Gunung Nglanggeran
Gunung Nglanggeran | |
---|---|
Titik tertinggi | |
Ketinggian | 700 m (2.300 ft) |
Masuk dalam daftar | Ribu |
Geografi | |
Letak | Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia |
Gunung Nglanggeran adalah sebuah gunung di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Gunung ini merupakan suatu gunung api purba yang terbentuk sekitar 60-70 juta tahun yang lalu atau yang memiliki umur tersier (Oligo-Miosen).[1][2] Gunung Nglanggeran memiliki batuan yang sangat khas karena didominasi oleh aglomerat dan breksi gunung api.[3][4][5] Gunung ini terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul yang berada pada deretan Pegunungan Baturagung.[3][6][7]
Legenda
Bukit Nglanggeran konon merupakan tempat menghukum warga desa yang ceroboh merusak wayang.[7] Asal kata nglanggeran adalah nglanggar yang mempunyai arti melanggar.[7] Pada ratusan tahun yang lalu, penduduk desa sekitar mengundang seorang dalang untuk mengadakan pesta syukuran hasil panen.[7] Akan tetapi para warga desa melakukan hal ceroboh.[7] Mereka mencoba merusak wayang si dalang.[7] Dalang murka dan mengutuk warga desa menjadi sosok wayang dan dibuang ke Bukit Nglanggeran.[7]
Ada beberapa bebatuan besar yang menurut cerita warga sekitar digunakan untuk tempat pertapaan warga.[8] Warga sekitar mengatakan bahwa menurut kepercayaan, Gunung Nglanggeran dijaga oleh Kyai Ongko Wijoyo serta tokoh pewayangan Punokawan.[8] Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semadi di pucuk gunung.[6] Di Gunung Nglanggeran ini pula warga pernah menemukan arca mirip Ken Dedes.[6]
Karakteristik
Berdasarkan penelitian, gunung api ini merupakan gunung berapi aktif sekitar 60 juta tahun yang lalu lalu.[8] Gunung Nglanggeran berasal dari Gunung api dasar laut yang terangkat dan kemudian menjadi daratan jutaan tahun lalu.[7] Gunung ini memiliki bebatuan besar yang menjulang tinggi sehingga biasanya digunakan sebagai jalur pendakian dan tempat untuk pertapaan warga.[8] Puncak gunung tersebut adalah Gunung Gedhe di ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut, dengan luas kawasan pegunungan mencapai 48 hektar.[6]
Pendakian
Perjalanan menuju puncak gunung akan melewati jalanan tanah serta lorong-lorong bebatuan yang sempit.[9] Dengan jarak tempuh pendakian lebih kurang dua jam, wisatawan bisa menapaki puncak tertinggi gunung api purba itu.[10] Apabila berangkat sore, wisatawan dapat menyaksikan matahari yang terbenam.[9] Selain itu, pengunjung juga perlu menggunakan tali untuk mendaki bukit-bukit yang pendek.[9] Ada papan petunjuk yang membuat wisatawan tidak mudah tersesat.[9]
Pengembangan wisata
Tahun 1999, objek wisata ini dikelola Karang Taruna Bukit Putra Mandiri yang mengenakan tarif tiket Rp 500 per orang, namun fasilitasnya belum lengkap.[6] Mengingat banyaknya potensi budaya dan ekowisata di situs gunung api tersebut, tahun 2008 [Badan Pengelola Desa Wisata Nglanggeran mengambil alih pengelolaannya dan menambah berbagai fasilitas.[6]
Di sekitar Gunung Nglanggeran dapat dijumpai embung yang merupakan bangunan berupa kolam seperti telaga di ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut.[6] Embung dengan luas sekitar 5.000 meter persegi itu berfungsi menampung air hujan untuk mengairi kebun buah kelengkeng, durian, dan rambutan di sekeliling embung.[6] Pada musim kemarau, para petani bisa memanfaatkan airnya untuk mengairi sawah.[6] Pengunjung bisa naik ke embung dengan tangga.[6] Sampai di sisi embung, pengunjung bisa melihat matahari terbenam dan melihat gunung api purba di seberang embung.[6]
Harga tiket masuk untuk menikmati wisata alam Jogja ini (mulai 1 Juli 2016), sebesar Rp15.000,00 di siang hari dan Rp20.000,00 di malam hari, dan untuk wisatawan asing sebesar Rp30.000,00.[11] Kawasan wisata Gunung Api Purba, Nglanggeran ini dikelola secara resmi oleh Karang Taruna Desa Nglanggeran.[12]
Pada budaya populer
Gunung Nglanggeran disebut dalam lagu congdut karya Didi Kempot, berjudul "Banyu Langit" yang dirilis pada tahun 2016 dalam album Kasmaran. Pada bagian akhir chorus disebutkan: "...adheme gunung Merapi purba, sing neng Nglanggeran, Wonosari, Yogyakarta..."[13]
Referensi
- ^ "GunungApiPurba.com : Situs Informasi Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba, Desa Wisata Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, D I Yogyakarta". gunungapipurba.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-01.
- ^ "Nglanggeran Aman, Matinya Gunungapi". Dongeng Geologi. 2010-11-12. Diakses tanggal 2017-04-01.
- ^ a b MualMaul (2009-10-06). "SEJARAH GEOLOGI ZONA PEGUNUNGAN SELATAN JAWA TIMUR". Wingman Arrows. Diakses tanggal 2017-04-01.
- ^ marufins (2017-02-21). "Yogyakarta dan Kepungan Gunung-Gemunung Berapi Purba". Ekliptika. Diakses tanggal 2017-04-01.
- ^ "Gunung Api Purba Nglanggeran | Geomagz | Majalah Geologi Populer". geomagz.geologi.esdm.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-01. Diakses tanggal 2017-04-01.
- ^ a b c d e f g h i j k Wisnubrata. Wisnubrata, ed. "Berwisata ke Desa Nglanggeran". Kompas.com. www.travel.kompas.com. Diakses tanggal 6 Mei 2014.
- ^ a b c d e f g h "Bukit Nglanggeran: Kutukan Dalang bagi Yang Nglangger". www.intisari-online.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-06. Diakses tanggal 6 Mei 2014.
- ^ a b c d "Gunung Nglanggeran Gunung Api Purba di Yogyakarta". www.nationalgeographic.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-02. Diakses tanggal 6 Mei 2014.
- ^ a b c d "Menepi Di Puncak Gunung Nglanggeran". www.harianjogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-12. Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ "Cahaya di Puncak Gunung Nglanggeran". Kompas.com. www.travel.kompas.com. Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ Media, Mediani Dyah Natalia - Harian Jogja Digital. "WISATA GUNUNGKIDUL : Inilah Tarif Resmi yang Diterapkan di Nglanggeran". Harianjogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-01. Diakses tanggal 2017-04-01.
- ^ "Gunung Api Purba, Gunung Nglanggeran". www.sobatjogja.com. Diakses tanggal 17 October 2014.
- ^ Yuwono, Markus. Nursastri, Sri Anindiati, ed. "Lagu Banyu Langit Didi Kempot, Bikin Turis Penasaran ke Nglanggeran". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-09-07.