Lompat ke isi

Akhenaten

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 Januari 2022 01.53 oleh Great achievement (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 19695401 oleh 36.77.51.23 (bicara))
Akhenaten dan keluarganya menyembah Aten

Akhenaten,[1] juga dieja Echnaton,[5] Akhenaton,[6] Ikhnaton,[7] dan Khuenaten;[8][9] artinya "roh Aten yang hidup") dikenal sebelum tahun ke-5 pemerintahannya sebagai Amenhotep IV (kadang ditulis dengan bentuk Yunani, Amenophis IV, dan berarti Amun dipuaskan), adalah firaun dinasti ke-18 Mesir, terutama dikenal karena mengubah sistem agama Mesir menjadi monoteistis dengan menyembah dewa Aten. Ia adalah anak Amenhotep III dengan istrinya Tiye dan bukan anak laki-laki tertua ayahnya. Ia mulanya tidak direncanakan menjadi raja sampai kakak laki-lakinya Tuthmose meninggal.

Amenhotep IV menjadi raja setelah ayahnya Amenhotep III wafat setelah memerintah 38 tahun. Istri utama Akhenaten adalah Nefertiti, yang sekarang terkenal karena patungnya di Altes Museum Berlin.

Permulaan pemerintahan

Amenhotep IV dimahkotai di Thebes dan disanalah ia mulai membangun. Ia menghiasi gerbang selatan menuju daerah kuil Amun-Re dengan gambar dirinya menyembah Re-Harakhti. Segera ia memerintahkan pembangunan kuil untuk dewa Aten di Karnak Timur. Kuil ini disebut Gempaaten (“Aten yang ditemukan dalam tanah milik Aten”). Gempaaten terdiri dari sejumlah bangunan, termasuk istana dan bangunan bernama Hwt Benben yang dipersembahkan kepada ratu Nefertiti. Sejumlah kuil Aten yang dibangun di Karnak dalam periode ini termasuk Rud-menu dan Teni-menu yang dibangun dekat Pylon ke-9. Selama waktu ini ia tidak menekan penyembahan Amun, dan Imam Besar Amun masih aktif pada tahun ke-4 pemerintahannya.[10] The king appears as Amenhotep IV dalam makam-makam sejumlah bangsawan di Thebes: Kheruef (TT192), Ramose (TT55) dan makam Parennefer (TT188).[11]

Perubahan Nama menjadi Akhenaten

Pada hari ke-13, bulan ke-8, tahun ke-5 pemerintahannya, raja tiba di lokasi kota baru, Akhetaten (sekarang dikenal sebagai Amarna). Sebulan sebelumnya Amenhotep IV secara resmi mengganti namanya menjadi Akhenaten.[10] Amenhotep IV mengubah hampir semua gelar Firaunnya (5 fold Pharaoh titulery) pada tahun ke-5 itu. Nama yang tetap tidak diubah hanyalah prenomen atau nama tahta.[12]

Amenhotep IV Akhenaten
nama Horus
E1
D40
N29A28S9

Kanakht-qai-Shuti

"Strong Bull of the Double Plumes"

it
n
N5
mr

Meryaten

"Strong Bull, Beloved of Aten"

nama Nebty
wr
r
swt
n
iimit
p
Q1t
Z2

Wer-nesut-em-Ipet-swt

"Raja Agung di Karnak"

wr
r
swiiAa15
N27
it
n
N5

Wer-nesut-em-Akhetaten

"Raja Agung di Akhet-Aten"

nama Horus Emas
U39Y1N28
Z2
mO28W24
O49
M27

Wetjes-khau-em-Iunu-Shemay

"Dimahkotai di Heliopolis Selatan" (Thebes)

U39r
n
V10
n
it
n
N5

Wetjes-ren-en-Aten

"Pemuja nama Aten"

Prenomen
ranfrxprZ3ra
wa
n

Neferkheperure-waenre

"Indahlah bentuk Re, satu-satunya Re yang unik"

ranfrxprZ3ra
wa
n

Neferkheperure-waenre
Nomen
imn
n
HtpR8S38R19

Amenhotep Netjer-Heqa-Waset

"Amenhotep penguasa-dewa Thebes"

it
n
ra
G25x
n

Akhenaten

"Efektif bagi Aten"

Penemuan kembali

Riwayat raja ini sama sekali hilang dari sejarah sampai ditemukannya kembali kota Amarna pada abad ke-19. Kota Amarna, lokasi Akhetaten, kota yang dibuat raja ini untuk dewa Aten, awalnya diekskavasi oleh Flinders Petrie yang segera menumbuhkan ketertarikan dengan firaun yang aneh ini, yang makamnya digali pada tahun 1907 oleh Edward R. Ayrton. Akhenaten semakin terkenal karena penemuan di Valley of the Kings, Luxor, adanya makam raja Tutankhamun, yang terbukti adalah putra Akhenaten berdasarkan tes DNA pada tahun 2010.[13] Sebuah mummi yang ditemukan di KV55 pada tahun 1907 telah diidentifikasi sebagai Akhenaten. Orang ini dan Tutankhamun mempunyai hubungan darah yang tidak diragukan,[14] tetapi identifikasi mummi KV55 sebagai Akhenaten masih dipertanyakan.[15][16][17][18][19]

