35][36] Ia kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaan tersebut dan menjadi asisten pendeta Methodis.[37] Orangtuanya kemudian pindah ke Etten;[38] pada 1876 ia kembali ke rumah saat Natal selama enam bulan dan bekrja di sebuah toko buku di Dordrecht. Ia merasa tak bahagia dengan pekerjaan tersebut dan menjalani waktunya dengan menyadur atau menerjemahkan pasal-pasal dari Alkitab ke dalam bahasa Inggris, Perancis dan Jerman.[39] Ia memutuskan untuk mencurahkan dirinya sendiri dalam keagamaan, dan makin menjadi saleh dan monastik.[40] Menurut teman se-rumah susunnya pada masa itu, Paulus van Görlitz, Van Gogh bersikap teliti saat makan, menghindari daging.[41]

Untuk pendukung pencurahan keagamaannya dan keinginannya untuk menjadi pastor, pada 1877, keluarganya mengirimkan untuk tinggal dengan pamannya Johannes Stricker, seorang teolog menonjol, di Amsterdam.[42] Van Gogh bersiap untuk ujian teologi besard di Universitas Amsterdam;[43] ia gagal pada ujian tersebut, dan meninggalkan rumah padannya pada Juli 1878. Meskipun juga gagal, ia mengambil sebuah kursus tiga bulan di sebuah sekolah misionaris Protestan di Laken, dekat Brussels.[44]

Pada Januari 1879, ia diberi tugas menjadi misionaris di Petit-Wasmes.[45] di pertambangan batubara Borinage di Belgia. Untuk menunjukkan dukungannya atas kongregasinya, ia memberikan penginapannya di sebuah toko roti kepada seorang tuna wisma, dan pindah ke sebuah gubuk kecil dimana ia tidur di jerami.[46] Kondisi hidupnya simpangh siur tak membuat ia renggang dengan otoritas gereja, yang menyatakan bahwa ia "memahami pendirian keimanan". Ia kemudian berjalan sejauh 75 kilometer (47 mi) ke Brussels,[47] kembali ke Cuesmes di Borinage, diminta orangtuanya untuk kembali ke Etten. Ia singgah disana sampai sekitar Maret 1880,[note 3] yang menyebabkan tekanan dan frustasi bagi orangtuanya. Ayahnya sendiri frustasi dan menasehati agar putranya harus mengajukan suaka di Geel.[49][50][note 4]

Van Gogh kembali ke Cuesmes pada Agustus 1880, dimana ia tinggal dengan seorang penambang sampai Oktober.[52] Ia menjadi meminati masyarakat dan pemandangan di sekitarnya, dan mencatatnya dalam gambar-gambar setelah Theo menyarankan agar ia mengambil bidang seni rupa. Ia pergi ke Brussels setahun kemudian, untuk mengikuti saran Theo agar ia belajar dengan seniman Belanda Willem Roelofs, yang membujuknya – meskipun ia tidak menyukai sekolah seni rupa formal – untuk masuk Académie Royale des Beaux-Arts. Ia mendaftar di Académie pada November 1880, dimana ia belajar anatomi dan aturan-aturan standar dari peragaan dan perspektif.[53]

Etten, Drenthe dan Den Haag

Kee Vos-Stricker dengan putranya Jan ca 1879–80

Van Gogh kembali ke Etten pada April 1881 untuk singgah dengan orangtuanya.[54] Ia masih menggambar, seringkali memakai para tetangganya sebagai subyek. Pada Agustus 1881, sepupunya yang telah menjanda, Cornelia "Kee" Vos-Stricker, putri kakak ibunya Willemina dan Johannes Stricker, datang berkunjung. Ia sering bercerita dan berjalan-jalan dengannya. Kee berusia tujuh tahun lebih tua darinya, dan memiliki seorang putra berusia delapan tahun. Van Gogh mengejutkan setiap orang dengan mendeklarasikan cintanya kepadanya dan mengusulkan pernikahan.[55] Ia menolak dengan berkata "Tidak, tidak mau, tidak akan" ("nooit, neen, nimmer").[56] Setelah Kee kembali ke Amsterdam, Van Gogh datang ke Den Haag untuk menjual lukisan-lukisan dan bertemu sepupu keduanya, Anton Mauve. Mauve adalah seniman sukses yang Van Gogh sanjung.[57] Mauve mengundangnya untuk kembali dalam beberapa bulan, dan menyarankan agar ia menjalani waktu dengan berkarya memakai arang dan pastel; Van Gogh kembali ke Etten dan mengikuti nasehatnya.[57]

Kemudian pada November 1881, Van Gogh menulis sebuah surat kepada Johannes Stricker, dimana ia menyebut Theo sebagai sebuah serangan.[58] Selama berhari-hari, ia pergi ke Amsterdam.[59] Kee tak menemuinya, dan orangtuanya menyatakan bahwa "persistensinya adalah hal yang tak boleh diganggu".[60] Disamping itu, ia memakai tangan kirinya saat memasang lampu, dengan berkata: "Agar aku menyaksikannya selama aku bisa menjaga tanganku di wadah."[60][61] Ia juga tak menghiraukan peristiwa apapun, namun kemudian menyatakan bahwa pamannya merusak wadah tersebut. Ayahnya Kee secara jelas menyatakan bahwa penolakannya diharuskan dan keduanya tak boleh menikah, terutama karena ketidakmampuan Van Gogh untuk mendukung dirinya sendiri.[62]

Mauve mengambil Van Gogh sebagai murid dan mengenalkannya pada warna cair, yang ia pakai selama sebulan berikutnya sebelum pulang pada masa Natal.[63] Ia berseteru dengan ayahnya, menolak pergi ke gereja, dan pergi ke Den Haag.[note 5][66] Dalam sebulan, Van Gogh dan Mauve menjalani waktu dengan menggambar dari pemasangan plaster.[67] Van Gogh hanya mengundang orang-orang dari jalanan sebagai model, sebuah praktik yang tampaknya tak disepakati Mauve.[68] Pada Juni, Van Gogh terserang kencing nanah dan menjalani tiga pekan di rumah sakit.[69] Setelah itu, ia mula-mula melukis memakai minyak,[70] memakai uang yang dipinjam dari Theo. Ia menyukai median tersebut, dan makin meliberalkan lukisannya, menorehkannya di kanvas dan berkarya dengan kuas. Ia menyatakan bahwa ia terkejut terhadap kebaikan dari hasilnya.[71]

Atas Atap, Pemandangan dari Atelier Den Haag, 1882, koleksi pribadi

Pada Maret 1882, Mauve tampak mendingin dengan Van Gogh, dan berhenti membalas surat-suratnya.[72] Ia memahami aransemen domestik baru Van Gogh dengan seorang tuna susila alkoholik, Clasina Maria "Sien" Hoornik (1850–1904), dan putri mudanya.[73] Van Gogh telah bertemu Sien menjelang akhir Januari 1882, saat ia memiliki seorang putri berusia lima tahun dan mengandung. Ia sebelumnya melahirkan dua anak yang sudah wafat, namun Van Gogh tak menyadarinya;[74] pada 2 Juli, ia melahirkan seorang bayi laki-laki, Willem.[75] Saat ayah Van Gogh menyadari detail dari hubungan mereka, ia membujuk agar putranya meninggalkan Sien dan dua anaknya. Vincent mula-mula menolaknya,[76] dan menghiraukan keluarganya di kota tersebut, namun pada akhir 1883, ia meninggalkan Sien dan anak-anaknya.[77]

Kemiskinan telah menekan Sien kembali ke prostitusi; rumah tersebut menjadi kurang bahagia dan Van Gogh merasa kehidupan keluarganya tak sejalan dengan pengembangan artistiknya. Sien memberikan putrinya kepada ibunya, dan bayi Willen kepada saudaranya.[78] Willem mengunjungi Rotterdam saat ia berusia sekitar 12 tahun, saat pamannya membujuk Siem untuk menikah dalam rangka mensahkan anak-anaknya.[79] Ia meyakini Van Gogh adalah ayahnya, namun waktu kelahirannya tampak tak meyakinkan.[80] Sien menenggelamkan dirinya sendiri ke Sungai Scheldt pada 1904.[81]

Pada September 1883, Van Gogh pindah ke Drenthe di utara Belanda. Pada Desember, didorong oleh kesendirian, ia ingin tinggal dengan orangtuanya, yang pada masa itu berada di Nuenen, Brabant Utara.[81]

Menjadi seniman

Nuenen dan Antwerp (1883–86)

Pemakan Kentang, 1885. Museum Van Gogh, Amsterdam

Di Nuenen, Van Gogh berfokus pada lukisan dan gambar. Bekerja di luar ruangan dan sangat cepat, ia menyelesaikan sketsa-sketsa dan lukisan para penenun dan gubuk mereka.[82] Dari Agustus 1884, Margot Begemann, seorang putri tetangga yang lebih tua sepuluh tahun darinya, bergabung dengannya pada pengerjaannya; Margot jatuh cinta dan Gogh pun demikian, meskipun kurang antusias. Mereka ingin menikah, namun pihak keluarga mereka tak menyetujuinya. Margot tertekan dan meracuni dirinya sendiri dengan striknin, namun selamat setelah Van Gogh melarikannya ke rumah sakit terdekat.[75] Pada 26 Maret 1885, ayah Gogh wafat akibat serangan jantung.[83]

Van Gogh melukis beberapa kelompok dari cuplikan kehidupan pada 1885.[84] Selama dua tahun ia singgah di Nuenen, ia menyelesaikan sejumlah gambar dan lukisan warna cair, dan hampir sekitar 200 lukisan minyak. Paletnya utamanya terdiri dari lapisan tanah sombre, terutama coklat tua, dan tak menunjukkan warna-warna vivid yang membedakan karya berikutnya.[85]

Terdapat peminatan dari seorang diler di Paris pada awal 1885.[86] Theo menanyai Vincent jika ia memiliki lukisan-lukisan yang siap untuk dipamerkan.[87] Pada Mei, Van Gogh menjawabnya dengan karya besar pertamanya, The Potato Eaters, dan sebuah serial dari "studi karakter petani" yang meraih ketenaran selama beberapa tahun berkarya.[88] Saat ia mempermasalahkan bahwa Theo tak membuat usaha untuk menjual lukisan-lukisannya di Paris, saudaranya menjawabnya dengan menyatakan bahwa lukisan-lukisan tersebut terlalu berwarna tua, dan tidak sejalan dengan gaya Impresionisme.[85] Pada bulan Agustus, karyanya secara umum dipamerkan untuk pertama kalinya, di jendela-jendela toko diler Leurs di Den Haag. Salah satu petani muda yang sedang duduk yang ia lukis menjadi mengandung pada September 1885; Van Gogh dituduh membuatnya demikian, dan imam desa melarang pihak paroki untuk melayaninya.[89]

Ia pindah ke Antwerp pada bulan November, dan menyewa sebuah kamar di atas toko diler lukisan di rue des Images (Lange Beeldekensstraat).[91] Ia hidup dalam kemiskinan dan makan seadanya, hidup dari yang Theo kirim pada material dan model lukisan. Roti, kopi dan tembakau menjadi bagian dari pola makannya. Pada Februari 1886, ia menulis kepada Theo bahwa ia hanya ingat menyantap hidangan hangat sejak Mei sebelumnya. Giginya menjadi buruk dan luka-luka.[92] Di Antwerp, ia mencurahkan dirinya sendiri untuk mempelajari teori warna dan menjalani waktu di museum-museum — terutama mempelajari karya Peter Paul Rubens – dan memakai paletnya dengan warna-warna yang meliputi karmin, biru kobalt dan hijau permata. Van Gogh membawa cukil-cukil kayu ukiyo-e Jepang di lahan dok, kemudian memasukkan unsur-unsur dari gaya mereka ke dalam latar belakang beberapa lukisannya.[93] Ia kembali menjadi peminum berat,[94] dan berada di rumah sakit antara Februari dan Maret 1886,[95] dimana ia juga diyakini diobati untuk penyakit sifilis.[96][note 6]

