Siti Aisyah We Tenriolle
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP34Itang (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 15 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 6 Mei 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP34Itang (Kontrib • Log) 3797 hari 1295 menit lalu. |
Siti Aisyah We Tenriolle adalah tokoh emansipasi wanita yang berasal dari suku Bugis, di Tanette, Sulawesi Selatan, Indonesia. [1] Siti Aisyah We Tenriolle adalah Datu (Ratu) Kerajaan Tenatte (kini Bone), Sulawesi Selatan pada tahun 1855-1910. [2] Selain menguasai Kerajaan Tanette, Siti Aisyah We Tenriolle juga menguasai Kerajaan Bugis. [3] Berkat kontribusi Siti Aisyah We Tenriolle dalam menerjemahkan mahakarya epos La Galigo dari bahasa Bugis kuno ke bahasa Bugis umum, Tanette memperoleh poupularitas hingga samudra dan benua Eropa. [4]
Sejarah Kepemimpinan
Aisyah adalah anak kedua dari tiga bersaudara. [5] Ayahnya bernama La Tunampare' alias To Apatorang yang bergelar Arung Urung dan ibunya bernama Colliq Poedjie yang bergelar Arung Pancana. [4] Kedua orang tua Aisyah adalah bangsawan, diketahui dari gelar Arung di depan nama. [5] Kakak laki-lakinya bernama La Makkawaru dan adiknya bernama I Gading. [5] Setelah ayahnya meninggal, Aisyah dan keluarganya tinggal menumpang di rumah kakeknya yang bernama La Rumpang di Tanette. [5] Pada saat itu sedang terjadi perselisihan antara Belanda dan Raja Tanette yang bernama La Patau. [5] Akibat perselisihan itu, Belanda dengan kekuasaannya menurunkan tahta La Patau dan mengasingkannya keluar dari Sulawesi Selatan di tahun 1840. [5] Sebagi pengganti raja yang berikutnya Belanda mengangkat La Rumpang Megga Matinro Eri Moetiara, yakni kakek Aisyah. [5] Kerajaan Tanette merupakan kerajaan Islam. [2] Pengaruh Islam melekat kuat dalam dalam kerajaan Tanette sebagaimana juga pada Kerajaan Goa, Tallo, dan Bone. [2]
Awal Mula Emansipasi
Kecerdasan Aisyah telah tampak sedari kecil. [5] Dia sangat menyukai buku-buku sastra. [5]
Referensi
- ^ "We Tenri Olle, Ratu Cendekia dari Tanete". Lenteratimur.com. Diakses tanggal 6 Mei 2014.23.00.
- ^ a b c "R.A. Kartini Versus Aisyah We Tenriolle". LPPIMakassar.com. Diakses tanggal 6 Mei 2014.23.00.
- ^ Perempuan dan Politik dalam Islam, Pustaka Pesantren, Mei 2004.
- ^ a b "We Tenriolle, Ratu Tanette: Perintis Sekolah Rakyat dan dan Penggali Epos Sastra Lagaligo". Daengrusle.net. Diakses tanggal 6 Mei 2014.23.45.
- ^ a b c d e f g h i "Tak Hanya Kartini: Siti Aisyah We Tenriolle, Penyelamat Sastra Warisan Dunia I La Galigo". Lintas.me. Diakses tanggal 7 Mei 2014.11.40.