Ketenaran modern Akhenaten dan ratunya, Nefertiti, sebagian dari hubungannya dengan Tutankhamun, sebagian dari caranya yang unik dan kualitas tinggi dari seni ukir serta gambar yang dibuat pada zamannya, juga karena agama yang ia mulai.

Hubungan internasional

Akhenaten dalam gaya khas periode Amarna.

Bukti penting pemerintahan dan kebijakan luar negeri Akhenaten didapatkan dari penemuan kumpulan Surat Amarna, yaitu sejumlah besar korespondensi diplomatik yang digali dari el-Amarna, kota modern dari lokasi kuno Akhetaten. Korespondensi ini meliputi koleksi yang tak ternilai dari tablet/lempengan tanah liat, yang dikirimkan kepada Akhetaten dari berbagai pemimpin daerah di seluruh pos militer Mesir, dan dari pemimpin negara asing (dikenali sebagai Raja-raja Agung atau "Great Kings") dari Kerajaan Mitanni, Babylon, Asyur dan Hatti. Gubernur-gubernur dan raja-raja jajahan Mesir juga sering menulis untuk meminta emas dari firaun, dan juga mengeluh karena diacuhkan dan ditipu oleh raja.

Di awal pemerintahannya, Akhenaten berselisih dengan raja Mitanni, Tushratta, yang mencoba membina hubungan dengan ayah Akhenaten untuk melawan Hittit. Tushratta mengeluh dalam beberapa surat bahwa Akhenaten mengiriminya patung berlapis emas, bukannya dari emas murni; di mana patung-patung itu merupakan sebagian maskawin yang diterima Tushratta untuk memberikan putrinya Tadukhepa menjadi istri Amenhotep III dan kemudian Akhenaten. Surat Amarna EA 27 mengawetkan keluhan Tushratta kepada Akhenaten mengenai situasi ini.

Dari kumpulan surat-surat ini diketahui bahwa Akhenaten memberi perhatian besar atas urusan bawahan-bawahannya di Kanaan dan Siria. Akhenaten berhasil mempertahankan kekuasaan Mesir di Palestina dan pantai Fenisia, sementara menghindari konflik dengan Kerajaan Hittit yang semakin kuat di bawah pimpinan Suppiluliuma I. Satu-satunya provinsi perbatasan Mesir yang Amurru di Siria melingkari sungai Orontes pindah ke tangan orang Hittit ketika pemimpinnya, Aziru, membelot kepada Hittit. Berlawanan dengan pandangan umum bahwa Akhenaten mengabaikan hubungan luar negeri, ia dikenal memimpin paling sedikit satu penyerangan ke Nubia pada tahun ke-12 pemerintahannya dan serangan ini disebut dalam Amada stela CG 41806 dan dalam sebuah stela pendamping terpisah di Buhen.[20]

Kematian, Pemakaman dan Penggantinya

Sarkofagus Akhenaten direkonstruksi dari pecahan-pecahan makam aslinya di Amarna, sekarang di Egyptian Museum, Kairo.

Penampilan terkahir Akhenaten dan keluarga Amarna adalah di makam Meryra II, yang bertanggalkan bulan ke-2 tahun ke-12 pemerintahannya.[21] Pada bulan Desember 2012, diumumkan bahwa inskripsi Tahun 16 III Akhet day 15 memuat penanggalan eksplisit pemerintahan Akhenaten yang juga menyebutkan kehadiran ratu Nefertiti yang masih hidup, dan inksripsi ini ditemukan dalam tambang batu kapur di Deir el-Bersha sebelah utara Amarna.[22][23] Tulisan itu menyangkut proyek pembangunan di Amarna dan memberi bukti bahwa Akhenaten dan Nefertiti masih hidup sebagai pasangan kerajaan setahun sebelum matinya Akhenaten.

Fragmentari ushabti Akhenaten dari makam aslinya di Amarna, sekarang di Brooklyn Museum.