Setelah ia pulih, dan disamping ia antipati dengan pengajaran akademik, ia mengambil ujian pemasukan tingkat tinggi di Akademi Seni Rupa Murni di Antwerp, dan pada Januari 1886, bermatrikulasi dalam bidang melukisan dan menggambar. Ia jatuh sakit dan kesehatannya menurun akibat kerja berlebihan, pola makan rendah dan terlalu banyak merokok.[99] Ia mulai menghadiri kelas-kelas menggambar dari model-model plaster di Akademi Antwerp pada 18 Januari 1886. Ia kemudian berseteru dengan Charles Verlat, direktur Akademi dan guru kelas lukis, karena gaya lukisnya yang tak biasa. Van Gogh juga berseteru dengan pengajar kelas gambar Franz Vinck. Van Gogh akhirnya mulai masuk kelas gambar setelah model-model plaster antik diberikan oleh Eugène Siberdt. Kemudian Siberdt dan van Gogh berkonflik saat van Gogh tak memenuhi permintaan Siberdt untuk melukis kontur dan berkonsentrasi pada garis. Saat van Gogh diminta untuk menggambar Venus dari Milo pada kelas gambar, ia membuat gambar seorang wanita petani Flemish telanjang dan tak bertangan. Siberdt menganggapnya bertentangan dengan paduan artistiknya dan membuat koreksi kepada gambar van Gogh dengan krayonnya sehingga menodai kertas tersebut. Van Gogh kemudian melakukan kecaman dan berteriak kepada Siberdt: 'Kau benar-benar tak mengetahui seperti apa seorang wanita muda, Persetan! Seorang wanita harus memiliki pinggul, pantat, panggul dimana ia dapat menggendong seorang bayi!' Menurut beberapa catatan, ini menjadi terakhir kalinya van Gogh menghadiri kelas-kelas di Akademi tersebut dan kemudian ia pergi ke Paris.[100] Pada 31 Maret 1886, sekitar sebulan setelah berseteru dengan Siberdt, para guru Akademi memutuskan agar 17 murid, termasuk van Gogh, mengulang setahun. Cerita bahwa van Gogh dikeluarkan dari Akademi oleh Siberdt masih tak jelas.[101]

Paris (1886–88)

Henri de Toulouse-Lautrec, Potret Vincent van Gogh, 1887, gambar pastel, Museum Van Gogh, Amsterdam

Van Gogh pindah ke Paris pada Maret 1886 dimana ia berbagi rumah susun rue Laval dengan Theo di Montmartre, dan belajar di studio Fernand Cormon. Pada bulan Juni, kakak beradik tersebut mengambil sebuah rumah susun yang lebih besar di 54 rue Lepic.[102] Di Paris, Vincent melukis potret-potret para teman dan pemandangan, lukisan cuplikan kehidupan, pemandangan Le Moulin de la Galette, pemandangan di Montmartre, Asnières dan sepanjang Seine. Pada 1885 di Antwerp, ia menjadi berminat dengan cetakan blok kayu ukiyo-e Jepang, dan memakainya untuk menghias tembok studionya; saat di Paris, ia mengumpulkan ratusan dari mereka. Ia berupaya membuat Japonaiserie, menempatkan sebuah figur dari sebuah reproduksi pada sampul majalah Paris Illustre, The Courtesan or Oiran (1887), dari Keisai Eisen, yang kemudian ia perbesar dalam sebuah lukisan.[103]

Setelah menyaksikan potret Adolphe Monticelli di Galerie Delareybarette, Van Gogh mengadopsi palet yang lebih besar dan lebih tebal, terutama dalam lukisan-lukisan seperti Pemandangan Laut di Saintes-Maries (1888).[104][105] Dua tahun kemudian, Vincent dan Theo dibayar untuk publikasi sebuah buku tentang lukisan-lukisan Monticelli, dan Vincent membawa beberapa karya Monticelli untuk menambah koleksinya.[106]

Van Gogh mempelajari tentang atelier buatan Fernand Cormon dari Theo.[107] Ia berkarya di studio tersebut pada April dan Mei 1886,[108] dimana ia menjalin hubungan dengan seniman Australia John Peter Russell,[109] dan bertemu murid sejawatnya Émile Bernard, Louis Anquetin dan Henri de Toulouse-Lautrec – yang melukis potretnya memakai pastel. Mereka bertemu di toko alat lukis Julien "Père" Tanguy,[108] (yang pada masa itu merupakan satu-satunya tempat dimana lukisan-lukisan buatan Paul Cézanne disimpan). Pada 1886, dua pameran besar diadakan disana, menampilkan Pointillisme dan Neo-impresionisme untuk pertama kalinya, dan mengirim perhatian kepada Georges Seurat dan Paul Signac. Theo menyimpan stok lukisan Impresionis di galerinya di jalan Montmartre, namun Van Gogh terlambat dalam memahami perkembangan baru dalam seni rupa tersebut.[110]

Konflik berkembang antar kakak adik tersebut. Pada akhir 1886, Theo menganggap tinggal bersama dengan Vincent merupakan hal yang "hampir tak merasuk".[108] Pada akhir 1887, mereka kembali berdamai, dan Vincent pindah ke Asnières, sebuah anak perkotaan barat laut Paris, dimana ia memahami Signac. Ia mengadopsi unsur-unsur Pointillisme, sebuah teknik dimana sejumlah titik berwarna kecil ditorehkan di kanvas yang saat dilihat dari kejauhan mereka membentuk sebuah campuran optik dari perwujudan. Gaya tersebut menekankan kemampuan warna komplementer – yang meliputi biru dan jingga – untuk membentuk vibran yang kontras.[87][108]

Saat di Asnières, Van Gogh melukis taman, restoran dan Seine, termasuk Jembatan di sepanjang Seine, Asnières. Pada November 1887, Theo dan Vincent berteman dengan Paul Gauguin yang sedang datang ke Paris.[111] Menjelang akhir tahun, Vincent mengadakan sebuah pameran di sepanjang Bernard, Anquetin, dan mungkin Toulouse-Lautrec, di Restoran Grand-Bouillon, du Chalet, nomor 43 jalan de Clichy, Montmartre. Dalam catatan kontemporer, Bernard menyatakan bahwa pameran tersebut mendorong hal lainnya di Paris.[112] Disana, Bernard dan Anquetin menjual lukisan-lukisan pertama mereka, dan Van Gogh bertukar karya dengan Gauguin. Diskusi tentang seni rupa, seniman, dan keadaan sosial mereka dimulai saat pameran tersebut, berlanjut dan meluas dengan meliputkan para pengunjung ke acara tersebut, seperti Camille Pissarro dan putranya Lucien, Signac dan Seurat. Pada Februari 1888, merasa puas tinggal di Paris, Van Gogh hengkang, yang telah melukis lebih dari 200 lukisan selama dua tahun disana. Berjam-jam sebelum keberangkatannya, ditemani oleh Theo, ia menjalani kunjungan pertama dan satu-satunya ke Seurat di studionya.[113]

Puncak artistik

Arles (1888–89)

Rumah Kuning, 1888. Museum Van Gogh, Amsterdam

Sakit akibat minum-minum dan kecanduan merokok, pada Februari 1888, Van Gogh mengungsi ke Arles.[14] Ia tampaknya berpindah atas alasan mendirikan sebuah koloni seni rupa. Seniman Denmark Christian Mourier-Petersen menjadi pengikutnya selama dua bulan, dan yang mula-mula membuat Arles tampak eksotis. Dalam sebuah surat, ia menyebutnya sebagai desa asing: "para Zouave, rumah-rumah bordil, anak-anak kecil Arlésienne mengikuti Komuni Pertamanya, imam melayaninya, yang tampak seperti badak berbahaya, orang-orang meminum absinthe, semuanya menampakkanku makhluk-makhluk dari dunia lainnya."[114]

Masa di Arles menjadi salah satu masa paling berharga bagi Van Gogh" ia menyelesaikan 200 lukisan, dan lebih dari 100 gambar dan warna cair.[115] Ia ditunjang oleh pemandangan lokal dan sinar; karya-karyanya pada masa itu kaya akan warna kuning, ultramarine dan mauve. Lukisan-lukisannya meliputi kegiatan panen, ladang gandum dan pemandangan desa secara umum dari kawasan tersebut, yang meliputi Pabrik Tua (1888), sebuah struktur indah yang membatasi ladang-ladang gandum.[116] Ini adalah salah satu dari tujuh kanvas yang dikirim ke Pont-Aven pada 4 Oktober 1888 dalam sebuah barter karya dengan Paul Gauguin, Émile Bernard, Charles Laval dan lain-lain.[116]

Lukisan-lukisan pemandangan Arles diberitahukan oleh pemberitahuan berbahasa Belanda buatan Van Gogh; karya-karya dari ladang dan jalanan tampak datar dan kurang perspektif, namun bagus dalam pemakaian warna mereka.[117] Apresiasi barunya terlihat dalam rangkaian dan cangkupan karyanya. Pada Maret 1888, ia melukis pemandangan-pemandangan memakai "wadah perspektif"; tiga karya ditampilkan di pameran tahunan Société des Artistes Indépendants. Pada April, ia dikunjungi oleh seniman Amerika Dodge MacKnight, yang tinggal di dekat Fontvieille.[118][119] Pada 1 Mei 1888, untuk 15 franc per bulan, ia menandatangani penyewaan untuk salap timur Rumah Kuning di 2 place Lamartine. Kamar-kamarnya tak memiliki perabotan dan telah tak didiami selama berbulan-bulan.[120]

Pada 7 Mei, Van Gogh pindah dari Hôtel Carrel ke Café de la Gare,[121] bertema dengan para pengurus properti, Joseph dan Marie Ginoux. Rumah Kuning diberikan perabotan sebelum ia benar-benar berpindah kesana, namun ia dapat memakainya sebagai sebuah studio.[122] Ia ingin sebuah galeri untuk menyimpan karyanya, dan memulai serangkaian lukisan yang kemudian meliputi Kursi Van Gogh (1888), Kamar Tidur di Arles (1888), Kafé Malam (1888), Teras Kafé di Malam Hari (September 1888), Malam Berbintang di Atas Rhone (1888), dan Cuplikan Kehidupan: Vas dengan Dua Belas Bunga Matahari (1888), semuanya ditujukan untuk dékorasi untuk Rumah Kuning.[123]

Van Gogh menulis bahwa dengan Kafé Malam, ia berusaha "untuk mengekspreksikan gagasan bahwa kafe adalah sebuah tempat dimana orang dapat menjatuhkan dirinya sendiri, menjadi jahat, atau melakukan kejahatan".[124] Saat ia mengunjungi Saintes-Maries-de-la-Mer pada bulan Juni, ia memberikan pelajaran kepada seorang letnan kedua Zouave – Paul-Eugène Milliet[125] – dan melukis perahu-perahu di laut dan desa.[126] MacKnight mengenalkan Van Gogh dengan Eugène Boch, seorang pelukis Belgia yang terkadang singgah di Fontvieille, dan keduanya saling berbalas kunjungan pada bulan Juli.[125]

Kunjungan Gauguin (1888)

Paul Gauguin, Pelukis Bunga Matahari: Potret Vincent van Gogh, 1888. Museum Van Gogh, Amsterdam

Saat Gauguin sepakat untuk mengunjungi Arles pada 1888, Van Gogh mengharapkan persahabatan, dan realisasi dari gagasan kolektif dari seniman. Saat menunggu, pada bulan Agustus, ia melukis Bunga Matahari. Saat Boch berkunjung lagi, Van Gogh melukis potret darinya, serta studi Penyair Melawan Langit Berbintang.[127][note 7]

Dalam persiapan untuk kunjungan Gauguin, Van Gogh membawa dua kasur atas nasehat dari petinggi pos stasiun Joseph Roulin, yang potretnya ia lukis. Pada 17 September, ia menjalani malam pertamanya di Rumah Kuning yang masih berisi perabotan.[129] Saat Gauguin berkarya dan tinggal di Arles dengannya, Van Gogh mulai mengerjakan Dékorasi untuk Rumah Kuning, yang diyakini merupakan upaya paling ambisius yang pernah ia lakukan.[130] Ia menyelesaikan dua lukisan kursi: Kursi Van Gogh dan Kursi Gauguin.[131]

Setelah dibujuk Van Gogh, Gauguin datang ke Arles pada 23 Oktober, dan pada November , keduanya melukis bersama. Gauguin menggambar Van Gogh dalam Pelukis Bunga Matahari buatannya; Van Gogh melukis gambar-gambar dari memori, sesuai saran Gauguin. Salah satu lukisan "imajinatif" tersebut adalah Kenangan Taman di Etten.[132][note 8] Kerja patungan luar ruangan bersama pertama mereka berada di Alyscamps, saat mereka membuat gambar-gambar Les Alyscamps.[133] Lukisan tunggal yang Gauguin selesaikan saat kunjungannya adalah Van Gogh Melukis Bunga Matahari.[134]

