Lompat ke isi

Stola

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Stola adalah vestimentum liturgis dari berbagai denominasi Kristen. Stola berupa sehelai selempang kain dengan bordiran, dulunya berbahan dasar sutera, panjangnya sekitar tujuh setengah sampai sembilan kaki dan selebar tiga sampai empat inci, makin ke ujung makin lebar.

Etimologi dan sejarah

Kata Latin stola berasal dari kata Yunani στολη (stolē), "pakaian", arti aslinya adalah "tatanan" atau "kelengkapan".

Stola mula-mula merupakan semacam syal yang dikenakan menutupi bahu dan menjuntai di bagian depan tubuh; syal yang dikenakan kaum wanita memang sangat besar ukurannya. Setelah dialihgunakan oleh Gereja Roma sekitar abad ke-7 (stola juga telah dipergunakan oleh Gereja-Gereja lokal lain sebelumnya), bentuk stola makin lama makin menyempit dan dipenuhi hiasan karena stola dikembangkan menjadi semacam tanda kehormatan. Kini stola biasanya lebih lebar dan dapat dibuat dari berbagai jenis bahan.

Penggunaan

Imam mengenakan sehelai stola

Katolik Roma

Anglikan

Stola menyilang di dada bagi imam.
Stola pada bahu kiri bagi diakon.

Protestan

Simbolisme dan warna

Stola dalam Gereja-Gereja Timur

Dalam Gereja-Gereja Timur, stola dikenal sebagai epitrakhelion (dikenakan oleh imam atau uskup) dan orarion (dikenakan oleh diakon atau subdiakon). Stola milik imam berupa sehelai selempang yang disampirkan pada tengkuk, dan kedua ujungnya dibiarkan menjuntai di bagian depan, kedua sisi stola yang bertemu di bagian depan disatukan dengan jahitan. Protodiakon atau diakon agung menyampirkan stolanya pada pundak kiri lalu disilangkan pada pinggul kanan, sedangkan diakon menyampirkannya pada pundak kiri dan membiarkan kedua ujungnya menjuntai bebas di sisi kiri. Dua cara tersebut hanya dapat dijumpai dalam Gereja-Gereja Ortodoks yang paling tradisional. Dalam kebanyakan tradisi Timur, hanya cara pertama yang digunakan, kecuali jika diakon yang bersangkutan hanya mengenakan eksorasson (jubah luar) maka orarion disampirkan ganda pada bahu kiri. Subdiakon menyampirkan orarion-nya pada kedua pundak lalu disilangkan di belakang dan depan. Orang-orang yang bertindak selaku subdiakon menyilangkan orarion hanya pada bagian belakang agar menunjukkan bahwa mereka tidak ditahbiskan.

Referensi

  • Encyclopaedia Britannica, edisi ke-11., vol. 26, hal. 953.

Pranala Luar