Lompat ke isi

Kereta Cepat Indonesia China

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
PT Kereta Cepat Indonesia China
Ikhtisar
Jumlah stasiun4
Kantor pusatJakarta, Indonesia
LokalJakartaBandung
Teknis
Lebar sepur1.435 mm (4 ft 8+12 in)
Elektrifikasi25 kV AC
Panjang jalur142,3 kilometer (88,4 mi)
Kelajuan operasi350 km/h (220 mph)
Lain-lain
Perusahaan
Perseroan terbatas dengan kepemilikan konsorsium
Pemilik
Induk (12%)
Situs webkcic.co.id Sunting ini di Wikidata

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) adalah perusahaan yang mengoperasikan jaringan kereta cepat Indonesia yang dibangun dengan rute Jakarta–Bandung. Perusahaan ini dibentuk sebagai patungan antara Pilar Sinergi BUMN Indonesia sebesar 60% dengan perusahaan konsorsium Republik Rakyat Tiongkok, Beijing Yawan HSR Company Limited, sebesar 40%.[1]

Pembangunan jalur kereta kecepatan tinggi di Indonesia telah melalui proses panjang, semenjak Jepang memperkenalkan kereta cepat mereka pada tahun 2008. Di tengah-tengah studi kelayakan tersebut, kerja sama proyek tersebut diambil alih oleh Republik Rakyat Tiongkok dengan menghadirkan skema yang menurut RRT "tidak memberatkan pemerintah".[2]

Sejarah

Penawaran Tiongkok dan pembentukan KCIC

Pada bulan April 2015, Republik Rakyat Tiongkok bersaing dengan Jepang saat kedua negara tersebut menawarkan kereta kecepatan tinggi mereka untuk Indonesia.[3] Perlombaan ini, menurut The Jakarta Post, menjadi bagian dari permainan politik dan ekonomi antara kedua negara tersebut untuk merebut pengaruh strategis di kawasan Asia-Pasifik.[4] Sempat proyek ini hampir dibatalkan pada akhir September, Indonesia memilih Tiongkok sebagai pemenang proyek senilai 75 triliun rupiah (US$5 miliar) ini.[5]

Pada tanggal 2 Oktober 2015, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dibentuk sebagai sebuah konsorsium dari empat BUMN yang terlibat dalam proses pembangunan kereta kecepatan tinggi: Kereta Api Indonesia, Wijaya Karya, PTPN VIII, dan Jasa Marga. Pada 6 Oktober, pembentukan konsorsium telah dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, dan Presiden Joko Widodo mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara Jakarta dan Bandung. Perusahaan tersebut akan melakukan penyertaan modal dalam sebuah perusahaan patungan.[6][7]

Patungan tersebut dinamakan PT Kereta Cepat Indonesia China, dengan kepemilikan PSBI 60% dan China Railway International Company Limited 40%. Perusahaan tersebut dibentuk pada 16 Oktober 2015 dan direncanakan akan mengutamakan komersialisasi, tidak memberatkan APBN, dan mengedepankan sinergi antarbisnis.[8] Menanggapi kerja sama yang baru ini, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menyatakan "sangat menyesalkan" dan "sulit memahami" pilihan Indonesia ini.[9] Namun Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan bahwa struktur keuangan Tiongkok dinilai lebih menguntungkan karena proposal Tiongkok tidak memerlukan jaminan dan pendanaan dari Pemerintah Indonesia.[2]

Konstruksi

Untuk memulai konstruksi, Jokowi mengesahkan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 sebagai sebuah Proyek Strategis Nasional.[10] Pada 21 Januari 2016, Jokowi meletakkan batu pertama konstruksi di kawasan Perkebunan Teh Walini milik PTPN VIII. Estimasi pembiayaan proses konstruksi ini mencapai Rp70 triliun.[11]

Pada tahun 2017, di Kota Beijing, RRT, telah ditandatangani Facility Agreement Pembiayaan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat, yang disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan Presiden RRT Xi Jinping.[10] Budi Karya Sumadi selaku Menteri Perhubungan mengingatkan kepada perusahaan kontraktor konstruksi agar segera mempercepat proses konstruksi. Menurutnya, pembebasan lahan menjadi masalah terhambatnya pembangunan infrastruktur, dan ia tidak mengharuskan pembebasan lahan rampung 100%. Kendati demikian, pembebasan lahan masih menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar pinjaman yang diberikan oleh China Development Bank dapat segera cair.[12]

