Lompat ke isi

Dataran tinggi Seko

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 19 April 2014 00.51 oleh Hysocc (bicara | kontrib) (Added {{unreferenced}} tag to article (TW))

Seko atau Wono adalah suatu dataran tinggi yang terletak ±1200m–1800m di atas permukaan laut di segitiga perbatasan antara provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, Indonesia.

Secara geografis Seko dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Seko Padang di bagian paling timur, Seko Tengah, dan Seko Lemo. Daerah Seko berada di dataran tinggi pegunungan “Tokalekaju” yang diapit oleh pegunungan Quarles dan Verbeek. Ia berada tepat di bagian tengah ”huruf K” di Pulau Sulawesi sehingga dalam sangat tepat kalau Seko di sebut sebagai JANTUNG SULAWESI. Secara keseluruhan daerah ini memiliki luas wilayah 2.109,19 Km2, merupakan kecamatan terluas dan terjauh dengan jarak sekitar 120 km dari ibukota Kabupaten Luwu Utara. Kecamatan ini sudah berpenduduk sekitar 14.000 jiwa yang terdiri dari 12 desa yang semuanya sudah beratatus definitif. Kecamatan Seko berada pada ketinggian antara 1.113 sampai 1.485 meter di atas permukaan laut, dengan topografi sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit.

Secara turun-temurun Seko terdiri atas terdapat 9 wilayah adat, yaitu (1), Hono' (2) Lodang, (3) Turong, (4) Singkalong, (5) Ambalong, (6) Hoyane, (7) Pohoneang, (8) Kariango, dan (9) Beroppa’. Wilayah-wilayah adat di Seko ini dikenal sebagai wilayah yang kaya raya akan sumber daya alam baik hasil hutan, mineral, ternak dan hasil-hasil pertanian dan perkebunan lainnya

Kekayaan daerah dan potensi wisata

Seko terbagi dalam tiga budaya dan adat istiadat, yaitu :

Seko Lemo

Disebut Seko Lemo karena masyarakatnya adalah keturunan anak suku sub suku Toraja Luwu yang bermigrasi ke daerah ini sekitar tahun 1700. Asal para migran ini disebut Lemo, sebuah daerah di pedalaman Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara. Karena itu mereka disebut "To Lemo" atau "Orang Lemo". Lemo sendiri berasal dari bahasa Melayu Toraja yang berarti "jeruk".

Tipologi Seko Lemo adalah perbukitan dengan hasil utama kopi arabika dan robusta, cokelat, padi, dan jagung. Suhu rata-rata per tahun 18°–22 °C. Budaya dan adat istiadat merupakan akulturisasi adat istiadat Toraja dan masyarakat asli Seko. Tidak ada transportasi khusus selain berjalan kaki menelusuri jalan setapak dari kampung ke kampung. Untuk membawa barang biasanya dipakai kuda. Dialek dan idialek bahasa sehari-hari Seko Lemo mirip Toraja tapi halus seperti gaya orang Jawa berbicara. Masyarakat membangun rumah di tebing-tebing atau di kaki-kaki bukit. Objek wisata yang bisa dinikmati di sini antara lain adalah wisata alam dan cross-country.

Seko Tengah

Disebut seko tengah karna berada ditengah yang diapit oleh seko padang dan seko lemo. nama ini menindikasikan bahwa seko tengah adalah gabungan dari dua etnis suku yang ada di seko, secara turun temurun seko tengah terbagi menjadi beberapa desa, Yaitu : Amballong, Lambiri, Longga, Kalaha.