Van Gogh dan Gauguin mengunjungi Montpellier pada Desember 1888, dimana mereka menyaksikan karya-karya buatan Courbet dan Delacroix di Musée Fabre.[135] Hubungan mereka mulai merenggang; Van Gogh mengecam Gauguin dan ingin diperlakukan setara, namun Gauguin bersikap arogan dan mendominasi, yang membuat Van Gogh menjadi tertekan. Mereka sering cekcok; Van Gogh makin khawatir jika Gauguin menjauhinya, yang Van Gogh sebut sebagai salah satu "tekanan bulat", yang dengan cepat berujung pada titik krisis.[136]

Rumah Sakit di Arles (Desember 1888)

Laporan surat kabar lokal tertanggal 30 Desember 1888 mencatat mutilasi diri Van Gogh.[137]

Penjelasan langsung dari peristiwa yang membuat Van Gogh memutilasi telinganya sendiri tidak diketahui. Lima belas tahun kemudian, Gauguin mengklaim bahwa malam tersebut melibatkan beberapa sebab dari perilaku yang dilakukan secara fisik.[138] Hubungan mereka bersifat kompleks, dan Theo meminta uang kepada Gauguin, yang dilakukan agar kakak beradik tersebut dapat memakainya secara finansial.[139] Sangat tampak bahwa Van Gogh menyadari bahwa Gauguin berencana untuk hengkang.[139] Pada keesokan harinya saat hujan deras, dua orang tersebut berada di Rumah Kuning.[140] Gauguin melaporkan bahwa Van Gogh mengikuti saat Gauguin meninggalkan rumah tersebut dengan berjalan, dan "memergokiku, sebuah silet terbuka di tangannya".[140] Catatan tersebut tak selaras;[141] Gauguin hampir terkadang absen dari Rumah Kuning pada malam hari, tampaknya berada di hotel.[140]

Setelah cekcok dengan Gauguin, Van Gogh kembali ke kamarnya, dimana ia diserang oleh suara-suara dan memotong telingan kirinya dengan sebuah silet (entah secara keseluruhan atau sebagian; dalam catatan-catatan berbeda),[note 9] yang menyebabkan pendarahan.[142] Ia memperban lukanya, melapisi telinganya dengan kertas, dan mengirim sebuah kemasan ke seorang wanita di sebuah rumah bordil yang Van Gogh dan Gauguin kenal.[142] Van Gogh ditemukan tak berdaya pada keesokan paginya oleh seorang polisi dan dibawa ke rumah sakit,[145][146] dimana Félix Rey, seorang dokter muda yang masih magang, mengobatinya. Telinga tersebut dikirim ke rumah sakit, namun Rey tak dapat menyatukannya karena terlambat untuk memasangkannya.[140]

Van Gogh tak menceritakan kembali kisah tersebut, dengan menyatakan bahwa ia mengalami kejatuhan mental yang akut.[147] Diagnosisi rumah sakit tersebut adalah "mania akut dengan delirium tergeneralisir",[148] dan selama beberapa hari, kepolisian lokal memerintahkan agar ia berada dalam perawatan rumah sakit.[149][150] Gauguin langsung memberitahukan Theo, yang pada 24 Desember telah berencana menikahi teman lamanya, saudari Andries Bonger, Johanna.[151] Pada sore hari, Theo datang ke stasiun untuk menumpangi kereta malam menuju Arles. Ia datang pada Hari Natal, menenangkan Vincent yang tampak kurang sadar. Pada sore hari, ia meninggalkan Arles untuk perjalanan kembali ke Paris.[152]

Pada masa-masa awal pengobatannya, Van Gogh berulang kali dan gagal membujuk kepada Gauguin, agar berkata kepada polisi yang mengurusi kasus ini untuk "mendorong, Monsinyur, untuk memulihkan pria ini dengan perawatan besar, dan bahwa ia berkata kepadaku untuk berkata kepadanya bahwa aku pergi ke Paris; penglihatanku benar-benar fatal baginya."[153] Gauguin pergi dari Arles, tak pernah melihat Van Gogh lagi. Mereka masih saling berhubungan dan pada 1890, Gauguin mengusulkan agar mereka membentuk sebuah studio d Antwerp. Para pengunjung lainnya di rumah sakit tersebut meliputi Marie Ginoux dan Roulin.[154]

Disamping diagnosis pesimistik, Van Gogh pulih dan pulang ke Rumah Kuning pada 7 Januari 1889.[155] Ia menjalani bulan berikutnya dengan bolak-balik antara rumah sakit dan tempat tinggal, mengalami halusinasi dan delusi.[156] Pada bulam Maret, kepolisian menutup rumahnya setelah sebuah petisi dari 30 orang warga (termasuk keluarga Ginoux) yang menyebutnya "le fou roux" (pria aneh berkepala merah);[149] Van Gogh kembali ke rumah sakit tersebut. Paul Signac mengunjunginya dua kali pada bulan Maret;[157] pada bulan April, Van Gogh pindah ke kamar-kamar yang dimiliki oleh Dr Rey setelah banjir merusak lukisan-lukisan di rumahnya sendiri.[158] Dua bulan kemudian, ia meninggalkan Arles dan secara sukarela memasuki sebuah suaka di Saint-Rémy-de-Provence. Pada sekitaran masa tersebut, ia menulis, "terkadang perasaan melunjak, terkadang teringat masa indah dan masa buruk secara bergantian secara cepat."[159]

Van Gogh menyerahkan karya tahun 1889 Potret Dokter Félix Rey kepada Dr Rey. Dokter tersebut tak memasang lukisan tersebut dan memakainya untuk memperbaiki kandang ayam, kemudian membawanya pergi.[160] Pada 2016, potret tersebut disimpan di Museum Seni Rupa Murni Pushkin dan diperkirakan memiliki harga lebih dari $50 juta.[161]

Saint-Rémy (Mei 1889 – Mei 1890)

Malam Berbintang, Juni 1889. Museum Seni Rupa Modern, New York

Van Gogh masuk suaka Saint-Paul-de-Mausole pada 8 Mei 1889, ditemani oleh perawatnya, Frédéric Salles, seorang rohaniwan Protestan. Saint-Paul adalah sebuah bekas biara di Saint-Rémy, yang berjarak kurang dari 30 kilometer (19 mi) dari Arles, dan dijalankan oleh bekas dokter angkatan laut, Théophile Peyron. Van Gogh memiliki dua sel dengan batas jendela, salah satunya ia pakai sebagai sebuah studio.[162] Klinik dan tamannya menjadi subyek utama dari lukisan-lukisannya. Ia membuat beberapa studi dalam ruangan rumah sakit tersebut, seperti Vestibul Suaka dan Saint-Rémy (September 1889). Beberapa karyanya dari masa ini dikarakteristikkan dengan bentuk putaran obat nyamuk, seperti Malam Berbintang. Ia diperbolehkan sedikit berjalan-jalan, dimana ia melukis sipres dan pohon zaitun, yang meliputi Pohon Zaitun dengan Pegunungan di Latar Belakang 1889, Sipres 1889, Ladang Jagung dengan Sipres (1889), Jalan Desa di Provence pada Malam Hari (1890). Pada September 1889 ia membuat dua versi berikutnya dari Kamar Tidur di Arles.[163]

Akses terbatas untuk hdiup di luar klinik tersebut mengakibatkan penipisan materi subyek. Van Gogh sebagai gantinya mengerjakan tafsiran-tafsiran dari lukisan seniman lainnya, seperti Sang Penabur dan Pemandangan Siang Hari karya Millet, dan ragam-ragam pada karyanya sendiri dari masa sebelumnya. Van Gogh adalah seorang pengikut Realisme dari Jules Breton, Gustave Courbet dan Millet,[164] dan ia membandingkan salinan-salinannya dengan Beethoven saat menafsirkan seorang musisi.[165]

Putaran Para Tahanan (1890) buatannya dilukis berdasarkan pada sebuah engravir karya Gustave Doré (1832–1883). Tralbaut berpendapat bahwa wajah tahanan di bagian tengah lukisan yang menghadap penonton adalah Van Gogh sendiri;[166] Jan Hulsker menentangnya.[167]

Antara Februari dan April 1890, sakit Van Gogh makin parah. Tertekan dan tak dapat menulis, ia masih dapat melukis dan sedikit menggambar pada masa itu,[168] dan ia kemudian menulis kepada Theo bahwa ia membuat beberapa kanvas kecil "dari kenangan ... Ingatan di Utara".[169] Salah satu diantaranya adalah Dua Petani Wanita Membungkuk di sebuah Ladang Terselimuti Salju saat Senja. Hulsker meyakini bahwa kelompok kecil lukisan ini membentuk nukleus dari beberapa gambar dan lembar studi yang menggambarkan lanskap dan figur yang Van Gogh kerjakan pada masa itu. Ia menyatakan bahwa masa pendek tersebut adalah satu-satunya masa dimana sakit Van Gogh memiliki dampak signifikan pada karyanya.[170] Van Gogh membujuk ibunya dan saudaranya untuk mengirim gambar-gambarnya dan dilaksanakan pada awal 1880an sehingga ia dapat mengerjakan lukisan-lukisan baru dari sketsa-sketsa lamanya.[171] Salah satu karya buatannya pada masa ini adalah Pria Tua yang Bersedih ("Di Gerbang Keabadian"), sebuah studi warna yang Hulsker sebut sebagai "kenangan tak terlupakan lainnya dari masa lampau yang panjang".[90][172] Lukisan-lukisan berikutnya menampilkan seorang seniman pada puncak kemampuannya, yang menurut kritikus seni Robert Hughes, "disertai dengan kepercayaan diri dan kerahmatan".[114]

Albert Aurier memuji karyanya dalam Mercure de France pada Januari 1890, dan menyebutnya sebagai "orang pintar".[173] Pada Februari, Van Gogh melukis lima versi dari L'Arlésienne (Madame Ginoux), berdasarkan pada sebuah sketsa kekacauan yang Gauguin buat saat ia membimbing kedua seniman tersebut pada November 1888.[174][note 10] Selain itu pada bulan Februari, Van Gogh diundang oleh Les XX, sebuah perhimpunan dari para pelukis avant-garde di Brussels, untuk ikut serta dalam pameran tahunan mereka. Di makan malam pembukaan, seorang anggota Les XX, Henry de Groux, menghina karya Van Gogh. Toulouse-Lautrec menuntut satisfaksi, dan Signac mendeklarasikan bahwa ia akan melanjutkan pertarungan bagi kehormatan Van Gogh jika Lautrec menyerah. De Groux meminta maaf atas kejadian tersebut dan meninggalkan grup tersebut. Kemudian, saat pajangan Van Gogh disimpan di Artistes Indépendants, Paris, Claude Monet berkata bahwa karyanya adalah hal terbaik dalam acara tersebut.[175] Setelah kelahiran keponakannya, Van Gogh menulis, "Aku memulai menjauhi pembuatan sebuah gambar baginya, untuk digantung di kamar tidur mereka, cabang-cabang kembang almond putih melawan sebuah langit biru."[176]

Auvers-sur-Oise (Mei–Juli 1890)

Rumah Putih di Malam Hari, 1890. Museum Hermitage, St Petersburg, yang dilukis enam pekan sebelum kematian seniman tersebut

Pada Mei 1890, Van Gogh meninggalkan klinik di Saint-Rémy untuk pindah ke wilayah terdekat dengan Dr Paul Gachet di Auvers-sur-Oise dan dengan Theo. Gachet adalah seorang pelukis amatir dan merawat beberapa seniman lainnya – Camille Pissarro telah merekomendasikannya. Impresi pertama Van Gogh adalah bahwa Gachet "lebih sakit ketimbang saya, ini ditunjukkan kepada saya, atau mari tanyakan ke dia."[177]

Akar Pohon, Juli 1890, Museum Van Gogh, Amsterdam

Pelukis Charles Daubigny pindah ke Auvers pada 1861, dan menggambar seniman lainnya disana, termasuk Camille Corot dan Honoré Daumier. Pada Juli 1890, Van Gogh menyelesaikan dua lukisan dari Taman Daubigny, salah satu karya terakhirnya.[178]

