Lompat ke isi

Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Surakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 November 2024 03.34 oleh 103.148.201.183 (bicara) (terjadi kesalahan jika 517133 adalah kelurahan stabelan dan 517113 adalah kedunglumbu, cmiiw)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Kedung Lumbu
Peta lokasi Kelurahan Kedung Lumbu
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KotaSurakarta
KecamatanPasar Kliwon
Kode Kemendagri33.72.03.1007 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3372030008 Edit nilai pada Wikidata
Peta
Peta
Peta
Peta
Koordinat:

Kedung Lumbu (bahasa Jawa: ꦏꦼꦝꦸꦁꦭꦸꦩ꧀ꦧꦸ, translit. Kedhung Lumbu) adalah sebuah kelurahan di kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Kelurahan ini memiliki kode pos 57113. Pada tahun 2020, kelurahan ini berpenduduk 5.469 jiwa.

Asal nama

[sunting | sunting sumber]

Nama kelurahan ini diberikan oleh para penggawa keraton Surakarta yang kehilangan akal karena penduduk tempat ini menolak dipindahkan ke daerah lain saat pembangunan Keraton Surakarta pada abad ke-18. Mereka mengumpamakan para penduduk itu seperti air di atas daun lumbu (talas), karena mereka mengubah-ubah janji saat diminta pindah.

Pembagian wilayah

[sunting | sunting sumber]

Secara Administratif Kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang meliputi 30 Rukun Tetangga (RT) yakni 28 RT aktif dan 2 RT pasif (Tidak efektif yaitu RT.01 dan RT.02, RW.VI, karena wilayahnya dijadikan area Pasar Cenderamata)dan secara historis Kelurahan Kedunglumbu terdiri dari 9 kampung, yakni:

  • Palugunan
  • Yosodipuran
  • Prawiropuran
  • Nogobandan
  • Kranggan
  • Jiwoleksanan
  • Tegalkonas
  • Kedunglumbu
  • Lojiwetan

Lojiwetan

[sunting | sunting sumber]

Salah satu bagian kelurahan ini dinamakan Lojiwetan. Dinamakan demikian karena dari asal kata bahasa Jawa Loji yang berarti lumbung dan Wetan yang berarti timur. Pada masa pendudukan Belanda di Indonesia, daerah ini pada khususnya menjadi lumbung padi atau makanan yang lain bagi daerah di sekitarnya. Oleh karena sifatnya yaitu menyimpan makanan, maka arsitektur rumah-rumah di daerah ini (yang masih asli) pun memiliki karakteristik antara lain tembok yang tebal (sekitar 2 bata) dan langit-langit yang tinggi.

Tidak diketahui bagaimana proses transisi dari loji menjadi rumah penduduk, namun yang ada sekarang tidak meninggalkan kesan sama sekali bahwa pada zaman dahulu tempat tersebut adalah lumbung-lumbung padi selain daripada namanya. Beberapa tahun terakhir rumah-rumah yang masih memiliki bagian-bagian bangunan yang asli maupun rumah yang sengaja dirancang - diubah menjadi rumah burung walet yang sarangnya memiliki harga yang tinggi di pasar. Itulah sebabnya angka kejahatan di daerah Lojiwetan belakangan ini naik, terutama pada saat musim panen sarang burung walet, dimana pencuri sarang burung beraksi melalui atap-atap rumah di sekitarnya, dan hal yang lumrah terlihat di daerah ini adalah rumah-rumah yang bertembok tinggi dan dilengkapi dengan pagar berduri.

Terlepas dari masalah keamanan musiman, kawasan yang terdiri atas 4 jalan kecil: gangsatu - Jalan Perunggu, gang dua - Jalan Tembaga (Jalan Sungai Kapuas), gang tiga - Jalan Baja (Jalan Sungai Barito), dan gang empat - Jalan Timah yang masing-masing hanya selebar 3 buah mobil ini memiliki suasana yang nyaman untuk ditinggali. Jauh dari jalan raya membuatnya bebas polusi, namung hanya tinggal keluar dari gang orang sudah dapat menemui jalan raya. Selain itu kebutuhan sehari-hari pun dapat dipenuhi dalam jarak yang relatif dekat.

Keadaan wilayah

[sunting | sunting sumber]

Di wilayah Kelurahan Kedunglumbu terdapat :

  • Makanan tradisional banyak ditemui di sekitar Lojiwetan, terutama pada saat malam, menjadikan kawasan ini terkenal sebagai tujuan makan malam yang nikmat.
  • Pasar Gedhe (Pasar Besar) yang menjual kebutuhan makanan sehari-hari hanya 5 menit naik becak dari Lojiwetan
  • eks-Kawasan Perdagangan Beteng atau Beteng Plaza yang dulu menjual berbagai barang yang ada di mal atau supermarket, namun setelah Kerusuhan Mei 1998 menjual kain-kain seperti yang dijual di Pasar Klewer, hanya berjarak 15 menit berjalan kaki.
  • Pusat pemerintahan kota Solo yaitu Balai Kota dapat ditemukan tidak jauh dari mulut gang.
  • Alun-alun atau taman kota yang menyajikan hiburan pada bulan-bulan tertentu berada dekat Balai Kota.
  • Keraton Solo terdapat di dalam Alun-alun kota Solo.
  • Bengkel reparasi kendaraan bermotor dan pompa bensin yang tetap buka pada saat pompa di tempat lain kehabisan stok, tepat berada di mulut gang.
  • SMA terkenal di Solo, SMAN 3, berada tak jauh dari tempat ini, kurang lebih 5 menit dengan kendaraan bermotor.
  • Bagi orang Solo asli, sungai Bengawan Solo yang membuat kota ini terkenal hingga Jepang dan mancanegara berkat sang maestro Gesang, tentu sangat bangga jika sungai tersebut mengalir melalui daerahnya, sama halnya dengan penduduk sekitar Lojiwetan yang bangga karena sungai Bengawan Solo mengalir tidak jauh dari tempat ini.
  • Selain itu, sebagai tambahan, di dekat Balai Kota terdapat sebuah benteng peninggalan Belanda yang saat ini dalam keadaan telantar.

Jadi dapat dikatakan bahwa Lojiwetan merupakan jantung Kelurahan Kedung Lumbu. Adapun bagian-bagian yang lain di sekitarnya biasa disebut oleh penduduk setempat dengan sebutan Balong, Kreteg Gantung, Beteng, Gladag, Alun-alun, Warungmiri, Kerkop. Banyak istilah-istilah yang dipakai meminjam bahasa setempat. Kreteg Gantung berarti Jembatan Gantung dalam bahasa Jawa - karena suatu alasan menjadi nama jembatan kecil yang melintasi anak sungai Bengawan Solo (Kali Pepe), dan akhirnya menjadi nama daerah di sekitar jembatan tersebut. Kerkop merupakan istilah Belanda (dari kerkhof) untuk tempat pemakaman orang Belanda, walaupun makam tersebut sekarang tidak diketahui tempatnya oleh umum.