Lompat ke isi

Bahasa prokem

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia takbaku yang lazim digunakan di wilayah Jakarta pada tahun 1970-an. Seiring berjalannya waktu, bahasa prokem yang berasal dari Jakarta ini mulai menyebar dan digunakan di banyak daerah lain di seluruh Indonesia. Pada tahun 1990-an, bahasa informal ini mulai melebur dan tergantikan dengan ragam baru yang saat ini lebih dikenal sebagai bahasa gaul.[1][2]

Salah satu fitur paling terkenal dari bahasa prokem adalah penggunaan sisipan -ok- untuk memproduksi kata-kata baru. Hal ini ditandai dengan kata-kata bahasa Indonesia atau bahasa Betawi yang diambil suku kata pertama plus konsonan pertama suku kata berikutnya, lalu suku kata ini disisipi dengan sisipan -ok- setelah fonem pertama. Misalnya, kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi -ok- sehingga menjadi bokap. Nama bahasa ini, prokem, juga diambil menggunakan teknik yang sama, yaitu kata preman yang diubah menjadi kata prokem.

Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.

Sejarah

Asal mula bahasa prokem dapat dilacak hingga dasawarsa 1950-an tatkala banyak penjahat dan kriminal menggunakan bahasa sandi untuk melindungi informasi di kalangan sendiri. Bahasa ini kemudian mulai diadopsi kalangan pemuda pada dasawarsa berikutnya. Puncaknya terjadi pada tahun 1970-an ketika Teguh Esha, seorang pengarang dan wartawan, menerbitkan novelnya Ali Topan Detektip Partikelir yang digandrungi kalangan muda waktu itu. Dalam novel tersebut, Teguh Esha melampirkan senarai kosakata bahasa prokem yang dapat digunakan selayaknya kamus.[1][3]

Ciri kebahasaan

Bahasa prokem memiliki sejumlah ciri kebahasaan yang unik, umumnya merupakan cara mengolah kosakata yang bersumber dari bahasa Indonesia atau bahasa Betawi menjadi sebuah kata baru.

Sisipan -ok-

Salah satu ciri paling ikonik dari bahasa prokem adalah penggunaan sisipan -ok- untuk memproduksi kata baru. Produksi kata baru ini dilakukan dengan mengambil suku kata pertama plus konsonan pertama suku kata berikutnya dan memberi sisipan -ok- setelah huruf pertama. Contohnya sebagai berikut:

  • bapak → ba-p(ak) + sisipan -ok- → bokap
  • (e)nyak → nyak + sisipan -ok- → nyokap (akhiran ak diganti ap untuk menyamakan dengan kata bokap)[4]
  • rumah → ru-m(ah) + sisipan -ok- → rokum
  • gila → gi-l(a) + sisipan -ok- → gokil
  • berak → be-r(ak) + sisipan -ok- → boker

Meski produksi kata ini cukup konsisten, rumus tadi tidak berlaku untuk semua kata. Beberapa kata diproduksi dengan penyesuaian-penyesuaian hingga dianggap enak didengar.

  • liat → li-(a)t + sisipan -ok- → lokit (bunyi a luluh dan bunyi t diambil)
  • polisi → p(o)-li-s(i) + sisipan -ok- → plokis (bunyi o luluh dan suku kata kedua diambil)

Contoh

  • "Bokap gue make boil, ogut suping di rokum, nih! Mana gara dae doku lagi."
    • Bapak aku memakai mobil, aku pusing di rumah, nih! Mana tidak ada duit lagi.

Catatan kaki

  1. ^ a b Munsyi, Alif Danya (2003). 9 dari 10 kata bahasa Indonesia adalah asing. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-9023-97-1. 
  2. ^ Zaid, Hanif; Sudiana, Yudi; Wibawa, Raja Satria (2021-07-01). Teori Komunikasi dalam Praktik. Zahira Media Publisher. ISBN 978-623-6287-07-1. 
  3. ^ Al-Malaky, Ekky (2003-12-01). Why Not? Remaja Doyan Filsafat: Ngomongin Islam, Budaya Pop, dan Gen-X. DAR! Mizan. ISBN 978-979-3391-98-4. 
  4. ^ Quora. "Apa Asal Usul dari Kata Bokap dan Nyokap? | Quora". LINE TODAY. Diakses tanggal 2021-10-25.