Gereja di Auvers, 1890. Musée d'Orsay, Paris

Pada pekan-pekan terakhirnya, di Saint-Rémy, pikiran-pikirannya kembali ke "kenangan-kenangan Utara",[169] dan beberapa dari sekitar 70 lukisan minyak, yang dilukis pada masa-masa di Auvers-sur-Oise, adalah kenangan dari pemandangan-pemandangan utara.[179] Pada Juni 1890, ia melukis beberapa potret dari dokternya, termasuk Potret Dr Gachet, dan satu-satunya etsa buatannya. Dalam setiap karya, sorotannya adalah pada disposisi melankolik Gachet.[180] Terdapat lukisan lainnya yang mungkin belum selesai, yang meliputi Gubuk-gubuk Jerami di sebuah Bukit.[178]

Pada Juli, Van Gogh menulis bahwa ia menjadi merasuk "dalam dataran indah di sebelah perbukitan, tak bertulang seperti halnya laut, bersemarak warna kuning".[181] Ia pertama kali mengabadikan ladang tersebut pada Mei, saat gandumnya muda dan kehijauan. Pada Juli, ia menjelaskan kepada Theo soal "ladang gandum besar di bawah langit mendung".[182]

Ia menyatakan bahwa mereka mewakili "kesedihan dan kesendriian ekstrim"nya, dan bahwa "kanvas-kanvas akan menyatakan kepadamu bahwa aku tak dapat berkata dalam kata-kata, tentang kesehatan dan kesegaran yang aku temukan di sudut desa".[183] Ladang Gandum dengan Gagak-gagak, dari Juli 1890, adalah sebuah lukisan yang Hulsker bahas karena berkaitan dengan "melankoli dan kesendirian ekstrim".[184] Hulsker mengidentifikasikan tujuh lukisan minyak dari Auvers yang menyelesaikan kerampungan dari Ladang Gandum dengan Gagak-Gagak.[185]

Kematian

Artikel tentang kematian Van Gogh dari L'Écho Pontoisien, 7 Agustus 1890

Pada 27 Juli 1890, usia 37 tahun, Van Gogh menembak dirinya sendiri di bagian dada dengan sebuah 7mm Lefaucheux à broche revolver.[186][187] Tak ada saksi mata dan ia meninggal 30 jam setelah insiden tersebut.[160] Penembakan tersebut terjadi di ladang gandum dimana ia melukis, atau sebuah gudang pertanian lokal.[188] Peluru terhimpit oleh tulang rusuk dan mengenai dadanya tanpa menimbulkan kerusakan pada organ-organ dalam – diyakini terhenti oleh letusannya. Ia dapat berjalan kembali ke Auberge Ravoux, dimana ia menemui dua dokter, namun tanpa seorang pembedah yang hadir, peluru tersebut tak diangkat. Para dokter menanganinya sebisa mereka, kemudian meninggalkannya sendirian di kamarnya, menghisap pipanya. Pada keesokan paginya, Theo berada di sebelah saudaranya, menemukannya dalam keadaan baik. Namun selama berjam-jam, keadaan Vincent mulai mengalami kejatuhan, mengalami infeksi tak terobati yang diakibatkan dari lukanya. Ia wafat pada jam-jam awal dari 29 Juli. Menurut Theo, kata-kata terakhir Vincent adalah: "kesedihan akan berlangsung selamanya".[189][190][191][192]

Makam Vincent dan Theo di Auvers-sur-Oise

Van Gogh dikubur pada 30 Juli, di pemakaman munisipal Auvers-sur-Oise. Pemakaman dihadiri oleh Theo van Gogh, Andries Bonger, Charles Laval, Lucien Pissarro, Émile Bernard, Julien Tanguy dan Paul Gachet, bersama dengan dua puluh anggota keluarga, teman, dan warga lokal. Theo kemudian terserang penyakit, dan kesehatannya mulai makin menurun setelah saudaranya wafat. Menyadari dan tak dapat menjalani hidup dengan ketiadaan Vicent, ia wafat pada 25 Januari 1891 di Den Dolder, dan dikuburkan di Utrecht.[193] Pada 1914, Johanna van Gogh-Bonger mengangkat jasad Theo dan memindahkannya dari Utrecht untuk dikuburkan kembali di sebelah Vincent di Auvers-sur-Oise.[194]

Terdapat sejumlah perdebatan tentang sebab penyakit Van Gogh dan dampaknya pada karyanya, dan beberapa diagnosis retrospektif dimunculkan. Konsensus menyatakan bahwa Van Gogh memiliki kondisi episodik dengan periode pemfungsian normal.[195] Perry adalah orang pertama yang mengusulkan penyakit bipolar pada 1947,[196] dan ini didukung oleh psikiatris Hemphill dan Blumer.[197][198] Biokimiawan Wilfred Arnold menyatakan bahwa gejala-gejalanya lebih tertuju kepada porifiria intermiten akut, dengan menyatakan bahwa hubungan populer antara penyakit bipolar dan kreativitas saling berkegantungan.[198] Dari diagnosisi tersebut, keadaannya tampaknya diperburuk oleh malnutrisi, kerja berlebihan, insomnia dan alkohol.[198]

Gaya dan karya

Pengembangan artistik

Malam Berbintang di Atas Rhone, 1888. Musée d'Orsay, Paris

Van Gogh menggambar, dan melukis dengan warna cair saat di sekolah, namun hanya beberapa contoh yang masih ada dan kepengarangan dari beberapa karya telah dipertentangkan.[199] Saat ia memasuki kesenian pada masa dewasa, ia mulai pada tingkat dasar. Pada awal 1882, pamannya, Cornelis Marinus, pemilik sebuah galeri seni rupa kontemporer terkenal di Amsterdam, membujuknya untuk menggambar Den Haag. Karya Van Gogh tak berminat. Marinus menawarkan sebuah komisi kedua, menspesifikasikan materi subyek secara detail, namun kembali ditolak. Van Gogh beralasan; ia bereskperimentasi dengan pencahayaan di studionya memakai beragam bahan, dan dengan alat gambar berbeda. Selama lebih dari setahun, ia berkarya pada figur-figur tunggal – studi tingkat tinggi dalam hitam-putih,[note 11] yang pada masa itu hanya meraih kritikan. Kemudian, karya-karyanya dianggap sebagai adikarya-adikarya awal.[201]

Pada Agustus 1882, Theo memberikan uang kepada Vincent untuk membeli bahan-bahan untuk mengerjakan en plein air. Vincent menyatakan bahwa ia sekarang "melukis dengan semangat baru".[202] Dari awal 1883, ia berkarya pada komposisi multi-figur. Ia memiliki beberapa dari mereka yang difoto, namun saat saudaranya menyatakan bahwa mereka kurang hidup dan segar, ia menghancurkannya dan beralih ke lukisan minyak. Van Gogh beralih ke para seniman Aliran Den Haag terkenal seperti Weissenbruch dan Blommers, dan meraih nasehat teknikal dari mereka, serta dari para pelukis seperti De Bock dan Van der Weele, keduanya adalah generasi kedua dari Aliran Den Haag.[203] Saat ia pindah ke Nuenen setelah masa-masa di Drenthe, ia memulai beberapa lukisan besar namun kebanyakan dihancurkan. Pemakan Kentang dan karya-karya yang menyertainya adalah beberapa karya yang masih ada.[203] Setelah berkunjung ke Rijksmuseum, Van Gogh menulis ajuannya untuk karya kuas ekonomis dan cepat dari Para Master Belanda, khususnya Rembrandt dan Frans Hals.[204][note 12] Ia menyadari bahwa beberapa kelemahannya adalah kurang berpengalaman dan keahlian teknis,[203] sehingga pada November 1885, ia berkunjung ke Antwerp dan kemudian Paris untuk mendalami dan mengembangkan keterampilannya.[205]

Pohon-pohon Zaitun dengan Perbukitan di Latar Belakang, 1889. Museum of Modern Art, New York

Theo mengkritik Pemakan Kentang karena palet berwarna tuanya, yang ia anggap tak sesuai dengan gaya modern.[206] Saat Van Gogh singgah di Paris antara 1886 dan 1887, ia berusaha untuk memajukan palet yang baru dan berwarna lebih muda. Potret Père Tanguy (1887) buatannya menunjukkan kesuksesannya dengan palet yang lebih besarm dab nerupakan bukti dari sebuah gaya kepribadian yang berubah.[207] Risalah berwarna Charles Blanc sangat mempengaruhinya, dan membuatnya berkarya dengan warna-warna komplementer. Van Gogh meyakini bahwa dampak warna lebih deskriptif; ia menyatakan bahwa "warna mengekspresikan beberapa hal dalam hal itu sendiri".[208][209] Menurut Hughes, Van Gogh menganggap warna memiliki "berat psikologi dan moral", seperti yang tertuang dalam warna merah dan hijau dari Kafe Malam, sebuah karya yang ingin ia "tunjukkan semangat besar dari kemanusiaan".[210] Kuning berarti banyak baginya, karena menyimbolkan rasa emosional. Ia memakai warna kuning sebagai simbol sinar matahari, kehidupan dan Allah.[211]

Van Gogh kemudian menjadi pelukis kehidupan dan alam pedesaan,[212] dan pada musim panas pertamanya di Arles, ia memakai palet barunya untuk menggambar pemandangan dan kehidupan pedesaan tradisional.[213] Keyakinannya bahwa sebuah kekuatan berdiri di balik alam membuatnya berusaha untuk mengabadikan sebuah esensi dari kekuatan tersebut, atau esensi alam dalam seni rupanya, terkadang melalui pemakaian simbol.[214] Pencantuman penabur yang ia lakukan, mula-mula dijiplak dari Jean-François Millet, merefleksikan keyakinan agama Van Gogh: penabur sebagai Yesus yang menaburkan kehidupan di bawah kehangatan matahari.[215] Ini adalah tema dan motif yang ia sering tuangkan pada pengerjaan ulang dan pengembangan.[216] Lukisan-lukisan bunga buatannya diisi dengan simbolisme, namun lebih memakai ikonografi Kristen tradisional yang ia buat sendiri, dimana kehidupan berada di bawah matahari dan keryanya adalah sebuah alegori dari kehidupan.[217] Di Arles, dimana ia meraih kepercayaan diri setelah melukis kembang-kembang musim dingin dan belajar untuk mengabadikan sinar matahari, ia melukis Sang Penabur.[208]

Kenangan Taman di Etten (Para Wanita Arles), 1888. Museum Hermitage, St Petersburg

Van Gogh singgah di apa yang ia sebut "penunjukan kenyataan",[218] dan mekritik karya-karya yang terlalu bergaya.[219] Setelah itu, ia menulis bahwa abstraksi Malam Berbintang telah terlalu jauh dan bahwa realitasnya "terlalu jauh dalam latar belakang".[219] Hughes menyebutnya sebagai sebuah momen dari gairah visioner ekstrim: bintang-bintangnya sangat besar, mengingatkan pada Arus Besar karya Hokusai, gerakan di surga di bagian atas terefleksi oleh sipres di bumi yang ada di bawahnya, dan penglihatan pelukis tersebut "diterjemahkan dalam sebuah plasma lukisan yang sangat tegas".[220]

Antara 1885 dan kematiannya pada 1890, Van Gogh tampaknya membangun sebuah oeuvre,[221] sebuah koleksi yang merefleksikan penglihatan pribadinya, dan kemudian sukses secara komersial. Ia terpengaruhi oleh definisi gaya menurut Blanc, bahwa sebuah lukisan yang sebenarnya mengharuskan pemakaian warna optimal, perspektif dan penekanan kuas. Van Gogh menerapkan kata "keperluan" untuk lukisan-lukisan yang ia anggap telah sempurna, berlawanan dengan hal-hal yang ia pikirkan saat belajar.[222] Ia melukis beberapa serial studi;[218] kebanyakan adalah cuplikan kehidupan, beberapa dieksekusi dengan eksperimen warna atau sebagai hadiah-hadiah kepada para teman.[223] Karya di Arles dianggap berkontribusi kepada oeuvre-nya: karya-karya yang ia anggap sangat berpengaruh dari masa itu adalah Sang Penabur, Kafe Malam, Kenangan Taman di Etten dan Malam Berbintang. Dengan penekanan kuas yangbesar, perspektif intensif, warna, kontur dan rancangan, lukisan-lukisan tersebut mewakili gaya yang ia majukan.[219]

Serial besar

L'Arlésienne: Nyonya Ginoux dengan Buku-buku, November 1888. Metropolitan Museum of Art, New York