Meskipun diterima bahwa Akhenaten mati pada tahun ke-17 pemerintahannya, muncul pertanyaan apakah Smenkhkare menjadi raja muda mungkin dua atau tiga tahun sebelumnya atau menjadi raja tunggal untuk beberapa waktu dan ini belum jelas.[24] Jika Smenkhkare menggantikan Akhenaten, dan menjadi firaun tunggal, pemerintahannya tidaklah sampai setahun. Pengganti berikutnya adalah Neferneferuaten, seorang firaun perempuan yang memerintah Mesir selama 2 tahun dan 1 bulan.[25] Ia kemudian digantikan oleh Tutankhaten (kemudian berganti nama menjadi Tutankhamun), sementara negara diatur oleh perdana menteri (Vizier) utama yang kemudian menjadi firaun, Ay. Tutankhamun diyakini sebagai adik laki-laki Smenkhkare dan putra Akhenaten, dengan Kiya meskipun ada pakar yang menduga Tutankhamun mungkin saja putra Smenkhkare. Tes DNA pada tahun 2010 mengindikasikan bahwa Tutankhamun benar adalah putra Akhenaten.[13] Diduga setelah matinya Akhenaten, Nefertiti memerintah dengan nama Neferneferuaten[26] tetapi pakar-pakar lain percaya pemimpin wanita ini adalah Meritaten. Sebuah stela "Pemerintahan Bersama" (Co-Regency Stela), yang ditemukan dalam sebuah makam di Amarna kemungkinan menunjukkan ratu Nefertiti sebagai raja bersama, memerintah bersama Akhenaten, tetapi tidak pasti karena nama-namanya dihapus dan diukir menjadi Ankhesenpaaten dan Neferneferuaten.[27]

Dengan kematian Akhenaten, ibadah dewa Aten yang didirikannya lambat laun kehilangan pengikut. Tutankhaten mengganti namanya menjadi Tutankhamun pada tahun ke-2 pemerintahannya dan meninggalkan kota Akhetaten, yang akhirnya menjadi puing-puing. Penggantinya, Ay dan kemudian Horemheb, membongkar kuil yang dibangun Akhenaten, termasuk kuil di Thebes, menggunakan bahannya untuk membangun kuil bagi mereka sendiri.

Akhirnya, Akhenaten, Neferneferuaten, Smenkhkare, Tutankhamun, dan Ay dihapus dari daftar resmi firaun, sehingga hanya dilaporkan bahwa Amenhotep III langsung digantikan oleh Horemheb. Ini dianggap upaya Horemheb untuk menghapus jejak penyembahan Atenisme dan para firaun yang berhubungan dari catatan sejarah. Nama Akhenaten tidak pernah muncul di daftar raja-raja yang dibuat firaun-firaun sesudahnya dan baru di akhir abad ke-19 identitasnya ditemukan kembali dan catatan pemerintahannya disusun lagi oleh para arkeolog.

Kronologi Baru

David Rohl mendapatkan argumen kuat mengenai tahun pemerintahan Akhenaten yang berbeda dengan kronologi konvensional (yang diperkirakan berdasarkan penyamaan "Sisak" dengan "Shoshenq I"). Argumen ini didasarkan pada gerhana matahari yang terjadi pada sore hari menjelang matahari terbenam (~pukul 18:09) pada tanggal 9 Mei 1012 SM, yang terlihat di kota kuno Ugarit. Kejadian sangkat langka ini didapatkan tanggalnya dengan perhitungan terbalik astronomi berdasarkan catatan pada Tablet KTU-1.78, dan berkaitan dengan terbakarnya istana raja Nikmaddu II, penguasa Ugarit, yang disebut-sebut dalam salah satu Surat Amarna (EA 151) yang dikirimkan oleh Abimilku, penguasa Tirus kepada Akhenaten pada tahun ke-12 pemerintahan Akhenaten, beberapa bulan setelah ayahnya, Amenhotep III, mangkat.[28] Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Akhenaten dinobatkan menjadi raja muda untuk memerintah bersama ayahnya pada tahun 1022 SM. Amenhotep III mangkat pada tahun ke-11 pemerintahan bersama dengan Akhenaten dan sejak tahun ke-12, Akhenaten memerintah sebagai penguasa tunggal Mesir.[28]

Berikut adalah tahun-tahun pemerintahan sejumlah raja sebelum dan sesudah zaman Akhenaten:[28]

  • Ahmose (25 tahun) - 1194-1170 SM
  • Amenhotep I (21 tahun) - 1170-1150 SM
  • Thutmose I (12 tahun) - 1150-1139 SM
  • Thutmose II (2 tahun) - 1139-1138 SM
  • Thutmose III (54 tahun) - 1138-1085 SM
  • Hatshepsut (15 tahun) - 1131-1116 SM (pemerintahan bersama Thutmose III)
  • Amenhotep II (27 tahun) - 1085-1059 SM
  • Thutmose IV (10 tahun) - 1059-1050 SM
  • Amenhotep III (37 tahun) - 1050-1012 SM (mangkat pada tahun ke-11 Akhenaten)
  • Akhenaten (16 tahun) - 1022-1006 SM (memerintah bersama Amenhotep III selama 11 tahun)
  • Neferneferuaten - 1011-1007 SM (memerintah bersama Akhenaten selama 5 tahun)
  • Smenkhkare - 1006-1003 SM (memerintah bersama Akhenaten selama 1 tahun)
  • Tutankhamun - 1003-995 SM (memerintah sendiri selama 9 tahun)
  • Ay - 995-990? (lama pemerintahan tidak diketahui pasti)

Ini membuat Akhenaten sezaman dengan Saul dan Daud di Israel.

