Lompat ke isi

Ngengat sutra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 27 Mei 2023 14.29 oleh RenFZ20 (bicara | kontrib) (#1Lib1Ref #1Lib1RefID)
Ngengat sutra
Bombyx mori Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumArthropoda
KelasInsecta
OrdoLepidoptera
FamiliBombycidae
GenusBombyx
SpesiesBombyx mori Edit nilai pada Wikidata
L. f., 1758


Ulat sutra Prometheus

Ngengat sutra (Bombyx mori, secara harfiah berarti "ulat murbei") adalah serangga dari kelas Bombycidae. Disebut ngengat sutra karena hewan ini menjadi penghasil sutra orisinal yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bentuk ulat (larva) yang sering disebut ulat sutra lebih dikenal orang daripada bentuk dewasa (imago) dari hewan ini. Hewan ini sering diternakkan untuk diambil sutranya. Ulat sutra hanya memakan daun murbei (Morus alba). Ia berasal dari utara Tiongkok.

Telur ngengat sutra membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk menetas. Ulatnya membentuk kepompong sutra mentah, yang setelah dipintal bisa menghasilkan benang sutra 300 hingga 900 meter per kepompong. Seratnya berdiameter sekitar 10 mikrometer.

Sebagaimana umumnya larva/ulat, ulat sutra sangat rakus; makan sepanjang siang dan malam sehingga tumbuh dengan cepat. Apabila warna kepalanya sudah menjadi makin gelap, ulat sutra akan segera berganti kulit/cangkang. Dalam hidupnya, ulat sutra mengalami empat kali ganti kulit, hingga berwarna kekuningan dan lebih ketat, yang menjadi tanda akan segera membungkus diri dengan kepompong.

Sebelum ulat sutra menjadi matang dan keluar dari kepompongnya (kepompong digigiti hingga rusak dan tidak bernilai ekonomi), kepompong tersebut kemudian direbus untuk membunuh ulat sutra dan memudahkan penguraian seratnya. Adapun ngengat dewasa yang dipelihara untuk bibit ulat sutra tidak bisa terbang.

Siklus Hidup

Daur hidup ngengat sutera dimulai saat ngengat sutera betina bertelur. Ulat atau larva dihasilkan dari telur ngengat sutra. Pada tahap kepompong, ulat sutera membuat anyaman untuk menahan dirinya sendiri. Setelah itu, ulat sutera mengayunkan kepalanya, mengubah serat yang terbuat dari protein menjadi benang sutera. Beberapa ulat membentuk lapisan pertahanan di sekitar pupa dan lapisan ini dikenal sebagai selubung. Tali sutra (benang) diperoleh dari kepompong ngengat sutra[1].

Karena sejarahnya yang panjang dan nilai ekonominya yang tinggi, genom ulat sutra menjadi salah satu objek penelitian ilmiah.[butuh rujukan]

Ulat sutera (Bombyx mori), yang menghasilkan serat sutera di kelenjar sutranya, adalah lepidopteran yang paling terkenal di Jepang. Ulat ini didomestikasi oleh manusia lebih dari 5.000 tahun yang lalu di Cina. B. mori tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan manusia[2]

Sejarah

Di Tiongkok kuno, terdapat legenda bahwa sutra yang didapati dari ulat sutra dilihat oleh Ratu Xi Ling-Shi (Hanzi: 嫘祖, pinyin: Léi Zǔ). Ia sedang bertamasya ketika ia melihat kepompong ulat sutra. Lalu digunakanlah jarinya untuk menyentuhnya, dan menakjubkan, selembar benang tersangkut. Ketika makin banyak benang yang tersangkut dan membaluti sekeliling jarinya, dia perlahan-lahan merasa panas. Ketika sutra itu habis, dia melihat kepompong kecil. Dengan serta merta, sang ratu menyadari bahwa kepompong itu merupakan sumber sutra. Dia lalu bercerita kepada semua orang dan hal ini menjadi dikenal secara luas. Selain legenda ini, terdapat banyak legenda lain mengenai ulat sutra.

Manfaat medis

Ulat sutra yang digunakan untuk pengobatan tradisional Tiongkok adalah "Bombyx batryticatus" atau "ulat sutra kaku" (Hanzi sederhana:僵蚕, tradisional: 僵蠶 pinyin: āngcán). Ia adalah larva kering 4–5 tahun yang mati akibat penyakit muskadin putih disebabkan oleh jamur Beauveria bassiana, dimanfaatkan untuk mengobati masuk angin, mencairkan dahak dan meringankan kejang-kejang.

Makanan

Ulat sutra dikonsumsi di sejumlah kebudayaan. Di Korea, ulat sutra yang direbus serta dibumbui merupakan makanan ringan yang populer dan dikenal sebagai beondegi (번데기) . Di Tiongkok, sejumlah pedagang jalanan menjual ulat sutra yang dipanggang

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Jha, Abhishek; Mishra, Deepak Kumar; Kumar, Sandeep (2022). "Bombyx mori: Life cycle and as a model organism in life science research". Journal of Entomological Research (dalam bahasa Inggris). 46 (2): 378–384. doi:10.5958/0974-4576.2022.00068.8. ISSN 0378-9519. 
  2. ^ Tabunoki, Hiroko (2016). "Can the silkworm (Bombyx mori) be used as a human disease model?". 2016 International Congress of Entomology. Entomological Society of America. doi:10.1603/ice.2016.112440.