Pengembangan artistik Van Gogh biasanya berhubungan dengan masa-masa yang ia jalani saat tinggal di tempat-tempat berbeda di sepanjang Eropa. Ia meresapkan dirinya sendiri dalam budaya-budaya lokal dan keadaan-keadaan yang disoroti, meskipun ia mengutamakan seluruh pandangan visual yang sangat individual. Evolusinya sebagai seorang seniman bersifat lambat, dan ia menyadari batas-batas keahliannya sebagai pelukis. Ia sering berpindah tempat tinggal, diyakini untuk menunjukkan dirinya sendiri kepada stimuli visual baru, dan melalui penyorotan yang membangun keterampilan teknikalnya.[224] Sejarawan seni Melissa McQuillan meyakini bahwa pergerakan tersebut juga merefleksikan perubahan gaya pada masa berikutnya, dan bahwa Van Gogh memakai perpindahan tersebut untuk menghindari konflik, dan sebagai mekanisme penjiplakan agar seniman yang idealistik dihadapkan dengan kenyataan dari keadaan-keadaan saat itunya.[225]

Potret

Potret-potret memberikan Van Gogh kesempatan terbaiknya untuk diraih. Ia meyakini bahwa karya-karya tersebut adalah "satu-satunya hal dalam lukisan yang sangat mengubahku dan memberiku sebuah esensi tak terbatas."[223][226] Ia berkata kepada saudarinya bahwa ia ingin melukis potret-potret yang akan mewakili, dan bahwa ia akan memakai warna untuk menangkap emosi dan karakter mereka ketimbang bertujuan untuk realisme fotografi.[227] Orang-orang terdekat Van Gogh kebanyakan absen dari potret-potretnya; ia jarang melukis Theo, Van Rappard atau Bernard. Potret-potret ibunya berasal dari foto-foto.[228]

Pada Desember 1888, ia melukis La Berceuse – sebuah figur yang ia anggap sebaik bunga mataharinya. Karya tersebut memiliki palet terbatas, tekanan kuas yang beragam dan kontur yang sederhana.[219] Karya tersebut tampaknya menjadi sebuah wujud dari potret-potret keluarga Roulin yang diselesaikan di Arles antara November dan Desember. Potret-potret tersebut menunjukkan sebuah peralihan dalam gaya dari tekanan kuas yang terbatas dan cair, dan bahkan permukaan dari Potret Tukang Pos menjadi bergaya frenetik, permukaan melingkar, tekanan kuas besar dan pemakaian pisau palet dalam Nyonya Roulin dengan Bayi.[229]

Potret diri

Potret Diri, September 1889. Musée d'Orsay, Paris

Van Gogh membuat lebih dari 43 potret diri antara 1885 dan 1889.[230][note 13] Karya-karya tersebut biasanya diselesaikan dalam serial, seperti lukisan-lukisan yang dilukis di Paris pada pertengahan 1887, dan masih dilakukan sampai tak lama sebelum kematiannya.[231] Potret-potret yang umumnya dipelajari, dibuat saat periode-periode introspektif saat ia kurang memadukannya dengan yang lainnya, atau saat ia kekurangan model, dan sehingga melukis dirinya sendiri.[223][232]

Potret-potret diri merefleksikan tingkat tinggi secara tak lazim dari ketelitian diri.[233] Seringkali, karya-karya tersebut ditujukan untuk menandai periode-periode penting dalam kehidupanya, contohnya serial Paris pertengahan 1887 dilukis pada saat dimana ia bertemu dengan Claude Monet, Paul Cezanne dan Signac.[234] Dalam Potret Diri dengan Topi Keabu-abuan, pendirian kuat dari lukisan menyebar ke luar kanvas. Karya tersebut adalah potret diri paling terkenal buatannya pada masa itu, "dengan tekanan-tekanan kuas ritmik yang sangat terorganisirnya, dan halo novel yang didatangkan dari repertori Neo-impresionis yang Van Gogh sendiri sebut sebuah kanvas yang 'diperlukan'".[235]

Karya-karya tersebut terdiri dari serangkaian besar perwakilan fisiognomikal.[230] Keadaan mental dan fisik Van Gogh biasanya dimunculkan; ia tampak tak semangat, tak meriah atau dengan sebuah jenggot yang menonjol, dengan mata yang sangat terbenam, rahang yang terlihat, atau tertutup giginya. Beberapa karya menampilkannya dengan bibir lebar, wajah panjang atau tengkorak terlihat, atau fitur-fitur yang dipakai. Rambutnya biasanya merah, atau terkadang berwarna keabu-abuan.[230]

Perwujudan Van Gogh dalam kesendirian ditujukan kepada penontonnya. Potret-potret tersebut memiliki intensitas dan warna yang beragam, dan dalam karya-karya yang secara khusus dilukis setelah Desember 1888, warna-warna vivid menampakkan warna pucat dari kulitnya.[232] Beberapa karya menggambarkan seniman tersebut dengan sebuah jenggot, yang lainnya tak menggambarkannya. Ia dapat terlihat dengan perban dalam potret-potret yang dieksekusi tepat setelah ia memutilasi telinganya. Dalam beberapa karya, ia menggambar dirinya sendiri sebagai seorang pelukis.[230] Karya-karya yang dilukis di Saint-Rémy menampilkan kepala dari arah kanan, sisi yang berlawanan dengan telinganya yang rusak, karena ia melukis dirinya sendiri yang terpantul dari cerminnya.[236][237]

Bunga

Cuplikan Kehidupan: Vas dengan Empat Belas Bunga Matahari, Agustus 1888. Galeri Nasional, London

Van Gogh melukis beberapa pemandangan dengan bunga, yang meliputi mawar, lilac, iris, dan bunga matahari. Beberapa karya menampilkan peminatannya dalam bahasa warna, dan juga dalam ukiyo-e Jepang.[240] Terdapat dua serial bunga matahari sekarat. Yang pertama dilukis di Paris pada 1887 dan menampilkan bunga-bunga yang terhampar di ladang. Set kedua diselesaikan setahun kemudian di Arles, dan merupakan pajangan-pajangan di sebuah vas yang diletakkan dalam sinar pagi hari.[241] Keduanya dihimpun dari karya lukisan berlapis tebal, yang, menurut Galeri Nasional London, melibatkan "tekstur kepala-kepala benih".[242]

Dalam serial tersebut, Van Gogh tak dirasuki oleh peminatan lazimnya dalam mengisi karyanya dengan subyektivitas dan emosi; disamping dua serial tersebut ditujukan untuk menunjukkan kemampuan teknikalnya dan metode pengerjaan kepada Gauguin,[134] saat berkunjung. Lukisan tahun 1888 tersebut dibuat pada masa optimisme yang langka untuk seniman tersebut. Vincent menulis kepada Theo pada Agustus 1888, "Aku melukis dengan gusto dari seorang Marseillais yang menyantap bouillabaisse, yang tak mengejutkanku ketika karya tersebut menjadi sebuah pertanyaan dari lukisan bunga-bunga matahari besar ... Jika aku melakukan rencana ini, akan terdapat puluhan atau berpanel-panel. Seluruh hal tersebut setelah itu akan menjadi sebuah simfoni dalam biru dan kuning. Aku mengerjakannya setiap pagi, dari fajar. Karena bunga-bunga tersebut cepat layu dan itu adalah sebuah bahan dari seluruh hal dalam satu gerakan."[243]

Bunga-bunga matahari dilukis untuk mendekorasi dinding-dinding dalam antisipasi kunjungan Gauguin, dan Van Gogh menempatkan karya-karya individual di sekitaran ruang tamu Rumah Kuning di Arles. Gauguin sangat tersanjung dan kemudian membawa dua karya dari versi Paris.[134] Setelah keberangkatan Gauguin, Van Gogh membayangkan dua versi besar dari bunga matahari sebagai sayap-sayap dari Berceuse Triptych, dan meliputkan mereka dalam Les XX dalam pameran Brussels. Pada saat ini, karya-karya besar dari serial tersebut merupakan salah satu karyanya yang paling dikenal, yang disanjung atas konotasi dari warna kuningnya dan hubungannya dengan Rumah Kuning, ekspresionisme tekanan-tekanan kuas, dan kontras mereka seringkali melawan latar warna tua.[244]

Sipres

Jalan dengan Sipres dan Bintang, Mei 1890, Museum Kröller-Müller, Otterlo

Lima belas kanvas menggambarkan sipres, sebuah pohon yang membiusnya saat berada di Arles.[246] Ia mencurahkan hidupnya kepada pohon-pohon tersebut, yang secara tradisional dipandang sebagai lambang kematian.[214] Serial sipres yang ia mulai di Arles menampilkan pohon-pohon tersebut pada jarak jauh, karena terlintasi lahan-lahan; saat ia berada di Saint-Rémy, ia membuatnya pada jarak dekat.[247] Vincent menulis kepada Theo pada Mei 1889: "Sipres masih mendudukiku, aku sepertinya harus melakukan beberapa hal dengan mereka seperti kanvas-kanvas bunga matahariku", ia ingin berkata, "Mereka berbaris indah dan teratur seperti sebuah obelisk Mesir."[248]

Pada pertengahan 1889, dan atas permintaan saudarinya Wil, Van Gogh melukis beberapa versi yang lebih kecil dari Ladang Gandum dengan Sipres.[249] Karya-karya tersebut dikarakteristikkan oleh impasto yang dilukis secara menekan dan ramai, dan meliputi Malam Berbintang, dimana sipres-sipres mendominasi bagian depan.[246]

Karya-karya lainnya dari periode tersebut meliputi Pohon Zaitun dengan Pegunungan di Latar Belakang (1889, pada sekitaran masa dimana sebuah surat kepada saudaranya yang Van Gogh tulis, "Pada akhirnya, aku memiliki sebuah lanskap dengan zaitun-zaitun"[250]), Sipres (1889), Sipres dengan Dua Figur (1889–90), dan Jalan dengan Sipres dan Bintang (1890).[250] Saat di Saint-Rémy, Van Gogh menjalani waktu di luar suaka, dimana ia melukis pohon-pohon dalam kerindangan zaitun. Dalam karya-karya tersebut, kehidupan alam dilukiskan secara jeli dan artistik seperti sebuah personifikasi dari kehidupan alam, yang menurut Hughes dilapisi dengan "bidang berkelanjutan dari energi dimana alam merupakan sebuah manifestasi".[214]

Kebun buah

Pohon Persik Merah Jambu Bermekaran (Kenangan Mauve), warna cair, Maret 1888. Museum Kröller-Müller

Kebun Buah Berbunga (juga Kebun Buah Bermekaran) adalah salah satu kelompok karya pertama yang diselesaikan setelah kedatangan Van Gogh di Arles pada Februari 1888. 14 lukisan tersebut menampilkan optimistik, kebahagiaan dan secara visual mengekspresikan musim semi yang berkelimpahan. Tempat-tempat tersebut biasanya sensitif dan tak berpenduduk. Ia melukis secara berubah-ubah, dan meskipun ia memakai versi Impresionisme pada serialt ersebut, sebuah esensi kuat dari gaya personal mulai muncul pada masa ini. Penampilan pohon-pohon yang bermekaran, dan peralihan musim, dipandang berkaitan dengan rasa tersanjungnya dan keyakinan terhadap permulaan baru di Arles. Pada saat pohon-pohon tersebut bermekaran di musim semi, ia menemukan "sebuah dunia motif yang tak melebihi Jepang".[251] Vincent menulis kepada Theo pada 21 April 1888 bahwa ia memiliki 10 lukisan kebun buah dan "satu [lukisan] besar dari sebuah pohon ceri, yang aku sukai".[252]

Pada masa itu, Van Gogh menyanjung pemakaian warna muda dengan menambahkan bayangan dan melukis pohon-pohon tersebut saat mereka menjadi sumber terang – hampir dalam sebuah perilaku keramat.[251] Pada awal tahun berikutnya, ia melukis sekelompok kebun buah lainnya yang lebih kecil, termasuk Pemandangan Arles, Kebun Buah Berbunga.[253] Van Gogh disajikan dengan lanskap dan vegetasi dari selatan Perancis, dan sering berkunjung ke taman-taman kebun di dekat Arles. Dalam sorotan vivid dari iklim Mediterania, paletnya menekankannya secara signifikan.[254]

