Kekaisaran Romawi Suci

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kekaisaran Romawi Suci[1]

Imperium Romanum Sacrum
Heiliges Römisches Reich
Sacro Romano Impero
800/962[a]–1806
Lagu kebangsaan(tak ada yang resmi)
"Gott erhalte Franz den Kaiser" (Lagu kekaisaran, 1797)
"Tuhan Melindungi Kaisar Francis"
Perkembangan wilayah Kekaisaran
Perkembangan wilayah Kekaisaran
StatusKekaisaran
Ibu kotaTidak ada ibu kota yang resmi, kemungkinan terletak di Wina, Regensburg, dan Wetzlar. Kaisar dapat memilih kota yang disukainya sebagai ibu kota kekaisaran, legislatif, maupun yudikatif.
Bahasa yang umum digunakanLatin, Jerman, Italia, beragam Bahasa Jermanik Barat, Bahasa Romansh dan Bahasa Slavik
Agama
Katolik Roma; Lutheran (Resmi diakui sejak Perdamaian Augsburg 1555) dan Calvinisme (Resmi diakui sejak Perdamaian Westphalia 1648)
PemerintahanKerajaan terpilih
Kaisar 
• 962–973
Otto I (pertama)
• 1792–1806
Franz II (terakhir)
LegislatifDiet Kekaisaran
Era SejarahAbad pertengahan
Periode modern awal
2 Februari 962
• Konrad II memperoleh takhta dari Burgundia
2 Februari 1033
25 September 1555
24 Oktober 1648
• Francis II membubarkan kekaisaran
6 Agustus 1806
Didahului oleh
Digantikan oleh
Franka Tengah
Franka Timur
Konfederasi Swiss Lama
Republik Belanda
Konfederasi Rhein
ksrKekaisaran
Austria
ksrKekaisaran
Prancis Pertama
krjKerajaan
Italia (Napoleon)
krjKerajaan
Prussia
Belgia Serikat
Kepangeranan Liechtenstein
Negara Frisia Timur
Sekarang bagian dari Jerman
 Austria
 Belgia
 Republik Ceko

 Liechtenstein
 Luksemburg
  Monako
 Belanda


  San Marino
 Slovenia
 Swiss
 Prancis
 Italia
 Polandia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Kekaisaran Romawi Suci pada tahun 843.

Kekaisaran Romawi Suci (Jerman: Heiliges Römisches Reich (HRR), Latin: Imperium Romanum Sacrum (IRS)) adalah kumpulan berbagai satuan politik di Eropa Tengah yang pernah ada dari tahun 962 (ada yang menyebut sejak 843) sampai 1806. Wilayah awalnya adalah daerah Kerajaan Franka Timur, pecahan dari Kerajaan Franka setelah pembagian menurut Perjanjian Verdun (843), dan Kerajaan Lombardia (di wilayah Italia sekarang).

Romawi Suci menyebut dirinya "kekaisaran" atau "imperium" dan pemimpinnya disebut "kaisar" (bahasa Latin: imperator). Meskipun demikian, kaisar tidak memiliki kekuasaan absolut atas anggota-anggotanya, sehingga berbeda dari model Kekaisaran Romawi atau Kerajaan Prancis yang kekuasaannya lebih absolut.

Imperium ini berlangsung delapan abad lebih, sebelum membubarkan diri pada tanggal 6 Agustus 1806 akibat Perang Napoleon. Oleh Adolf Hitler, Kekaisaran Romawi Suci dibangga-banggakan sebagai Das Erste Reich ("Imperium Pertama") bagi bangsa Jerman.

Wilayahnya luas sehingga banyak mewarnai sejarah Eropa pada Abad Pertengahan. Selain itu, banyak dongeng klasik dari Eropa yang memiliki latar belakang imperium ini.

Penamaan

Penyebutan kekaisaran ini berubah-ubah. Pada masa Franka Timur, wilayah kekuasaan dinamai Regnum Teutonicum (Deutsches Reich, "Kerajaan Jerman"). Setelah penggabungan dengan Lombardia, kerajaan disebut sebagai Imperium Romanum ("Kekaisaran Romawi") karena ada wilayah bekas pusat Kekaisaran Romawi di dalamnya. Penamaan ini resmi dipakai pada masa kekuasaan Kaisar Konrad II (1034) setelah sebagian wilayah Kerajaan Burgundia ditaklukkan. Pada perkembangan selanjutnya, imperium dinamai Sacrum Imperium ("Kekaisaran Suci") sejak Kaisar Friedrich I Barbarossa, karena mulai saat itu Kaisar tidak lagi bergantung pada Paus dan merupakan wakil Tuhan di bumi. Penyebutan lengkap Sacrum Romanum Imperium baru dimulai secara resmi sejak 1254, dan terus berlaku hingga masa pembubaran. Nama Sacrum Romanum Imperium Nationis Germaniae, "Kekaisaran Romawi Suci Bangsa Jerman", sempat dipakai setelah Perdamaian Pfalz selama sekitar 150 tahun hingga pertengahan abad ke-16, meskipun anggota-anggotanya tidak semuanya berasal dari puak-puak Germanik.

