Lompat ke isi

Meikarta

Koordinat: 6°20′17″S 107°10′16″E / 6.338°S 107.171°E / -6.338; 107.171
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Meikarta merupakan proyek kota terencana yang dibangun oleh PT Lippo Karawaci Tbk di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Meikarta resmi diluncurkan pada 17 Agustus 2017.[1][2] Proyek kota terencana tersebut berada di dekat Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung.[3] Proyek tersebut rencananya menyasar kalangan menengah ke bawah.[4] Pembangunan proyek tersebut menuai protes dari beberapa pihak, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar karena tidak memiliki izin untuk membangunnya.[5][6]

Perkembangan

Mega proyek ini merupakan salah satu proyek properti paling ambisius dari Grup Lippo pada periode 2010-an, bahkan diklaim sebagai proyek properti terbesar dari kerajaan bisnis keluarga Riady tersebut. Menurut pemilik Lippo, James Riady, proyek Meikarta sudah dirancang sejak 2014 dan pembangunannya sudah dimulai sejak Januari 2016. Rencana awalnya adalah membangun 100 gedung apartemen bertingkat (mulanya 400.000 unit hingga Desember 2018), 10 rumah sakit internasional, mal dan pusat bisnis seluas 1,5 juta hektar, Silicon Valley ala Indonesia, pusat riset, pusat industri, lebih dari 150 sekolah (SD, SMP hingga SMA), perpustakaan, gedung opera, dan berbagai fasilitas lainnya di lahan seluas 1,5 juta meter persegi. James juga mengklaim Meikarta nantinya bisa menyerap 65.000 pekerja dan menyediakan tempat tinggal bagi 2 juta penghuni.[7]

Pada 17 Agustus 2017 proyek Meikarta resmi diluncurkan di Maxxbox Orange County, Lippo Cikarang.[8] Nama "Meikarta" diambil dari nama ibu James, Mei dan kota Jakarta, yang dapat diartikan sebagai kota yang dipersembahkan untuk ibu dan Jakarta. Investasi yang ditanamkan pun tidak main-main, mencapai Rp 278 triliun di lahan awal seluas 500 ha.[9] Promosi masif pun digencarkan Lippo: mulai dari membanderol apartemen dengan harga Rp 127 juta/unit (yang berhasil meraih 16.800 pembeli dalam satu hari dan mencapai 99.300 unit terjual dalam beberapa hari pasca-peluncurannya),[10][11] hingga iklan masif di berbagai media massa, baik televisi, surat kabar, media luar ruang, dll. Salah satu pernyataan dalam iklannya yang paling dikenal, yaitu "...aku ingin pindah ke Meikarta". Total iklan tersebut memakan biaya hingga Rp 1,5 triliun, menjadikan Meikarta sebagai salah satu pemasang iklan tebesar pada tahun 2017.[12]

Namun, belum setahun diluncurkan, proyek ini mulai tersandung masalah. Pemprov Jawa Barat pada Agustus 2017 menyatakan bahwa proyek ini belum memenuhi persyaratan yang lengkap, karena meskipun menargetkan membangun properti di lahan seluas 500 ha, pihak Pemprov baru mengizinkan Lippo membangun di lahan seluas 84,6 ha. Patgulipat perizinan tersebut akhirnya membawa Lippo Karawaci dan anak usahanya, pengembang Meikarta yaitu PT Mahkota Sentosa Utama (MSU), terjerat kasus suap yang melibatkan Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin. Dalam kasus yang terungkap pada Oktober 2018 ini, PT MSU dituduh menyuap Neneng dan sejumlah pejabat Kabupaten Bekasi sebesar Rp 7 miliar untuk melicinkan proyek Meikarta.[9] Beberapa bulan sebelumnya, pada Mei 2018, PT MSU juga digugat sejumlah agen iklan, yang disusul penghentian kerjasama oleh sejumlah kontraktor karena dianggap belum membayar biaya iklan dan pembangunan. Pada Oktober 2020, PT MSU juga digugat PKPU oleh PT Graha Megah Tritunggal karena melakukan hal yang sama pada jasa pengamanan.[9]

Proyek ambisius yang ditargetkan selesai dalam waktu 3-5 tahun ini pun kemudian mulai tersendat-sendat. Memasuki September 2019, tidak ada tanda-tanda Lippo dan PT MSU akan menyerahkan apartemen yang sudah jadi kepada para pembeli.[11] Malahan, di tahun 2020, para pembeli diberikan beberapa opsi: pindah ke tipe/unit lainnya dengan menambah biaya, atau menunggu hingga 2027 untuk menerima apartemen mereka. Banyak pembeli pun mulai gerah dengan tindakan mengulur-ulur waktu tersebut. Mereka kemudian membentuk Komunitas Peduli Konsumen Meikarta (KPKM) yang melakukan protes ke manajemen hingga ke pemerintah untuk menuntut haknya, seperti memberi ganti rugi atau mengembalikan dana pembelian.[9][11] Sedangkan pihak Lippo dan PT MSU cenderung berkilah bahwa proyek tersebut sedang dalam proses pengerjaan. Menurut mereka, proyek Meikarta hingga Desember 2022 telah mencapai 36 menara apartemen yang mendekati proses penyelesaian. Lalu, sejak Desember 2020, pihak Meikarta juga mengklaim telah menyerahkan ribuan unit apartemen kepada konsumen: 2.000 pada akhir Desember 2020, 1.500 pada 2021, dan 1.700 pada Agustus dan September 2022.[9] Selain puluhan menara apartemen, pihak Meikarta telah berusaha membangun fasilitas komersial bernama Meikarta Plaza, dan dua universitas (Universitas Pelita Harapan dan Universitas Paramadina).[11] Namun, menurut pihak KPKM, alasan PT MSU dianggap belum kuat, karena ketidakjelasan kapan unit yang dipesan pembeli akan selesai.[13]

Fasilitas

Saat direncanakan dan diluncurkan, Meikarta ditargetkan memiliki fasilitas seperti berikut:

  • 100 ha ruang hijau
  • 10 pusat perbelanjaan
  • area komersil seluas 1,5 juta meter persegi
  • 3 rumah sakit internasional
  • jalan 4 lapis
  • pusat bisnis
  • 100 menara setinggi 35-46 lantai, untuk perkantoran dan perumahan (apartemen)
  • 100 SD internasional dan nasional plus
  • 50 SMP dan SMA internasional dan nasional plus
  • pusat riset
  • pusat industri
  • akses mudah ke sarana transportasi: Pelabuhan Patimban, LRT Jabodebek, Bandara Kertajati, monorel baru, dll.[8][7][4]

Meikarta direncanakan akan dibangun dalam 3 distrik, dan dari ribuan unit apartemen, telah terjual ke 18.000 calon pembeli.[14] Namun, saat ini konsentrasi pengerjaan hanya ada di distrik 1 (yang belum mencapai 100%), sementara distrik 2 hampir minim pengerjaan dan distrik 3 belum dibangun.[15]

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

6°20′17″S 107°10′16″E / 6.338°S 107.171°E / -6.338; 107.171