Ladang gandum

Ladang Gandum di bawah Awan Berpetir, 1890, Museum Van Gogh, Amsterdam, Belanda

Van Gogh membuat beberapa lukisan saat berkunjung ke lanskap sekitaran Arles. Ia membuat beberapa lukisan panen, ladang gandum dan pemandangan desa lainnya di kawasan tersebut, termasuk Pabrik Tua (1888); sebuah contoh bagus dari sebuah struktur gambar yang membatasi ladang-ladang gandum di atasnya.[116] Pada beberapa titik, Van Gogh melukis pemandangan dari jendelanya – di Den Haag, Antwerp, dan Paris. Karya-karya tersebut dipadukan dalam seriang Ladang Gandum, yang menggambarkan pemandangan dari sel-selnya di suaka Saint-Rémy.[255]

Beberapa lukisan pada masa berikutnya berifat sombre namun secara khusus optimistik dan, menjelang waktu kematian Van Gogh, merefleksikan keputusannya untuk kembali sehat secara mental. Sehingga, beberapa karya akhirnya merefleksikan perhatian-perhatian mendalamnya.[256][257] Menulis pada Juli 1890, dari Auvers, Van Gogh berkata bahwa ia menjadi terjerumus "di sebuah dataran membius di balik perbukitan, tak bertulang seperti laut, memantulkan warna kuning".[181]

Van Gogh mengabadikan ladang pada bulan Mei saat gandumnya muda dan hijau. Ladang Gandum di Auvers dengan Rumah Putih buatannya menampilkan palet yang lebih menekankan warna kuning dan biru, yang menciptakan esensi harmodi idilik.[258]

Sekitar 10 Juli 1890, Van Gogh menuliskan kepada Theo dari "ladang gandum besar di bawah langit mendung".[259] Ladang Gandum dengan Gagak-gagak menampilkan keadaan pikiran dari seniman tersebut pada hari-hari terakhirnya; Hulsker menyebut karya tersebut sebagai sebuah "lukisan berlapis kubah dengan langit mengancam dan gagak-gagak yang mengintai".[184] Palet warna tua dan tekanan kuasnya yang kuat menunjukkan esensi ancaman.[260]

Reputasi

Johanna van Gogh-Bonger, 1889

Setelah pameran pertama Van Gogh pada akhir 1880an, reputasinya berkembang cepat di kalangan seniman, kritikus seni, diler dan kolektor.[261] Pada 1887, André Antoine menggantung karya-karya Van Gogh bersama dengan karya-karya Georges Seurat dan Paul Signac, di Théâtre Libre, Paris; beberapa karya diantaranya diambil oleh Julien Tanguy.[262] Pada 1889, karyanya disinggung dalam jurnal Le Moderniste Illustré oleh Albert Aurier dengan dikarakteristikkan oleh "api, intensitas, sinar matahari".[263] Sepuluh lukisan ditampilkan di Société des Artistes Indépendants, Brussels pada Januari 1890.[264]

Setelah Van Gogh wafat, pameran-pameran peringatan diadakan di Brussels, Paris, Den Haag dan Antwerp. Karyanya ditampilkan dalam beberapa pameran tingkat tinggi, termasuk enam karya di Les XX; pada 1891, terdapat sebuah pameran retrospektif di Brussels.[264] Pada 1892, Octave Mirbeau menyatakan bahwa bunuh diri Van Gogh adalah sebuah "kehilangan menyedihkan yang tak terbatas bagi seni rupa ... bahkan meskipun masyarakat tak mengerumuni sebuah pemakaman yang luar biasa, dan Vincent van Gogh yang malang, yang meninggalkan alat-alat pendirian dari sebuah wadah keindahan yang jenius, telah berpulang dalam keadaan samar dan terlantar seperti pada masa hidupnya."[262]

Theo meninggal pada Januari 1891, menghapus juara paling terkait dan paling vokal dari Vincent.[265] Janda Theo, Johanna van Gogh-Bonger adalah seorang wanita Belanda yang pada usia dua puluh tahun tak mengetahui suami atau saudara iparnya sangat lama dan sangat memberikan perhatian terhadap beberapa ratus lukisan, surat dan gambar, serta putranya yang masih bayi, Vincent Willem van Gogh.[261][note 14] Gauguin tak berminat atas tawaran bantuan dalam mempromosikan reputasi Van Gogh, dan saudara Johanna, Andries Bonger juga tampaknya tak menghiraukan karyanya.[261] Aurier, salah satu pendukung terawal Van Gogh dari kalangan kritikus, wafat akibat demam tifoid pada 1892 di usia dua puluh tujuh tahun.[267]

Pelukis di Jalan menuju Tarascon, Agustus 1888 (dihancurkan oleh kebakaran pada Perang Dunia Kedua)

Pada 1892, Émile Bernard mengadakan sebuah acara solo kecil dari lukisan-lukisan Van Gogh di Paris, dan Julien Tanguy memamerkan lukisan-lukisan Van Gogh miliknya dengan beberapa karya dari Johanna van Gogh-Bonger. Pada April 1894, Galeri Durand-Rue di Paris sepakat untuk mengambil 10 lukisan dari kediaman Van Gogh.[267] Pada 1896, pelukis Fauvis Henri Matisse, saat itu seorang murid seni yang tidak terkenal, mengunjungi John Peter Russell di Belle Île di lepas Brittany.[268][269] Russell merupakan seorang teman dekat dari Van Gogh; ia mengenalkan Matisse kepada karya buatan orang Belanda, dan memberikannya sebuah gambar Van Gogh. Dipengaruhi oleh Van Gogh, Matisse mengganti palet warna tuanya dengan warna muda.[269][270]

Di Paris pada 1901, sebuah retrospektif Van Gogh besar diadakan di Galeri Bernheim-Jeune, yang disanjung André Derain dan Maurice de Vlaminck, dan berkontribusi terhadap pemulihan Fauvisme.[267] Pameran-pameran kelompok penting diadakan dengan para seniman Sonderbund di Koln pada 1912, Armory Show, New York pada 1913, dan Berlin pada 1914.[271] Henk Bremmer merupakan tokoh penting dalam pengajaran dan perbincangan tentang Van Gogh,[272] dan memperkenalkan Helene Kröller-Müller kepada seni Van Gogh; ia menjadi seorang kolektor giat dari karyanya.[273] Figur-figur awal dalam Ekspresionisme Jerman seperti Emil Nolde memberikan sebuah perhatian kepada karya Van Gogh.[274] Bremmer membantu Jacob Baart de la Faille, saat meluncurkan catalogue raisonné L'Oeuvre de Vincent van Gogh pada 1928.[275][note 15]

Ketenaran Van Gogh meraih puncak pertamanya di Austria dan Jerman sebelum Perang Dunia I,[278] dibantu oleh penerbitan surat-suratnya dalam tiga volume pada 1914.[279] Surat-suratnya bersifat ekspresif dan literat, dan dianggap sebagai salah satu tulisan abad ke-19 terdepan dari jenisnya.[9] Hal ini memulai sebuah mitologi terkompilasi Van Gogh sebagai seorang pelukis intens dan terdedikasi yang berkorban demi seninya dan mati muda.[280] Pada 1934, novelis Irving Stone menulis sebuah novel biografi dari kehidupan Van Gogh berjudul Lust for Life, berdasarkan pada surat-surat Van Gogh ke Theo. Novel tersebut dan film tahun 1956 makin mengukir ketenarannya, khususnya di Amerika Serikat dimana Stone hanya mengetahui beberapa ratus orang yang mengetahui van Gogh sebelum buku berpenjualan terbaik mendadaknya.[281][282]

Pada 1957, Francis Bacon mendasarkan serangkaian lukisan pada reproduksi dari Pelukis di Jalan menuju Tarascon buatan Van Gogh, yang karya aslinya hancur saat Perang Dunia Kedua. Bacon terinspirasi oleh sebuah gambar yang ia sebut "menghantui", dan menganggap Van Gogh sebagai orang luar yang terasingkan, sebuah keadaan yang terulang padanya. Bacon teridentifikasi dengan teori-teori seni Van Gogh dan kalimat-kalimat kutipan yang ditulis kepada Theo: "Para pelukis sebenarnya tak dapat melukis hal-hal dari mereka ... Mereka melukisnya sebagai diri mereka sendiri yang mereka rasakan untuk melakukannya."[283]

Karya-karya Van Gogh adalah salah satu lukisan termahal di dunia. Karya-karya yang terjual lebih dari US$100 juta (penyetaraan saat ini) meliputi Potret Dr Gachet,[284] Potret Joseph Roulin dan Iris. Versi Museum Seni Rupa Metropolitan dari Ladang Gandum dengan Sipres dilelang pada 1993 dengan harga US$57 juta.[285] Pada 2015, L'Allée des Alyscamps terjual US$66.3 juta di Sotheby's, New York, melampaui karya termahal sebelumnya yang seharga US$40 juta.[286]

Museum Van Gogh

Museum Van Gogh memiliki koleksi karya seni Van Gogh terbesar di dunia

Keponakan Van Gogh, Vincent Willem van Gogh (1890–1978),[287] mewarisi kediamannya setelah ibunya meninggal pada 1925. Pada awal 1950an, ia memutuskan untuk menerbitkan edisi lengkap dari surat-surat yang dipersembahkan dalam empat novel dan beberapa bahasa. Ia kemudian memulai negosiasi dengan pemerintah Belanda untuk mensubsidi sebuah yayasan untuk mengumpulkan dan menyimpan seluruh koleksi tersebut.[288] Putra Theo ikut serta dalam rencana proyek tersebut dengan harapan agar karya-karya tersebut akan dipamerkan dengan keadaan terbaik sememungkinkannya. Proyek tersebut dimulai pada 1963, arsitek Gerrit Rietveld ditugaskan untuk merancangnya, dan setelah kematiannya pada 1964, Kisho Kurokawa mengambil alih.[289] Pengerjaannya dilakukan sepanjang 1960an, dengan tahun 1972 menjadi target untuk pembukaan besarnya.[287]

