Lompat ke isi

Ovulasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ovulasi terjadi pada saat ditengah siklus menstruasi. setelah fase folikel. Fase ini dipengaruhi oleh hormon luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
Pada diagram dapat dilihat adanya perubahan hormonal pada saat ovulasi

Ovulasi adalah proses yang terjadi pada siklus menstruasi perempuan. Sel telur yang sudah matang dikeluarkan dari ovarium dan masuk ke dalam tuba falopi. Tuba falopi akan membawa sel telur menuju rahim. Pada tahap ini hormon estrogen akan memicu penebalan dinding rahim. Apabila tidak terjadi pembuahan (pertemuan antara sel telur dan sel sperma), maka lapisan dinding rahim akan meluruh.

Ovulasi dimulai pada masa pubertas dan terus berlangsung setiap bulan selama masa subur perempuan. Ovulasi akan terhenti sementara pada waktu kehamilan dan akan terhenti secara permanen pada masa menopause.[1]

Siklus Menstruasi

Fase Menstruasi

Setiap perempuan memiliki sekitar 15-20 sel telur pada ovarium. Sel telur yang telah siap akan dipindahkan ke dalam tuba falopi untuk dikirim menuju rahim untuk dibuahi. Ketika sel telur pada siklus ini tidak dibuahi maka kadar estrogen dan progesteron akan menurun. Hal ini menyebabkan lapisan dinding rahim yang sudah dipersiapkan akan meluruh. Lapisan dinding rahim yang meluruh akan keluar melalui vagina dalam bentuk darah, lumatan jaringan rahim, dan lendir. Fase ini berlangsung selama 4 - 6 hari, tetapi sebagian wanita bisa mengalami lebih dari 6 hari.

Fase Folikel

Pada fase folikel atau praovulasi yang terjadi pada hari pertama menstruasi terjadi proses pematangan folikel pada ovarium.[2] Di tahapan ini, ovarium memproduksi folikel yang berisi sel ovum atau sel telur. Pertumbuhan folikel yang matang kemudian memicu lonjakan estrogen yang menyebabkan endometrium semakin tebal. Fase ini terjadi pada hari ke-10 dari 28 hari dalam sebuah siklus menstruasi, dan berlangsung selama 11-27 hari dengan rata-rata sebanyak 16 hari.

Fase ovulasi

Konsentrasi estrogen yang meningkat pada fase folikel akan menyebabkan naiknya kadar hormon luteinizing (LH) dan hormon penstimulasi folikel (FSH). Fase ini terjadi selama 24 hingga 36 jam. Oosit pada fase ini akan dilepaskan dari ovarium melalui oviduct[2] (tubafalopi).

Sinyal transduksi kaskade yang diprakarsai oleh hormon LH membuat enzim proteolitik yang dikeluarkan oleh folikel akan menurunkan jaringan follicular di situs blister sehingga akan membentuk lubang yang disebut stigma.[2] Cumulus-oocyte (coc) akan meninggalkan pecah folikel, bergerak ke dalam rongga peritoneum melalui stigma, dan tertangkap oleh fimbriae pada akhir tuba fallopii (disebut juga oviduk).[2] Setelah memasuki oviduk, ovum-cumulus didorong bersama oleh silia, dan menjadi awal perjalanannya ke arah rahim.[2]

Setelah oosit menyelesaikan fase meiosis, sel tersebut akan menghasilkan dua sel, yaitu sel yang lebih besar berupa oosit sekunder yang berisi semua bahan sitoplasma, dan sel yang lebih kecil tidak aktif pertama tubuh kutub.[2] Kemudian, tahap meiosis II akan mengikuti secara bersamaan, namun akan tertahan pada fase metaphase dan tertinggal sampai fertilisasi.[2] Gelendong aparatus kedua divisi meiosis muncul pada saat ovulasi.[2] Jika tidak terjadi pembuahan, oosit akan merosot pada 12 hingga 24 jam setelah ovulasi.[2]

Fase luteal

Fase ini merupakan fase akhir dari folikel hidup.[2] Tanpa oosit, lipatan folikel masuk ke dalam dirinya sendiri kemudian bertransformasi menjadi korpus luteum yang merupakan sebuah cluster steroidogenic sel-sel yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron.[2] Hormon ini menyebabkan kelenjar endometrium memulai produksi endometrium proliferatif dan kemudian melakukan sekresi endometrium, situs pertumbuhan embrio jika implantasi terjadi.[2]

Tindakan progesteron meningkatkan suhu tubuh basal menjadi seperempat untuk 2,4 derajat Celsius (satu perdua untuk satu derajat Fahrenheit).[2] Korpus luteum terus melakukan tindakan paracrine ini untuk sisa dari siklus menstruasi guna mempertahankan endometrium sebelum disintegrasi ke jaringan parut selama menstruasi.[2]

Referensi

  1. ^ (Inggris)E. Y. Adashi. 2000. Ovulation: evolving scientific and clinical concepts. New York (US): Springer.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n (Inggris) John Billings. 2000. The Ovulation Method: Natural Family Planning. Los Angeles (US): WOOMB International.