Lompat ke isi

Ume Le'u

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 April 2019 13.48 oleh Herryz (bicara | kontrib) (Membuat Artikel Baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ume Le'u adalah rumah adat tradision yang terdapat di daerah Nusa Tenggara Timur.

Pengertian

Seperti keunikan arsiterktur rumah adat yang berada di Kabupaten Timur Tengah Utara di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat rumah yang bernama Ume Le’U (dibaca Uem Leu) /Ume Alat/Lopo Nak Ume.[1]

Jenis

Uem Le’u atau Uem Alat secara harfiah artinya rumah adat ini terdiri dari dua bangunan yang memiliki tipikal yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kedua rumah adat dimaksud adalah Lopo dan Uem Buhu. Dengan kata lain Uem Le;u atau rumah adat terdiri dari dua bangunan kembar yang masing-masing mimiliki makna, seperti Lopo merupakan simbol Bapa/Pater/Jantan dan Uem  Bubu melembangkan Mama/Mater/Betina. Bangunan rumah adat tradisional ini dari aspek waktu pembentukannya tidak diketahui secara pasti namun melekat pada salah satu sub etnik Timor yang menyebut namanya Atoni Pah Meto.

Kedua bangunan kembar tersebut dari aspek tata letak selalu mengedepankan atau mengutamakan unsur Bapa sehingga secara faktual Lopo selalu didirikan di depan Uem Bubu.  hal ini secara implisit menunjukan paham patrilineal yang dianut Atoni Pah Meto, sehingga dari aspek fungsi Uem Le’u menjadi tempat hunian bagi  Atoni Pah Meto dimana Bapak sebagai simbol indetitas klan dan hal itu bisa terlihat dari sapaan tamu yang berkunjung sebagai berikut : Lopo Bapa Kolo. sebaliknya jika orang dalam bertanya Uem Taufina es kin ka?? (Tuang Rumah ada ka??, maka orang akan menjawab ” Ain Kolo Esan” (Ibi Kolo adfa).

Setiap rumah orang Timor khususnya di Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tenggah Selatan hingga Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur pasti memiliki Lopo di halaman rumah. Filosofi Persaudaraan Warga Timor

Menyebut kata Sopi, pandangan langsung tertuju pada minuman khas masyarakat Nusa Tenggara Timur. Minuman dengan kandungan alkohol tinggi ini juga memiliki makna tersendiri bagi sebagian masyarakat Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT.

Sopi selalu hadir sebagai pelengkap ritual adat-istiadat. Karena alasan itulah sopi tetap abadi sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat. Merdeka.com berkesempatan berkunjung ke rumah Antonius, salah seorang warga yang memproduksi sopi di Kota Kefamenanu, TTU.

Dia menceritakan bagaimana hubungan sosial antar warga, terjalin erat berkat kehadiran sopi. Warga juga selalu memperkenalkan sopi pada tamu atau pengunjung yang datang dari luar wilayah mereka. Tamu selalu disuguhi sopi sebagai tanda telah diterima dengan baik dan atas nama persahabatan.

"Ini pengamatan saya ya, kami warga di sini itu dekat satu sama lain karena sopi ini. Misalnya kalau ada orang baru datang menetap, sopi yang membuat kami akhirnya dekat satu sama lain. Namun, tidak ada pemaksaan untuk meminum sopi. Kalau berminat boleh dicicipi, kalaupun tidak maka tuan rumah pasti menyediakan minuman lain.

Warga TTU menyebut sopi dengan 'air kata-kata'. Bukan tanpa sebab sebutan itu disematkan. Salah satunya karena efek yang dihasilkan setelah meminum sopi. Menurutnya, setelah minum sopi, efek yang dihasilkan kadang membuat suasana lebih hidup.

"Kalau ada acara misalnya, kurang lengkap rasanya jika tidak ada sopi. Karena begitu seseorang minum sopi rasa malu bisa hilang dan suasana bisa cair di antara kami," jelas Antonius.

Karena kehadirannya sebagai pencair suasana dan penambah keakraban, maka disarankan tidak meminum sopi secara berlebihan. Antonius tak membantah risiko buruk minum sopi. Sebab, dampaknya bisa buruk bagi yang tidak bisa mengendalikan diri. Salah satunya bisa memicu perkelahian. bagi kesehatan, penyakit jantung membayangi jika meminum sopi berlebihan.

"Buruk kalau dikonsumsi berlebihan. Tapi sejauh itu diminum dengan rasa persaudaraan, saya kira sopi masih dibutuhkan," tutup dia.

Teknik Pembuatan

Lopo ditopang oleh empat tiang kokoh dari kayu bulat dan atap kerucut dari daun alang-alang. Penyangga lopo berupa bulatan yang terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menghalangi jalan atau masuknya tikus atau kucing yang Ingin mengambil hasil panen yang disimpan di lopo.

Cara Pembuatan Lopo

Ume Le'u Multifungsi

Lopo memiliki fungsi ganda, sebagai tempat penyimpanan hasil kebun (padi dan jagung) dan barang kebutuhan lainnya sekaligus tempat warga serta keluarga bertukar pikiran. Lopo sangat efektif sebagai tempat berteduh dari panas terik matahari dan hujan.

Lopo sebagai lumbung diibaratkan sebagai perempuan dan rumah sebagai laki-laki dan merupahkan satu kesatuan utuh bagi warga Timor di Kecamatan Bikomi Selatan Kab Timor Tengah Utara (TTU)

"Lopo sudah warisan nenek moyang kami. Gunanya sebagai tempat simpan hasil panen dan juga tempat berkumpul," ujar Manue Funan, Tetua Adat di Desa Naiola Kecamatan Bikomi Selatan, Kamis 7 Juni 2018.

Lopo juga menjadi tempat menenun bagi para perempuan Timor yang ingin merajut dan menenun kain tenun ikat dan sebagai wadah menerima tamu sebelum masuk ke dalam rumah.

Fungsi Lopo tidak hanya itu. Lopo juga menjadi tempat bagi warga membahas setiap persoalan yang dihadapi. Termasuk gotong-royong di desa biasanya warga berkumpul di Lopo untuk membahasnya. Atau saat ada upacara adat, segala persiapan dibahas bersama di Lopo.

Warisan Budaya

Referensi

  1. ^ "Ume Leu, Rumah Adat Masyarakat Timur Tengah Utara". www.kebudayaan.kemdigbud.com. Diakses tanggal 24 April 2019.