Museum Van Gogh dibuka di Museumplein, Amsterdam pada 1973.[290] Gedung tersebut menjadi museum paling populer di Belanda, setelah Rijksmuseum, yang giat meraih lebih dari 1.5 juta pengunjung setahun. Pada 2015, gedung tersebut meraih rekor 1.9 juta pengunjung;[291] 85 persen pengunjung datang dari negara lain.[292]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Pengucapan "Van Gogh" beragam baik dalam bahasa Inggris maupun Belanda. Khususnya dalam Inggris Britania, nama tersebut disebut /ˌvæn ˈɡɒx/[2] atau terkadang /ˌvæn ˈɡɒf/.[3] Kamus-kamus Amerika mencantumkan /ˌvæn ˈɡ/, dengan gh tak diucapkan, seperti halnya pengucapan terumum.[4] Dalam dialek Holland, namanya disebut [ˈvɪnsɛnt fɑŋˈxɔx] , dengan tanpa pengucapan V. Ia dibesarkan di Brabant, dan memakai dialek Brabant dalam penulisannya; jika ia mengucapkan namanya dengan logat Brabant, namanya akan menjadi [vɑɲˈʝɔç], dengan pengucapan V dan mempalatalisasikan G dan gh. Di Perancis, dimana kebanyakan karyanya diproduksi, namanya disebut [vɑ̃ ɡɔɡə].[5]
  2. ^ Pemberian nama yang sama dengan kakaknya yang meninggal diyakini memiliki dampak psikologis mendalam pada arits muda tersebut, dan bahwa unsur-unsur seni rupanya, seperti penggambaran pasangan-pasangan figur laki-laki, bermula dari hal tersebut.[17]
  3. ^ Hulsker menyatakan bahwa Van Gogh kembali ke Borinage dan kemudian kembali ke Etten pada masa ini.[48]
  4. ^ See Jan Hulsker's speech The Borinage Episode and the Misrepresentation of Vincent van Gogh, Van Gogh Symposium, 10–11 May 1990.[51]
  5. ^ "Pada masa Natal, aku beradu argumen dengan Pa, dan menjadi sangat merasa bahwa Pa berkata bahwa aku akan lebih baik jika aku pergi dari rumah. Sehingga, aku memutuskan berkata bahwa aku benar-benar meninggalkan rumah pada hari yang sama."[64] Pada Januari 1882, Mauve mengenalkannya dengan lukisan minyak dan meminjamkannya uang untuk membuat sebuah studio.[65]
  6. ^ Satu-satunya bukti untuk hal ini berasal dari wawancara dengan cucu dari dokternya.[97] Untuk ulasan selengkapnya lihat Naifeh dan Smith.[98]
  7. ^ Saudari Boch Anna (1848–1936), juga seorang seniman, menjual Ladang Anggur Merah pada 1890.[128]
  8. ^ Van Gogh (2009), Letter 719 Vincent to Theo van Gogh. Arles, Sunday, 11 or Monday, 12 November 1888:
    I've been working on two canvases ... A reminiscence of our garden at Etten with cabbages, cypresses, dahlias and figures ... Gauguin gives me courage to imagine, and the things of the imagination do indeed take on a more mysterious character.
  9. ^ Theo dan istrinya, Gachet dan putranya, dan Signac, yang semuanya melihat Van Gogh setelah perbannya dilepas, menyatakan bahwa hanya ujung telinganya yang dipotong.[142] Menurut Doiteau dan Leroy, potongan diagonal memotong ujung telinga tersebut dan mungkin lebih kecil dari itu.[143] Polisi dan Rey sama-sama mengklaim bahwa Van Gogh memotong telinga luar secara keseluruhan;[142] Rey repeated his account in 1930, writing a note for novelist Irving Stone and including a sketch of the line of the incision.[144]
  10. ^ Versi yang ditujukan untuk Ginoux telah hilang. Ini adalah sebuah upaya untuk mengirimkan lukisan ini kepadanya di Arles yang terhalang oleh kekambuhannya pada bulan Februari.[168]
  11. ^ Artis-artis berkarya dalam hitam-putih, contohnya pada surat-surat kabar berilustrasi seperti The Graphic atau The Illustrated London News adalah beberapa kesukaan Van Gogh.[200]
  12. ^ Van Gogh (2009), Letter 535 To Theo van Gogh. Nuenen, on or about Tuesday, 13 October 1885:
    What particularly struck me when I saw the old Dutch paintings again is that they were usually painted quickly. That these great masters like Hals, Rembrandt, Ruisdael – so many others – as far as possible just put it straight down – and didn't come back to it so very much. And – this, too, please – that if it worked, they left it alone. Above all I admired hands by Rembrandt and Hals – hands that lived, but were not finished in the sense that people want to enforce nowadays ... In the winter I’m going to explore various things regarding manner that I noticed in the old paintings. I saw a great deal that I needed. But this above all things – what they call – dashing off – you see that's what the old Dutch painters did famously. That – dashing off – with a few brushstrokes, they won’t hear of it now  – but how true the results are.
  13. ^ Rembrandt adalah salah satu dari beberapa pelukis besar yang menjelaskan volume dari potret-potret diri ini, memproduksi lebih dari 50, namun ia melakukannya sepanjang lebih dari periode empat puluh tahun.[230]
  14. ^ Suaminya telah menjadi dukungan tunggal dari keluarganya, dan Johanna hanya singgah di sebuah apartemen di Paris, dengan beberapa barang perabotan dan lukisan-lukisan saudara iparnya, yang pada waktu itu "dianggap tak bernilai secara keseluruhan".[266]
  15. ^ Dalam katalog tahun 1928 buatan de la Faille, setiap karya Van Gogh dipasangi sebuah nomor. Nomor-nomor tersebut didahului oleh huruf "F" yang dipakai saat merujuk kepada sebuah lukisan atau gambar tertentu.[276] Tak semua karya yang dicantumkan dalam katalog asli tersebut sekarang diyakini menjadi karya otentik Van Gogh.[277]

