Lompat ke isi

Abdul Karim Amrullah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Infobox orangAbdul Karim Amrullah

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran10 Februari 1879 Edit nilai pada Wikidata
Kematian2 Juni 1945 Edit nilai pada Wikidata (66 tahun)
Jakarta Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
Kelompok etnikOrang Minangkabau Edit nilai pada Wikidata
AgamaIslam Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanulama Edit nilai pada Wikidata
Keluarga
Pasangan nikahRaihanah
Syafiyah
Siti Hindun
Rafi'ah Edit nilai pada Wikidata
AnakFatimah Karim Amrullah
 ( Raihanah)
Abdul Wadud Karim Amrullah
 ( Siti Hindun)
Abdul Kuddus Karim Amrullah
 ( Syafiyah)
Hamka
 ( Syafiyah)
Abdul Bari Karim Amrullah
 ( Rafi'ah) Edit nilai pada Wikidata
Orang tuaMuhammad Amrullah Edit nilai pada WikidataTarwasa Edit nilai pada Wikidata
KerabatAhmad Rasyid (menantu) Edit nilai pada Wikidata

Dr. Haji Abdul Karim Amrullah (nama lahir: Muhammad Rasul, 10 Februari 1879 – 2 Juni 1945), dijuluki sebagai Haji Rasul, adalah ulama terkemuka sekaligus reformis Islam di Indonesia. Ia juga merupakan pendiri Sumatra Thawalib, sekolah Islam modern pertama di Indonesia. Ia bersama Abdullah Ahmad menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar, di Kairo, Mesir. Selain itu, ia juga seorang ayah dari ketua pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Hamka.

Kehidupan

Abdul Karim Amrullah

Abdul Karim Amrullah dilahirkan dengan nama Muhammad Rasul dari pasangan Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh dengan istri ketiga bernama Andung Tarwasa. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara.[1] Ayahnya, yang juga dikenal sebagai Tuanku Kisai, merupakan syekh dari Tarekat Naqsyabandiyah. Saudara Abdul Karim Amrullah yang seibu, yakni Maryam, Aisyah, Maimunah, Hafsah, Muhammad Saleh, dan Yusuf.

Pada tahun 1894, ia dikirim ayahnya ke Mekkah untuk menimba ilmu, dan berguru pada Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang pada waktu itu menjadi guru dan imam Masjidil Haram.[2] Pada tahun 1925, sepulangnya dari perjalanan ke Jawa, ia mendirikan cabang Muhammadiyah di Minangkabau, tepatnya di Sungai Batang, kampung halamannya.[3]

Makam Syaikh Yusuf Amrullah (adik Abdul Karim Amrullah) dan Abdul Karim Amrullah

Ia meninggal dunia pada 2 Juni 1945 di Jakarta.[4] Salah satu putranya, yaitu Hamka (nama pena dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dikenal banyak orang sebagai ulama besar dan sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka.

Karya

Dr. Haji Abdul Karim Amrullah (kiri), Syekh Taher Jalaluddin (tengah), dan Syekh Daud Rasyidi (kanan)

Buku pertama kali yang diterbitkannya pada tahun 1908 berjudul Amdatul Anam fi Ilmil Kalam yang membahas dua puluh sifat Allah, lalu disusul buku-buku lain, yakni Qatthi'u Riqabil Mulhidin (1910), Syamsyul Hidayah (1912), Sullamul Ushul (1914), Aiqazum Niam (1916), Al-Qawlus-Shahih (bantahan terhadap Ahmadiyah, 1926),[5][6] Cermin Terus (1928), dst.[7]

Kematian

Abdul Karim Amrullah meninggal dunia di Jakarta pada 2 Juni 1945. Beliau dimakamkan di Kecamatan Tanjung Raya, Jorong  Nagari, Nagari Sungai Batang.[8]

Rujukan

  • Graves, Elizabeth E. (2007). Asal usul Elite Minangkabau Modern: Respons Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-661-1. 
  • Santosa, Kholid O. (2007). Manusia di Panggung Sejarah, Pemikiran dan Gerakan Tokoh-tokoh Islam. Bandung: Sega Arsy. 
  • Jamal, Murni (2002). Dr. H. Abdul Karim Amrullah, Pengaruh dalam Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau Pada Awal Abad ke-20. 

Referensi

Rujukan
Daftar pustaka

Pranala luar