Hang Nadim
Laksamana Hang Nadim | |
---|---|
Lahir | Berkas:Malacca flag as shown in the Cantino Planisphere (1512).png
|
Meninggal |
|
Tempat pemakaman | Mausoleum Hang Nadim[1] Berlokasi di desa Busung, kecamatan Seri Kuala Lobam (di Bintan)[2] 1°01′29″N 104°20′05″E / 1.0248°N 104.3348°E |
Kebangsaan | Kesultanan Melayu Melaka dan Johor-Riau (beretnis Melayu) |
Kewarganegaraan | Kesultanan Melayu Melaka dan Johor-Riau |
Zaman | Abad ke-15 M |
Suami/istri | Tun Emas Jiwa Putri[3] |
Orang tua |
|
Kerabat | Hang Tuah |
Penghargaan | Pahlawan Nasional Indonesia |
Hang Nadim atau yang kerap dikenali dengan nama kehormatannya, yakni Laksamana Hang Nadim Seorang Laksmana Yang Memimpin Armada yang bernama "Lang Laut"(terj. har. 'Laksamana Hang Nadim') merupakan seorang tokoh laki-laki berketurunan Melayu terkemuka dalam sejarah klasik sekarang wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura yang utamanya dikenali di kalangan masyarakat etnis Melayu Riau di wilayah Kepulauan Riau (serta dikenali juga oleh masyarakat Melayu Singapura dalam skala yang lebih luas).
Kehidupan awal dan latar belakang
Hang Nadim lahir dari seorang ibu bangsawan Melayu yang berasal dari jambi dan menetap di pulau Bintan bernama Dang Wangi,[a] dan ayah seoarang Laksamana Melayu yaitu Hang Jebat (Ayah Hang Nadim yaitu Hang Jebat terbunuh saat pertarungan dengan Hang Tuah ketika dia masih kecil, kemudian Hang Nadim Menjadi anak angkat dari Hang Tuah, ia dilahirkan di sebuah desa (mungkin sama dengan tempat pemakamannya di desa Busung) di Pulau Bintan.[4] sebelum kedatangan portugis ke Melaka.
Dilihat dari namanya, Hang Nadim kemungkinan besar adalah seorang Muslim (penganut agama Islam) karena namanya ialah "Nadim" yang merupakan nama umum bagi kalangan Muslim yang diambil dari bahasa Arab; نديم yang mana secara harfiah berarti "pendamping", "orang kepercayaan", atau "teman" (pada terjemahan literal aslinya, sebenarnya memiliki arti "penuang anggur").[5]
Ketika usianya menjejak dewasa, Hang Nadim menikah dengan anak perempuan Hang Tuah iaitu Tun Emas Jiwa. Dari perkahwinan dengan anak gadis Hang Tuah ini, lahirlah Tun Ali.[3]
Jasa
- Melindungi Bintan dari serangan penjajah Portugis, terjadi di Teluk Bintan pada tahun 1526.[1]
- Melindungi Wilayah Kesulatanan Melaka yang sekarang yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura dari serangan portugis terjadi di daerah .[6]
Kematian dan penguburan
Sedikit informasi mengenai penyebab kematian Hang Nadim; namun diduga karena usia telah sepuh, dan Hang Nadim dimakamkan di tempat kelahirannya di Pulau Bintan tepatnya di Desa Busung, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.[2] Tempat pemakamannya dikenal secara lokal sebagai Makam Laksamana Hang Nadim[1] (atau juga Mausoleum Hang Nadim) dengan koordinat lokasi 1°01′29″N 104°20′05″E / 1.0248°N 104.3348°E; tempat ini kerap dianggap keramat yang mana orang biasa melakukan ziarah.
Setiap tahunnya, pada tanggal 27 Sya’ban (bulan ke-8 dalam penanggalan Islam), sebuah tradisi biasanya diadakan di makam Hang Nadim oleh umat Islam masyarakat Melayu Bintan sebagai bentuk penghormatan atau penghargaan atas jasa-jasa kepahlawanannya yang dapat diteladani oleh orang Melayu Bintan atau Melayu Riau pada umumnya (dan lebih luas lagi termasuk Melayu Singapura dan Melayu Malaysia).[2] Ditinjau dari kebiasaan masyarakat Indonesia terkait kematian secara umum, kemungkinan tanggal 27 Sya’ban tersebut adalah merupakan tanggal kematiannya.