Pranala luar

Referensi

  1. ^ a b "Akhenaten". dictionary.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-14. Diakses tanggal 2008-10-02. 
  2. ^ "Akhenaton". Encyclopaedia Britannica. 
  3. ^ Beckerath (1997) p.190
  4. ^ a b Clayton (2006), p.120
  5. ^ Dominic Montserrat, Akhenaten: History, Fantasy and Ancient Egypt, Psychology Press, 2003, pp 105, 111
  6. ^ "Akhenaton (king of Egypt) - Britannica Online Encyclopedia". Britannica.com. Diakses tanggal 2012-08-25. 
  7. ^ Robert William Rogers, Cuneiform parallels to the Old Testament, Eaton & Mains, 1912, p 252
  8. ^ K.A Kitchen, On the reliability of the Old Testament, Wm. B. Eerdmans Publishing, 2003. p 486 Google Books
  9. ^ Joyce A. Tyldesley, Egypt: how a lost civilization was rediscovered, University of California Press, 2005
  10. ^ a b Aldred, Cyril, Akhenaten: King of Egypt,Thames and Hudson, 1991 (paperback), ISBN 0-500-27621-8 p 259-268
  11. ^ Charles F. Nims, The Transition from the Traditional to the New Style of Wall Relief under Amenhotep IV, Journal of Near Eastern Studies, Vol. 32, No. 1/2 (Jan. - Apr., 1973), pp. 181-187
  12. ^ Dodson, Aidan, Amarna Sunset: Nefertiti, Tutankhamun, Ay, Horemheb, and the Egyptian Counter-Reformation. The American University in Cairo Press. 2009, ISBN 978-977-416-304-3 p 8, 170
  13. ^ a b "A Frail King Tut Died From Malaria, Broken Leg - ABC News". Abcnews.go.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-23. Diakses tanggal 2010-05-30. 
  14. ^ "See the KV 55 Mummy & Tutankhamen". Anubis4_2000.tripod.com. Diakses tanggal 2012-08-25. 
  15. ^ "News from the Valley of the Kings: DNA Shows that KV55 Mummy Probably Not Akhenaten". Kv64.info. 2010-03-02. Diakses tanggal 2012-08-25. 
  16. ^ Nature 472, 404-406 (2011); Published online 27 April 2011; Original link
  17. ^ NewScientist.com; January, 2011; Royal Rumpus over King Tutankhamun's Ancestry
  18. ^ JAMA; 2010;303(24):2471-2475. King Tutankhamun’s Family and Demise (subscription)
  19. ^ Bickerstaffe, D; The Long is dead. How Long Lived the King? in Kmt vol 22, n 2, Summer 2010
  20. ^ Schulman (1982), pp.299-316
  21. ^ Allen (2006), p.1
  22. ^ Athena Van der Perre, "Nofretetes (vorerst) letzte dokumentierte Erwähnung," in: Im Licht von Amarna - 100 Jahre Fund der Nofretete. [Katalog zur Ausstellung Berlin, 07.12.2012 - 13.04.2013]. (December 7, 2012 - April 13, 2013) Petersberg, pp.195-197
  23. ^ Dayr al-Barsha Project featured in new exhibit 'Im Licht von Amarna' at the Ägyptisches Museum und Papyrussammlung in Berlin Diarsipkan 2012-12-19 di Wayback Machine. 12/06/2012
  24. ^ Allen (2006), p.5
  25. ^ Erik Hornung, Rolf Krauss and David Warburton (editors), Handbook of Ancient Egyptian Chronology (Handbook of Oriental Studies), Brill: 2006, pp.207 & 493
  26. ^ Pocket Guides: Egypt History, p.37, Dorling Kindersley, London 1996.(the Neferneferuaten part is taken from Wikipedia Nefertiti entry)
  27. ^ Nicholas Reeves. "Book Review: Rolf Krauss, Das Ende der Amarnazeit (Hildesheimer Ägyptologische Beiträge, 1978)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-31. Diakses tanggal 2008-10-02. 
  28. ^ a b c Rohl, David (1995). A Test of Time: The Bible - from Myth to History. London: Century. ISBN 0-7126-5913-7. Published in the U.S. as Rohl, David (1995). Pharaohs and Kings: A Biblical Quest. New York: Crown Publishers. ISBN 0-517-70315-7.

Lihat pula