Kutipan

  1. ^ Sunflowers, Van Gogh Museum
  2. ^ "BBC – Magazine Monitor: How to Say: Van Gogh". BBC Online. 22 January 2010. Diakses tanggal 10 September 2016. 
  3. ^ Sweetman (1990), 7.
  4. ^ Davies (2007), hlm. 83.
  5. ^ Veltkamp, Paul. "Pronunciation of the Name "Van Gogh"". vggallery.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 September 2015. 
  6. ^ McQuillan (1989), 9.
  7. ^ Pickvance (1986), 129; Tralbaut (1981), 39.
  8. ^ Van Gogh (2009), "Van Gogh: The Letters".
  9. ^ a b c d e McQuillan (1989), 19.
  10. ^ Pomerans (1997), xv.
  11. ^ Rewald (1986), 248.
  12. ^ Pomerans (1997), ix, xv.
  13. ^ Pomerans (1997), ix.
  14. ^ a b Hughes (1990), 143.
  15. ^ Pomerans (1997), i–xxvi.
  16. ^ Pomerans (1997), 1.
  17. ^ Lubin (1972), 82–84.
  18. ^ Erickson (1998), 9.
  19. ^ Naifeh & Smith (2011), 14–16.
  20. ^ Naifeh & Smith (2011), 59.
  21. ^ Naifeh & Smith (2011), 18.
  22. ^ Walther & Metzger (1994), 16.
  23. ^ Naifeh & Smith (2011), 23–25.
  24. ^ Naifeh & Smith (2011), 31–32.
  25. ^ Sweetman (1990), 13.
  26. ^ a b Tralbaut (1981), 25–35.
  27. ^ Naifeh & Smith (2011), 45–49.
  28. ^ Naifeh & Smith (2011), 36–50.
  29. ^ Hulsker (1980), 8–9.
  30. ^ Naifeh & Smith (2011), 48.
  31. ^ Van Gogh (2009), Letter 403. Vincent to Theo van Gogh, Nieuw-Amsterdam, on or about Monday, 5 November 1883.
  32. ^ Walther & Metzger (1994), 20.
  33. ^ Van Gogh (2009), Letter 007. Vincent to Theo van Gogh, The Hague, Monday, 5 May 1873.
  34. ^ Tralbaut (1981), 35–47.
  35. ^ Pomerans (1997), xxvii.
  36. ^ Van Gogh (2009), Letter 088. Vincent to Theo van Gogh. Isleworth, Friday, 18 August 1876.
  37. ^ Tralbaut (1981), 47–56.
  38. ^ Naifeh & Smith (2011), 113.
  39. ^ Callow (1990), 54.
  40. ^ Naifeh & Smith (2011), 146–147.
  41. ^ Sweetman (1990), 175.
  42. ^ McQuillan (1989), 26; Erickson (1998), 23.
  43. ^ Grant (2014), hlm. 9.
  44. ^ Hulsker (1990), 60–62, 73.
  45. ^ Sweetman (1990), 101.
  46. ^ Fell (2015), 17.
  47. ^ Callow (1990), 72.
  48. ^ Geskó (2006), 48.
  49. ^ Naifeh & Smith (2011), 209–210, 488–489.
  50. ^ Van Gogh (2009), Letter 186. Vincent to Theo van Gogh. Etten, Friday, 18 November 1881.
  51. ^ Erickson (1998), 67–68.
  52. ^ Van Gogh (2009), Letter 156. Vincent to Theo van Gogh. Cuesmes, Friday, 20 August 1880.
  53. ^ Tralbaut (1981), 67–71.
  54. ^ Pomerans (1997), 83.
  55. ^ Sweetman (1990), 145.
  56. ^ Van Gogh (2009), Letter 179. Vincent to Theo van Gogh. Etten, Thursday, 3 November 1881.
  57. ^ a b Naifeh & Smith (2011), 239–240.
  58. ^ Van Gogh (2009), Letter 189. Vincent to Theo van Gogh. Etten, Wednesday, 23 November 1881.
  59. ^ Van Gogh (2009), Letter 193. Vincent to Theo van Gogh, Etten, on or about Friday, 23 December 1881, describing the visit in more detail.
  60. ^ a b Van Gogh (2009), Letter 228. Vincent to Theo van Gogh, The Hague, on or about Tuesday, 16 May 1882.
  61. ^ Sweetman (1990), 147.
  62. ^ Gayford (2006), 125.
  63. ^ Naifeh & Smith (2011), 250–252.
  64. ^ Van Gogh (2009), Letter 194. Vincent to Theo van Gogh, The Hague, Thursday 29 December 1881
  65. ^ Van Gogh (2009), Letter 196. Vincent to Theo van Gogh. The Hague, on or about Tuesday, 3 January 1882.
  66. ^ Walther & Metzger (1994), 64.
  67. ^ Van Gogh (2009), Letter 219.
  68. ^ Naifeh & Smith (2011), 258.
  69. ^ Van Gogh (2009), Letter 237. Vincent to Theo van Gogh. The Hague, on or about Thursday, 8 June 1882.
  70. ^ Tralbaut (1981), 110.
  71. ^ Naifeh & Smith (2011), 306.
  72. ^ Tralbaut (1981), 96–103.
  73. ^ Callow (1990), 116; mengutip karya Hulsker; Callow (1990), 123–124; Van Gogh (2009), Letter 224. Vincent to Theo van Gogh. The Hague, on or about Sunday, 7 May 1882
  74. ^ Callow (1990), 116–117, mengutip riset Jan Hulsker; dua anaknya yang telah wafat lahir pada 1874 dan 1879.
  75. ^ a b Tralbaut (1981), 107.
  76. ^ Callow (1990), 132; Tralbaut (1981), 102–104, 112.
  77. ^ Arnold (1992), 38.
  78. ^ Tralbaut (1981), 113.
  79. ^ Wilkie (2004), 185.
  80. ^ Tralbaut (1981), 101–107.
  81. ^ a b Tralbaut (1981), 111–122.
  82. ^ Sweetman (1990), 174.
  83. ^ Tralbaut (1981), 154.
  84. ^ Hulsker (1980), 196–205.
  85. ^ a b Tralbaut (1981), 123–160.
  86. ^ Naifeh & Smith (2011), 436.
  87. ^ a b van Uitert, van Tilborgh & van Heugten (1990), 29.
  88. ^ McQuillan (1989), 127.
  89. ^ Walther & Metzger (1994), 709.
  90. ^ a b c Naifeh & Smith (2011), 820.
  91. ^ Callow (1990), 181.
  92. ^ Callow (1990), 184.
  93. ^ Hammacher (1985), 84.
  94. ^ Callow (1990), 253.
  95. ^ Naifeh & Smith (2011), 477.
  96. ^ Arnold (1992), 77.
  97. ^ Tralbaut (1981), 177–178.
  98. ^ Naifeh & Smith (2011), 477 n. 199.
  99. ^ Tralbaut (1981), 173.
  100. ^ Naifeh & Smith (2011), 448–489.
  101. ^ Jan Lampo, In het Spoor van de Academie – persbericht (Middle Dutch)
  102. ^ Tralbaut (1981), 187–192.
  103. ^ Pickvance (1984), 38–39.
  104. ^ Sweetman (1990), 135.
  105. ^ Van Gogh (2009), Letter 853. Vincent to Albert Aurier. Saint-Rémy-de-Provence, Sunday, 9 or Monday, 10 February 1890.
  106. ^ Naifeh & Smith (2011), 520–522.
  107. ^ Naifeh & Smith (2011), 702.
  108. ^ a b c d Walther & Metzger (1994), 710.
  109. ^ Pickvance (1986), 62–63.
  110. ^ Tralbaut (1981), 212–213.
  111. ^ Druick & Zegers (2001), 81; Gayford (2006), 50.
  112. ^ Hulsker (1990), 256.
  113. ^ Van Gogh (2009), Letter 640. Vincent to Theo van Gogh, Arles, Sunday, 15 July 1888. Letter 695. Vincent to Paul Gauguin, Arles, Wednesday, 3 October 1888.
  114. ^ a b Hughes (1990), 144.
  115. ^ Pickvance (1984), 11.
  116. ^ a b c Pickvance (1984), 177.
  117. ^ Hughes (1990), 143–144.
  118. ^ Pickvance (1986), 129.
  119. ^ Pomerans (1997), 348.
  120. ^ Nemeczek (1999), 59–61.
  121. ^ Gayford (2006), 16.
  122. ^ Callow (1990), 219.
  123. ^ Pickvance (1984), 175–176.
  124. ^ Tralbaut (1981), 266.
  125. ^ a b Pomerans (1997), 356, 360.
  126. ^ "Fishing Boats on the Beach at Saintes-Maries-de-la-Mer, 1888". Permanent Collection. Van Gogh Museum. Retrieved 23 February 2016.
  127. ^ Hulsker (1980), 356; Pickvance (1984), 168–169, 206.
  128. ^ Hulsker (1980), 356; Pickvance (1984), 168–169, 206.
  129. ^ Van Gogh (2009), Letter 677. Vincent to Theo van Gogh. Arles, Sunday, 9 September 1888; Letter 681 Vincent to Theo van Gogh. Arles, Sunday, 16 September 1888; Gayford (2006), 18; Nemeczek (1999), 61.
  130. ^ Dorn (1990).
  131. ^ Pickvance (1984), 234–235.
  132. ^ Hulsker (1980), 374–376.
  133. ^ Gayford (2006), 61.
  134. ^ a b c Walther & Metzger (1994), 411.
  135. ^ Pickvance (1984), 195.
  136. ^ Gayford (2006), 274–277.
  137. ^ Hulsker (1980), 380–382.
  138. ^ McQuillan (1989), 66.
  139. ^ a b Druick & Zegers (2001), 266.
  140. ^ a b c d Sweetman (1990), 290.
  141. ^ Sweetman (1990), 1.
  142. ^ a b c d Rewald (1978), 243–248.
  143. ^ Doiteau & Leroy (1928).
  144. ^ Bailey, Martin (20 July 2016). "Name of mystery woman who received Van Gogh's ear revealed for first time". The Art Newspaper. Diakses tanggal 31 July 2016. 
  145. ^ Sund (2002), 235.
  146. ^ Gayford (2006), 277.
  147. ^ Naifeh & Smith (2011), 707–708.
  148. ^ Naifeh & Smith (2011), 249.
  149. ^ a b Van Gogh (2009), Concordance, lists, bibliography: Documentation.
  150. ^ Sund (2002), 237.
  151. ^ Rewald (1986), 37.
  152. ^ Naifeh & Smith (2011), 704–705.
  153. ^ Gayford (2006), 284.
  154. ^ Pickvance (1986), 62.
  155. ^ Naifeh & Smith (2011), 713.
  156. ^ Sweetman (1990), 298–300.
  157. ^ Sweetman (1990), 300.
  158. ^ Pickvance (1986), 239–242; Tralbaut (1981), 265–273.
  159. ^ Hughes (1990), 145.
  160. ^ a b Cluskey, Peter (12 July 2016). "Gun used by Vincent van Gogh to kill himself goes on display". The Irish Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2016-10-22. 
  161. ^ "Portrait of Doctor Felix Rey Oil Painting Reproduction, 1889". van gogh studio (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2016-10-22. 
  162. ^ Callow (1990), 246.
  163. ^ Pickvance (1984), 102–103.
  164. ^ van Uitert, van Tilborgh & van Heugten (1990), 23.
  165. ^ Pickvance (1986), 154–157.
  166. ^ Tralbaut (1981), 286.
  167. ^ Hulsker (1990), 434.
  168. ^ a b Hulsker (1990), 440.
  169. ^ a b Van Gogh (2009), letter 863. Theo van Gogh to Vincent, Saint-Rémy-de-Provence, Tuesday, 29 April 1890.
  170. ^ Hulsker (1990), 390, 404.
  171. ^ Rewald (1978), 326–329.
  172. ^ Hulsker (1990), 390, 404; Tralbaut (1981), 287.
  173. ^ Pickvance (1986), Appendix III, 310–315. Aurier's original 1890 review in French with parallel English translation.
  174. ^ Pickvance (1986), 175–177.
  175. ^ Rewald (1978), 346–347, 348–350.
  176. ^ Tralbaut (1981), 293.
  177. ^ Van Gogh (2009), Letter RM20. Vincent to Theo and Jo van Gogh-Bonger. Auvers-sur-Oise, Saturday, 24 May 1890.
  178. ^ a b Pickvance (1986), 270–271.
  179. ^ Rosenblum (1975), 98–100.
  180. ^ Walther & Metzger (1994), 640.
  181. ^ a b Edwards (1989), 115.
  182. ^ Van Gogh (2009), Letter 898. Vincent to Theo van Gogh and Jo van Gogh-Bonger. Auvers-sur-Oise, on or about Thursday, 10 July 1890.
  183. ^ Van Gogh (2009), Letter 898. Vincent to Theo van Gogh and Jo van Gogh-Bonger. Auvers-sur-Oise, on or about Thursday, 10 July 1890; Rosenblum (1975), 100.
  184. ^ a b Hulsker (1990), 478–479.
  185. ^ Hulsker (1990), 472–480.
  186. ^ Sweetman (1990), 342–343.
  187. ^ Jones, Jonathan (2016-07-12). "The whole truth about Van Gogh's ear, and why his 'mad genius' is a myth". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2016-10-22. 
  188. ^ Walther & Metzger (1994), 669.
  189. ^ Sweetman (1990), 342–343; Hulsker (1980), 480–483.
  190. ^ "La misère ne finira jamais", Études, 1947, p. 9, Bibliothèque nationale de France, département Philosophie, histoire, sciences de l'homme, D-33939
  191. ^ "La tristesse durera toujours", François-Bernard Michel, La face humaine de Vincent Van Gogh, Grasset, 3 Nov. 1999, ISBN 2-246-58959-2
  192. ^ van Gogh, Theodorus. "Letter from Theo van Gogh to Elisabeth van Gogh Paris, 5 August 1890". Webexhibits.org. Diakses tanggal 28 April 2015. he said, "La tristesse durera toujours" [The sadness will last forever] 
  193. ^ Hayden (2003), 152; Van der Veen & Knapp (2010), 260–264.
  194. ^ Sweetman (1990), 367.
  195. ^ Arnold (2004).
  196. ^ Perry (1947).
  197. ^ Hemphill (1961).
  198. ^ a b c Blumer (2002).
  199. ^ Van Heugten (1996), 246–251.
  200. ^ Pickvance (1974).
  201. ^ Dorn & Keyes (2000).
  202. ^ Van Gogh (2009), Letter 253. Vincent to Theo van Gogh. The Hague, Saturday, 5 August 1882.
  203. ^ a b c Dorn, Schröder & Sillevis (1996).
  204. ^ Van Gogh (2009), Letter 535To Theo van Gogh. Nuenen, on or about Tuesday, 13 October 1885.
  205. ^ Walther & Metzger (1994), 708.
  206. ^ van Uitert, van Tilborgh & van Heugten (1990), 18.
  207. ^ van Uitert, van Tilborgh & van Heugten (1990), 18–19.
  208. ^ a b Sund (1988), 666.
  209. ^ Van Gogh (2009), Letter 537. Vincent to Theo, Nuenen, on or about Wednesday, 28 October 1885.
  210. ^ Hughes (2002), 7.
  211. ^ Hughes (2002), 11.
  212. ^ van Uitert (1981), 232.
  213. ^ van Uitert, van Tilborgh & van Heugten (1990), 20.
  214. ^ a b c Hughes (2002), 8–9.
  215. ^ Sund (1988), 668.
  216. ^ van Uitert (1981), 236.
  217. ^ Hughes (2002), 12.
  218. ^ a b van Uitert (1981), 223.
  219. ^ a b c d van Uitert, van Tilborgh & van Heugten (1990), 21.
  220. ^ Hughes (2002), 8.
  221. ^ van Uitert (1981), 224.
  222. ^ van Uitert, van Tilborgh & van Heugten (1990), 16–17.
  223. ^ a b c van Uitert (1981), 242.
  224. ^ McQuillan (1989), 138.
  225. ^ McQuillan (1989), 193.
  226. ^ Van Gogh (2009), Letter 652. Vincent to Theo van Gogh. Arles, Tuesday, 31 July 1888.
  227. ^ Channing & Bradley (2007), 67; Van Gogh (2009), Letter 879. Vincent to Willemien van Gogh. Auvers-sur-Oise, Thursday, 5 June 1890.
  228. ^ McQuillan (1989), 198.
  229. ^ Pickvance (1986), 224–228.
  230. ^ a b c d e McQuillan (1989), 15.
  231. ^ Walther & Metzger (1994), 263–269, 653.
  232. ^ a b Sund (2002), 261.
  233. ^ Hughes (2002), 10.
  234. ^ Walther & Metzger (1994), 265–269.
  235. ^ van Uitert, van Tilborgh & van Heugten (1990), 83.
  236. ^ Walther & Metzger (1994), 535–537.
  237. ^ Cohen (2003), 305–306.
  238. ^ Pickvance (1986), 131.
  239. ^ Van Gogh (2009), Letter 806, note 16. Vincent to Theo van Gogh. Saint-Rémy-de-Provence, Saturday, 28 September 1889.
  240. ^ Pickvance (1986), 80–81, 184–187.
  241. ^ Walther & Metzger (1994), 413.
  242. ^ "Vincent van Gogh; Sunflowers; NG3863". National Gallery, London. Diakses tanggal 1 August 2016. 
  243. ^ Van Gogh (2009), Letter 666. Vincent to Theo van Gogh. Arles, Tuesday, 21 or Wednesday, 22 August 1888.
  244. ^ Walther & Metzger (1994), 417.
  245. ^ a b Naifeh & Smith (2011), 819–820.
  246. ^ a b Pickvance (1986), 101, 189–191.
  247. ^ Pickvance (1986), 110.
  248. ^ Rewald (1978), 311.
  249. ^ Pickvance (1986), 132–133.
  250. ^ a b Pickvance (1986), 101.
  251. ^ a b Walther & Metzger (1994), 331–333.
  252. ^ Pickvance (1984), 45–53.
  253. ^ Hulsker (1980), 385.
  254. ^ Fell (1997), 32.
  255. ^ Hulsker (1980), 390–394.
  256. ^ van Uitert, van Tilborgh & van Heugten (1990), 283.
  257. ^ Walther & Metzger (1994), 680–686.
  258. ^ Walther & Metzger (1994), 654.
  259. ^ Van Gogh (2009), Letter 898. Vincent to Theo van Gogh and Jo van Gogh-Bonger. Auvers-sur-Oise, on or about Thursday, 10 July 1890.
  260. ^ Walther & Metzger (1994), 680.
  261. ^ a b c Rewald (1986), 244–254.
  262. ^ a b Sund (2002), 305.
  263. ^ Sund (2002), 307.
  264. ^ a b McQuillan (1989), 72.
  265. ^ Sund (2002), 310.
  266. ^ Van Gogh (2009), Memoirs of V.W. Van Gogh.
  267. ^ a b c Rewald (1986), 245.
  268. ^ Spurling (1998), 119–138.
  269. ^ a b interview with Hilary Spurling (8 June 2005). "The Unknown Matisse ... – Book Talk". ABC Online. Diakses tanggal 1 August 2016. 
  270. ^ Spurling (1998), 138.
  271. ^ Dorn & Leeman (1990).
  272. ^ Rovers (2007), 262.
  273. ^ Rovers (2007), 258.
  274. ^ Selz (1968), hlm. 82.
  275. ^ Faille (1928); "Faille, J-B de la". Dictionary of Art Historians. Diakses tanggal 3 August 2016. 
  276. ^ Walther & Metzger (1994), 721.
  277. ^ Feilchenfeldt (2013), 278–279.
  278. ^ Weikop (2007), 208.
  279. ^ Naifeh & Smith (2011), 867.
  280. ^ Pomerans (1997), x.
  281. ^ Pomerans (1997), xii.
  282. ^ James Day (April 23, 1974). "Irving Stone interview". Day at Night. Diakses tanggal August 2, 2017. 
  283. ^ Farr, Peppiatt & Yard (1999), 112.
  284. ^ Decker, Andrew (5 November 1998). "The Silent Boom". Artnet. Diakses tanggal 14 September 2011. 
  285. ^ Kimmelman, Michael (25 May 1993). "Annenberg Donates A van Gogh to the Met". The New York Times. 
  286. ^ Boucher, Brian (5 May 2015). "Mysterious Asian Buyer Causes Sensation at Sotheby's $368 Million Impressionist Sale". Artnet. Diakses tanggal 4 August 2016. 
  287. ^ a b Rewald (1986), 253.
  288. ^ Rewald (1986), 252.
  289. ^ Van Gogh's Van Goghs: The Van Gogh Museum, National Gallery of Art, diakses tanggal 23 April 2011 
  290. ^ Pomerans (1997), xiii.
  291. ^ "Bezoekersrecords voor Van Gogh Museum en NEMO" [Record breaking number of visitors to the Van Gogh Museum and the NEMO Science Museum]. AT5 (dalam bahasa Belanda). 15 December 2015. Diakses tanggal 4 August 2016. 
  292. ^ Caines, Matthew (1 September 2015). "Van Gogh Museum chief: it's critical to diversify our income streams". The Guardian. Diakses tanggal 4 August 2016. 

Sumber

Pranala luar