Dinamakan sesuai tokoh ini
Indonesia
- Bandar Udara Internasional Hang Nadim – sebuah bandara internasional di Batam (dibangun tahun 1974)
- Hang Nadim Malay School – sebuah pesantren di Batam
- Jalan Hang Nadim – ada di berbagai daerah
Singapura
- Jalan Hang Nadim – ada di berbagai daerah
Malaysia
- Jalan Hang Nadim – ada di berbagai daerah
References
- ^ a b c d e Sanopaka, Endri (2022). Bandar Seri Bentan: Sebuah Sejarah Pemerintahan Kabupaten Bintan [Bandar Seri Bentan: A History of Bintan Regencial Government]. CV Jejak. ISBN 978-623-338-708-8.
- ^ a b c "Atraksi Ziarah Makam Laksmana Hang Nadim" [Admiral Hang Nadim's Tomb Pilgrimage Attraction]. Ministry of Tourism and Creative Economy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-16.
Makam pahlawan Melayu Laksmana Hang Nadim terletak di Desa Busung [The grave of the Malay hero, Laksmana Hang Nadim is located in Busung Village]
- ^ a b Affandi, Raja Mohd (1974). Tokoh-Tokoh Melayu Agung Dalam Sejarah. Dewan Bahasa Dan Pustaka [Folklore from Batam: Cultural Education Series]. Grasindo.
- ^ Affandi, Raja Mohd. Tokoh-Tokoh Melayu Agung Dalam Sejarah. Dewan Bahasa Dan Pustaka.
- ^ Team, Almaany. "تعريف و شرح و معنى نديم بالعربي في معاجم اللغة العربية معجم المعاني الجامع، المعجم الوسيط ،اللغة العربية المعاصر ،الرائد ،لسان العرب ،القاموس المحيط - معجم عربي عربي صفحة 1" [Definition, explanation and meaning of Nadim in Arabic]. www.almaany.com (dalam bahasa Arab). Diakses tanggal 2022-03-24.
- ^ AQRAM, SYAZRUL (2020). Jangan Selewengkan Sejarah Melayu (dalam bahasa Melayu / Malay). Malaysia: PATRIOTS PUBLISHING SDN BHD.
Notes:
JANGAN SELEWENGKAN SEJARAH !!! JIKA TIDAK TAHU BOLEH MEMBACA DAN MENCARI REFERENSI.
sebelum saya revisi artikel ini, saat saya baca banyak terjadi kekeliruan tentang sejarah di artikel ini sebelumnya.
Panggilan Hang itu muncul di era Kesultanan Melaka, Hang Jebat, Hang Tuah, dan Hang Nadim Itu murni keturunan Melayu.
ada dua orang yang bernama Hang Nadim di era kesultanan-kesultanan Melayu
- Laksmana Hang Nadim anak Hang Jebat abad 15 yang nama nya di abadikan di banyak monumen atau tempat.
- Hang Nadim di Legenda Singapura di Langgar Todak abad 18, ibu nya memang orang bugis dan nama depan Hang nya tidak ada keterkaitan dengan Laksamana Hang Nadim, Hang Tuah ataupun Hang Jebat
Tambahan:
Panggilan/Gelar Dang adalah Panggilan/Gelar tertua dari suku Melayu yang digunakan khusus untuk perempuan yang berasal dari kerajaan jambi sebelum kerajaan jambi bergabung dan membentuk Kedatuan Sriwijaya.
- Dang untuk Perempuan
- Dapunta untuk Laki- Laki
karena pengaruh kedatuan sriwijaya yang dimana sistem vasal yaitu mengangkat raja-raja di kerajaan lain agar menjadi perserikatan kedatuan sriwijaya dengan memberi mereka gelar datuk. maka sekarang ini kita bisa melihat dimana yang bukan mayoritas kerajaan melayu ada yang menggunakan datok ataupun panggilan lainnya.[1]
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/>
yang berkaitan
- ^ Wolters, O.W. (1970). Fall Of Srivijaya In Malay History.