Perkembangan wilayah politik

Setelah Perjanjian Verdun (843), Ludwig si Jerman cucu laki-laki Karel Agung dari anaknya Ludwig yang Saleh, memperoleh bagian Kerajaan Franka Timur yang meliputi wilayah puak-puak Germanik timur seperti Saksonia, Frankonia, Alemania, Bavaria, serta Karinthia. Secara kasar wilayahnya adalah bagian timur Sungai Rhein. Perluasan wilayah terjadi pada masa pemerintahan Heinrich I (919-936) dan anaknya Otto I Agung (936-973). Setelah Otto I menguasai Kerajaan Langobardia di Italia, ia merasa berhak menyandang gelar "Kaisar" (Imperator) seperti pada masa Kekaisaran Romawi dulu dan dinobatkan oleh Paus pada 962.

Selanjutnya, wilayah-wilayah di barat Rhein masuk ke dalam wilayah kekaisaran, mencakup wilayah yang sekarang menjadi bagian timur Prancis, Belgia, Belanda, dan Luxemburg (Benelux), Swiss, sebagian besar Austria (kecuali Burgenland), dan sebelah utara Italia. Batas timur semula adalah Sungai Elba, namun kemudian meluas ke wilayah bangsa Slavia, seperti Avar, Salzburg, dan Bohemia (sekarang Republik Ceko). Perluasan ini terjadi melalui berbagai cara, seperti penaklukan, kristenisasi, serta pembukaan pemukiman oleh petani yang mencari lahan baru. Sejak abad ke-12 pergerakan ke timur berlanjut ke wilayah Polandia sekarang, hingga ke Prusia di pantai Baltik. Pada abad ke-13 daerah Silesia mulai dihuni, terus ke timur hingga wilayah Siebenburger di Rumania sekarang.

Pada abad ke-18, daerah negara anggota-anggotanya menjangkau wilayah negara-negara modern Jerman, Republik Ceko, Austria, Liechtenstein, Slovenia, Belgia dan Luxemburg, juga sebagian besar Polandia dan sebagian kecil Belanda. Sebelumnya malah juga menjangkau seluruh Belanda dan Swiss, dan sebagian dari Prancis dan Italia.

Bersamaan dengan perluasan ke timur, batas wilayah barat perlahan-lahan terdesak ke timur karena dicaplok oleh negara-negara tetangganya. Sejak abad ke-14 secara sistematis Kerajaan Prancis menjalankan politik "penyatuan kembali" (reunion) wilayah-wilayah di barat Rhein. Swiss memisahkan diri dari Kekaisaran sejak 1648, lewat Perdamaian Westphalia. Belanda memisahkan diri pada tahun yang sama melalui perjanjian yang sama. Wilayah Luxemburg (1794) dan Belgia (Flandria dan Wallonia) (1797) dicaplok Prancis, di bawah pemerintahan Revolusioner.

Karakter kekaisaran

Pangeran-pemilih (Kurfürst) dari Kekaisaran Romawi Suci. Dari Bildatlas der Deutschen Geschichte oleh Dr Paul Knötel (1895).

Kekaisaran Romawi Suci adalah sebuah institusi yang unik dalam sejarah dunia dan oleh karena itu sulit untuk dipahami. Untuk dapat memahaminya, kita mungkin perlu mengetahui bahwa Kekaisaran Romawi Suci bukan merupakan suatu nation-state seperti dalam pengertian modern. Meskipun etnis penguasanya (hampir selalu) adalah etnis Jerman, namun sejak awal banyak etnis yang membentuk Kekaisaran Romawi Suci. Banyak dari keluarga bangsawan penting dan pejabat tertunjuk datang dari luar komunitas penutur bahasa Jerman. Pada masa kejayaannya, kekaisaran ini mencakup hampir seluruh wilayah dari Jerman, Austria, Swiss, Liechtenstein, Belgia, Belanda, Luxemburg, Republik Ceko, Slovenia, dan juga timur Prancis, utara Italia dan barat Polandia sekarang ini. Oleh karena itu, bahasanya tidak hanya terdiri dari bahasa Jerman dan banyak dialek dan turunannya saja, tetapi juga banyak bahasa Slavia, dan bahasa yang menjadi bahasa Prancis dan Italia modern. Lebih jauh lagi, pembagiannya menjadi wilayah-wilayah yang diatur oleh para pangeran sipil dan gerejawi, prelate, count, ksatria kerajaan, dan kota bebas membuatnya lebih erat dari negara modern yang bermunculan di sekitarnya.

