Lompat ke isi

Hidrolisat pati terhidrogenasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hidrolisat pati terhidrogenasi (HPT) adalah campuran dari beberapa alkohol gula (pemanis sejenis pengganti gula). HPT dikembangkan oleh perusahaan Lyckeby Starch dari Swedia pada 1960-an.[1] Keluarga poliol HPT adalah bahan makanan yang telah disetujui di Kanada, Jepang, dan Australia. Pemanis HPT menghasilkan 40 hingga 90% rasa manis seperti sukrosa (gula yang biasa disediakan di atas meja).

HPT dibuat dari sebagian hidrolisis pati - paling sering pati jagung, selain pati kentang atau pati gandum, sehingga menghasilkan dekstrin (glukosa dan rantai glukosa pendek), kemudian dekstrin pati ini mengalami proses hidrogenasi untuk mengubah dekstrin pati tersebut menjadi alkohol gula.

HPT mirip dengan sorbitol, apabila pati dihidrolisis sepenuhnya sehingga hanya tersisa molekul glukosa tunggal, maka setelah hidrogenasi hasilnya menjadi sorbitol. Karena dalam HPT, pati tidak terhidrolisis secara sempurna, sehingga menghasilkan campuran sorbitol, maltitol, dan sakarida terhidrogenasi berantai yang lebih panjang (seperti maltotriitol). Jika tidak ada poliol tunggal yang dominan di dalam campuran, maka nama HPT yang digunakan. Namun, jika terdapat 50% atau lebih poliol di dalam campurannya, maka dinamai "sirup sorbitol", atau "sirup maltitol", dan sebagainya.

Penggunaan

[sunting | sunting sumber]

HPT digunakan secara komersial dengan cara yang sama seperti alkohol gula umum lainnya. Sering digunakan sebagai pemanis dan sebagai humektan (bahan penahan kelembapan). Sebagai pengubah kristalisasi, untuk mencegah sirup membentuk kristal gula. HPT juga digunakan untuk menambahkan serat, bentuk, tekstur, dan viskositas ke dalam suatu campuran, dan dapat melindungi terhadap kerusakan dari pembekuan dan pengeringan. Produk HPT umumnya dicampur dengan pemanis lain, baik kalori maupun pemanis buatan.

Kesehatan dan keselamatan

[sunting | sunting sumber]

Mirip dengan xilitol, HPT tidak mudah terfermentasi oleh bakteri oral dan digunakan untuk mempromosikan produk tanpa gula yang tidak mengakibatkan karies gigi. HPT juga lebih lambat diserap dalam saluran pencernaan, sehingga potensinya lebih kecil untuk peningkatan glikemik (gula darah) dibandingkan dengan glukosa. Namun, HPT memiliki efek laksatif jika dikonsumsi berlebihan.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Altschul, Aaron M (1993-03-12). Low-Calorie Foods Handbook (dalam bahasa Inggris). CRC Press. ISBN 9780824788124. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-05. Diakses tanggal 2020-01-02. 
General references