Trase yang ditetapkan adalah rute Jakarta–Bandung, dan didukung empat stasiun yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar. Setiap stasiun akan dilengkapi fasilitas untuk mendukung pembangunan berorientasi transit (TOD) di sekitar stasiun. Terkait dengan rencana stasiun baru ini, Walini akan diproyeksikan sebagai sebuah kota terencana baru yang akan menjadi penyangga wilayah Bandung Raya. Proyek ini diproyeksikan akan menyerap 39.000 tenaga kerja saat proses konstruksi, 20.000 tenaga kerja saat proses pembangunan TOD, dan 28.000 tenaga kerja setelah operasi. Untuk mendukung operasional, KCIC akan menghadirkan 11 set kereta cepat dengan 8 kereta per rangkaian.[7]

Proyek ini tidak selalu berjalan mulus. Estimasi biaya yang ditetapkan oleh KCIC semula berkisar US$6,1 miliar, tetapi pada November 2020, KCIC memperkirakan ada pembengkakan sehingga menjadi US$8,6 miliar, dan dari pihak manajemen mampu menekan biaya menjadi sebesar US$8 miliar. Kementerian BUMN mengatakan bahwa utang ini akan ditutup dengan pendanaan dari konsorsium pemegang saham serta pinjaman. Konsorsium tersebut akan menanggung 25% cost overrun yang berasal dari penyertaan modal negara yang masuk ke PT Kereta Api Indonesia sebesar Rp4 triliun dan Tiongkok akan urun sebesar Rp3 triliun. Sebesar 75% sisanya berasal dari pinjaman.[13]

Pada tanggal 18 Oktober 2021, KCIC menyatakan bahwa Stasiun Walini yang semula dimasukkan dalam daftar stasiun mereka, dicoret dari daftar stasiun, terkait dengan efisiensi biaya. Oleh karena itu, mereka akan memilih menggeser stasiun tersebut ke Padalarang untuk alasan integrasi moda.[14]

Armada

KCIC400AF saat diproduksi di pabrik CRRC QIngdao Sifang

Pada tahun 2022, CRRC Qingdao Sifang Ltd. meluncurkan electric multiple unit untuk KCIC. Kereta tersebut, yang desainnya menggunakan basis CR400AF/Fuxing diberi seri KCIC400AF[15] dan dapat melaju hingga 350 km/jam. Basis tersebut diadaptasikan sesuai kondisi iklim dan geografis Pulau Jawa dan akan menghadrkan interior bernuansa Indonesia seperti komodo, batik, dan Borobudur[16] Rangkaian kereta cepat dirancang untuk minim kebisingan dan getaran, tahan api, banjir, dan gempa bumi, serta tahan terhadap serangan objek asing.[17]

Kritik dan kontroversi

Masalah keselamatan kerja di proyek

Komite Keselamatan Konstruksi Kementerian PUPR sempat meminta penghentian sementara proyek KCIC pada 2 Maret 2020 hingga 2 minggu ke depan. Menurut penilaian Komite tersebut, proyek ini mengganggu kondisi Jalan Tol Jakarta–Cikampek dan Purwakarta–Bandung–Cileunyi. Saluran air yang mengalir di ruas tol tersebut tersumbat sehingga menimbulkan banjir. KCIC berdalih dengan alasan proyek mereka "sangat memperhatikan aspek teknis dan mekanisme pengendaliannya," begitu menurut penuturan Chandra Dwiputra, direktur utama KCIC. Sebelumnya, pada 22 Oktober 2019, terjadi kebakaran di pinggir Jalan Tol Padalarang–Buahbatu km 130 yang diduga akibat kebocoran pipa Pertamina. Seorang warga sempat mengingatkan kepada pengelola proyek KCIC bahwa di kawasan tersebut terdapat jaringan pipa Pertamina.[18]

Skema pembiayaan

Dengan mengesahkan Perpres 93 Tahun 2021, Jokowi pun membentuk Komite Kereta Cepat Jakarta–Bandung, yang dipimpin langsung oleh Menko Marinves Luhut Binsar Panjaitan. Selain itu mereka mengalihkan kepemimpinan konsorsium di dalam PSBI dari Wijaya Karya (Wika) ke KAI. Untuk melaksanakan perpres tersebut, pada 1 November 2021, pemerintah mengucurkan APBN untuk menutupi cost overrun yang dialami KCIC.[19][20]