Pada masanya, kekaisaran ini lebih dari sebuah konfederasi. Konsep Reich tidak hanya mencakup pemerintah dari wilayah tertentu, tetapi juga memiliki konotasi keagamaan Kristen yang kuat (suci sebagai namanya). Sampai 1508, raja-raja Jerman tidak dianggap sebagai kaisar dari Reich sebelum Paus, wakil Kristus di bumi, memahkotainya secara resmi sebagai kaisar. Reich, oleh karena itu dapat dijelaskan sebagai sebuah persilangan antara negara dan konfederasi keagamaan.

Seorang kaisar haruslah seorang berumur minimal 18 tahun dengan watak yang baik. Keempat kakek-neneknya diharapkan memiliki darah bangsawan. Tak ada hukum yang mewajibkan dia harus seorang Katolik, meskipun hukum kekaisaran menganggap demikian. Dia tidak mesti harus seorang Jerman (sebagai contoh Alfonso X dari Kastilia dan Richard dari Cornwall). Memasuki abad ke-17 para kandidat umumnya memiliki wilayah kekuasaan di dalam Reich.

Sulit untuk menjelaskan bentuk kekaisaran ini karena ia tidak menyerupai bentuk-bentuk negara yang kita kenal saat ini. Sejarawan Samuel Pufendorf dalam penjelasannya De statu imperii Germanici, diterbitkan dengan nama alias Severinus de Monzambano pada tahun 1667, menulis dalam bahasa Latin: "Nihil ergo aliud restat, quam ut dicamus Germaniam esse irregulare aliquod corpus et monstro simile ..." ("Jadi kita kemudian hanya dapat menyebut Jerman sebagai suatu himpunan yang tidak tunduk pada satu aturan dan menyerupai monster"). Voltaire, seorang filsuf Prancis abad ke-18, di kemudian hari juga mengatakan bahwa entitas ini "bukan kekaisaran, tidak suci dan juga tidak Romawi". Meskipun dikritik oleh banyak negarawan, politisi dan filsuf, struktur Uni Eropa pada zaman sekarang ini menyerupai struktur Kekaisaran Romawi Suci.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Names of the Holy Roman Empire of the German Nation in other languages:
    • Latin: Imperium Romanum Sacrum
    • Jerman: Heiliges Römisches Reich deutscher Nationen
    • Italia: Sacro Romano Impero

Bacaan lanjutan

Sebagian sumber diambil dari kedua buku berikut:

  • Hartmann, Peter C. 2005. Das Heilige Roemische Reich deutscher Nation in der Neuzeit 1486-1806. Philipp Reclam jun. Stuttgart
  • Naumann, G. 2007. Deutsche Geschichte. Das alte Reich 962-1806. Marix Verlag. Wiesbaden.
  • Bryce, James, The Holy Roman Empire.
  • Coy, Jason Phillip et al. The Holy Roman Empire, Reconsidered, (Berghahn Books, 2010).
  • Evans, R. J. W., Michael Schaich and Peter H. Wilson, eds. The Holy Roman Empire 1495–1806 (2011) articles by scholars
  • Donaldson, George. Germany: A Complete History (Gotham Books, New York, 1985).
  • Heer, Friedrich. Holy Roman Empire (2002).
  • Hoyt, Robert S. and Chodorow, Stanley, Europe in the Middle Ages (New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc., 1976).
  • Scribner, Bob. Germany: A New Social and Economic History, Vol. 1: 1450–1630 (1995).
  • Whaley, Joachim. Germany and the Holy Roman Empire, Volumes 1 and 2, (Oxford UP, 2012).
  • Wilson, Peter H. The Holy Roman Empire 1495–1806 (2011) excerpt and text search.
  • Zophy, Jonathan W. ed., The Holy Roman Empire: A Dictionary Handbook. Greenwood Press, 1980.

Pranala luar


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan