Songket Pandai Sikek
Songket Pandai Sikek adalah kain songket khas Pandai Sikek, Sumatera Barat. Bahan pembuatannya adalah benang berwarna emas dan perak.[1] Songket Pandai Sikek memiliki tiga motif wajib yaitu motif pohon pinang, motif biji bayam, dan motif jalinan lidi.[2] Kainnya terbagi menjadi dua yaitu kain dengan motif yang jelas dan kain dengan warna dasar yang jelas. Warna dasar kainnya adalah hitam, merah, dan kuning. Ketiganya melambangkan kaum adat, cendekiawan, dan ulama.[3] Keahlian menenun Songket Pandai Sikek diwariskan secara turun-temurun.[4] Songket Pandai Sikek digunakan sebagai cendera mata dan pakaian pengantin pada upacara pernikahan adat Minangkabau.[5]
Pewarisan
Pewarisan pengetahuan mengenai pembuatan Songket Pandai Sikek hanya dilakukan kepada anak perempuan.[6] Pembelajaran cara menenun mulai dilakukan ketika anak perempuan berusia delapan tahun dan berakhir setelah ia berusia dua belas tahun.[7] Cara pembuatan Songket Pandai Sikek diwariskan secara turun temurun kepada masyarakat Pandai Sikek. Pewarisan keterampilan menenun ditugaskan kepada setiap anggota keluarga, kerabat, maupun masyarakat Pandai Sikek. Ahli waris yang diutamakan ialah penduduk asli Pandai Sikek. Para pendatang yang telah lama menetap juga dapat mewarisi keterampilan ini jika telah memperoleh pengakuan dari masyarakat. Selain itu, pendatang yang menikah dengan warga asli juga dapat menjadi ahli waris.[4]
Ahli waris yang akan memperoleh pengetahuan tentang keterampilan menenun harus menyiapkan mahar berupa beras satu gantang, uang, sirih, pinang, rangkaian bunga, dan sebatang rokok. Beras melambangkan bahwa menenun merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan untuk memperoleh kebutuhan hidup. Sirih melambangkan sikap ramah tamah dan permohonan persetujuan kepada tuan rumah untuk memulai sesuatu. Sedangkan uang melambangkan bahwa suatu pekerjaan akan memperoleh hasil sesuai dengan yang dikerjakannya.[8]
Pewarisan pengetahuan tentang cara menenun Songket Pandai Sikek ditentukan oleh kedekatan antara pemberi warisan dan ahli waris. Jika keduanya tinggal dalam satu rumah, maka pewarisan akan dilakukan secara menyeluruh. Sedangkan jika keduanya tidak memiliki hubungan keluarga ataupu tinggal serumah, maka yang diwariskan hanyalah tentang pembuatan motif.[9]
Motif
Songket Pandai Sikek memiliki tiga jenis motif wajib dalam keperluan adat maupun penggunaan sehari-hari. Ketiganya yaitu motif pohon pinang, motif biji bayam, dan motif jalinan lidi. Motif-motif ini menjadi ciri khas yang membedakan Songket Pandai Sikek dengan Songket dari daerah lain di Minangkabau.[2] Songket Pandai Sikek terbagi menjadi dua jenis kain. Pertama, kain yang dipenuhi oleh motif sehingga warna dasarnya tidak terlihat dengan jelas. Kain ini menggunakan benang berwarna emas. Kedua, kain yang motifnya hanya pada bagian tertentu, sehingga warna dasarnya terlihat jelas. Motifnya menyerupai gambaran bintang di langit. Pada acara adat, Songket Pandai Sikek yang digunakan harus berwarna dasar merah dan hitam dengan motif berwarna kuning keemasan. Warna dasar merah untuk pengantin perempuan, sedangkan warna dasar hitam untuk pengantin laki-laki. Warna kuning melambang keagungan, ketenaran, tutur kata yang benar dan menempuh jalan yang benar. Warna merah melambangkan keberanian dan kesanggupan menghadapi cobaan hidup. Sedangkan warna hitam melambangkan keabadian. Perpaduan ketiga warna ini juga melambangkan tiga penguasa dalam masyarakat Minangkabau yaitu kaum adat (hitam), cendekiawan (merah), dan ulama (kuning).[3]