Begitu KCIC mendapat kucuran dana tersebut, tindakan pemerintah menuai kontroversi dan dicap "ingkar janji" oleh masyarakat. Pasalnya, KCIC adalah proyek business to business sehingga skema pembiayaannya tidak menggunakan APBN. Namun pemerintah beralasan pengucuran dana APBN tersebut dilakukan karena situasi yang masih berada dalam pandemi Covid-19, terganggunya arus kas para anggota konsorsium, perubahan desain dan kondisi geografi di proyek, serta melambungnya harga tanah per meter persegi.[19][21]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Indonesia, C. N. N. "KCIC Batal Bangun Stasiun Walini untuk Kereta Cepat". ekonomi. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  2. ^ a b "Indonesia defends bidding process for high-speed rail project after Japan angered at being rejected". The Strait Times. Singapore. 2 October 2015. Diakses tanggal 2 October 2015. 
  3. ^ "Japan loses Indonesian high-speed railway contract to China". The Japan Times. 30 September 2015. Diakses tanggal 1 October 2015. 
  4. ^ Craig P. Oehlers (22 August 2015). "Race for Indonesia's high-speed railway part of a big game". The Jakarta Post. Jakarta. Diakses tanggal 1 October 2015. 
  5. ^ Ben Otto and Anita Rachman (30 September 2015). "Indonesia's Handling of High-Speed Train Project Adds to Business Confusion, Mixed messages to Japan, China come as Indonesia courts foreign investors". The Wall Street Journal. Diakses tanggal 1 October 2015. 
  6. ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2015-10-08). "Pilar Sinergi BUMN Indonesia Akan Bangun Kereta Cepat". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  7. ^ a b Liputan6.com (2016-01-21). "Kereta Cepat Jakarta-Bandung Lewati 4 Stasiun, Mana Saja?". liputan6.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  8. ^ "Bangun Kereta Cepat, Konsorsium BUMN-Cina Dibentuk". Republika Online. 2015-10-16. Diakses tanggal 2022-04-20. 
  9. ^ "Japan loses Indonesian high-speed railway contract to China". The Japan Times. 30 September 2015. Diakses tanggal 1 October 2015. 
  10. ^ a b "Lika-Liku Kereta Cepat Jakarta-Bandung: dari Kebun Teh Mandalawangi Jadi Beban APBN". KOMPAS.tv. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  11. ^ "Jokowi letakkan batu pertama proyek kereta cepat Jakarta-Bandung". merdeka.com. 2016-01-21. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  12. ^ Kusuma, Hendra. "Saran Menhub Soal Kereta Cepat: Konstruksi Jangan Tunggu Tanah 100%". detikfinance. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  13. ^ "Video: Apa Yang Menyebabkan Biaya Kereta Cepat Bengkak? - News Katadata.co.id". katadata.co.id. 2022-08-06. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  14. ^ ZRF, Angga Aliya. "Mohon Maaf, Stasiun Kereta Cepat Walini Batal Dibangun". detikfinance. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  15. ^ Rayanti, Dina. "Mengintip Proses Pengangkatan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dari China". detikoto. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  16. ^ A, Khairunnisa Fauzatul. "Rangkaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan Tampilkan Nuansa Indonesia, Intip Spesifikasinya - Pikiran-Rakyat.com". www.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  17. ^ "Intip Rangkaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Desain Terinspirasi dari Komodo hingga Mega Mendung". Tribunjabar.id. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  18. ^ Rachman, Fadhly Fauzi. "Disetop, Proyek KCIC Bikin Banjir hingga Kebakaran". detikfinance. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  19. ^ a b Media, Kompas Cyber (2022-05-26). "Ironi Kereta Cepat: Ngotot Diklaim B to B, Tapi Pakai Duit APBN Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  20. ^ Media, Kompas Cyber (2021-11-01). "Sah, Proyek Kereta Cepat Diguyur Duit APBN Rp 3,4 Triliun Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  21. ^ "Mengapa Jokowi Ingkar Janji Demi Danai Kereta Cepat Jakarta-Bandung? - Telaah Katadata.co.id". katadata.co.id. 2021-10-12. Diakses tanggal 2022-08-31. 

Pranala luar