Perlengkapan
Songket Pandai Sikek dibuat dengan bahan dasar berupa benang lungsin. Bahan pembuat hiasannya adalah benang emas atau benang perak.[10] Perlengkapan yang digunakan untuk membuatnya yaitu:[11]
Nama alat | Jenis Peralatan | Kegunaan |
---|---|---|
Panta | Peralatan pokok | Tempat duduk penenun |
Paso | Peralatan pokok | Penggulung kain |
Suri | Peralatan pokok | Kawat perentang benang |
Karok | Peralatan pokok | Benang nilon perentang benang |
Penggulung benang | Peralatan pokok | Penggulung benang yang terentang |
Arang babi | Peralatan pokok | Penyangga penggulung benang |
Kaminggang | Peralatan pokok | penyangga panta |
Tijak-tijak | Peralatan pokok | Perapat benang |
Atua kawa | Peralatan pokok | Tempat masuknya karok |
Kudo-kudo | Peralatan pokok | Pengikat karok |
Tandayan | Peralatan pokok | Tali karok |
Langan-langan | Peralatan pokok | Penggantung tandayan |
Pakan | Peralatan pokok | Benang dasar kain Songket |
Palapah | Peralatan pokok | Bilah bambu penyangga kain |
Pancukia | Peralatan pokok | Membentuk motif |
Sangka | Peralatan pokok | Penyangga kain |
Lidi | Peralatan pokok | Membentuk motif |
Turak | Peralatan pokok | Pemindah benang |
Kasali | Peralatan pokok | Penggulung benang |
Tungau | Peralatan pokok | Pemindah benang |
Kincia | Peralatan tambahan | Penggulung benang |
Ulang-aliang | Peralatan tambahan | Perentang benang |
Palapah bayam | Peralatan tambahan | Pelurus benang kusut |
Daluang | Peralatan tambahan | penyimpan lidi |
Penggunaan
Songket Pandai Sikek digunakan sebagai cendera mata pada upacara pernikahan adat Minangkabau. Kedua mempelai harus menggunakannya selama acara pernikahan. Selain itu, para pengiring pengantin juga harus mengenakan Songket Pandai Sikek.[5]
Referensi
- ^ Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya (2018). Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 Buku Dua (PDF). Jakarta: Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 271.
- ^ a b Yandri 2014, hlm. 30.
- ^ a b Yandri 2014, hlm. 31.
- ^ a b Christyawaty 2011, hlm. 221.
- ^ a b Yandri 2014, hlm. 33.
- ^ Erza, Yusup, dan Erwina 2017, hlm. 142.
- ^ Christyawaty 2011, hlm. 220.
- ^ Christyawaty 2011, hlm. 222.
- ^ Erza, Yusup, dan Erwina 2017, hlm. 146–147.
- ^ Devi 2015, hlm. 23.
- ^ Devi 2015, hlm. 23–24.
Daftar pustaka
- Christyawaty, Eny (Juni 2011). "Kontinuitas Pola Pewarisan Seni Menenun Songket di Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar". Patanjala. 3 (2): 210–226. doi:10.30959/patanjala.v3i2.284.
- Devi, Silvia (2015). "Sejarah dan Nilai Songket Pandai Sikek" (PDF). Jurnal Ilmu Sosial Mamangan. 2 (1): 17–28.
- Erza, E.K., Yusup, P.M.,dan Erwina, W. (Desember 2017). "Komunikasi budaya masyarakat Pandai Sikek dalam melakukan transformasi pengetahuan lokal". Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan. 5 (2): 141–154. ISSN 2540-9239.
- Yandri (2014). "Tenun Songket Pandai Sikek dalam Budaya Masyaraat Minangkabau". Humanus. 13 (1): –. doi:10.24036/jh.v13i1.4094. ISSN 2528-3936.