Nrima ing pandum

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 1 Februari 2023 12.47 oleh Pinerineks (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''''Nrima ing pandum''''' (aksara Jawa: ꦤꦿꦶꦩꦲꦶꦁꦥꦤ꧀ꦢꦸꦩ꧀; ejaan tidak baku: ''nrimo ing pandum''; bahasa Indonesia: ''menerima yang diberikan'') adalah salah satu filosofi hidup Jawa yang mengajarkan manusia untuk senantiasa menerima apa saja yang diberikan oleh Tuhan atau manusia lain kepada dirinya. Pemberian ini dapat berupa sesuatu yang baik atau buruk, dalam ukuran yang banyak maupun sedikit....')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Nrima ing pandum (aksara Jawa: ꦤꦿꦶꦩꦲꦶꦁꦥꦤ꧀ꦢꦸꦩ꧀; ejaan tidak baku: nrimo ing pandum; bahasa Indonesia: menerima yang diberikan) adalah salah satu filosofi hidup Jawa yang mengajarkan manusia untuk senantiasa menerima apa saja yang diberikan oleh Tuhan atau manusia lain kepada dirinya. Pemberian ini dapat berupa sesuatu yang baik atau buruk, dalam ukuran yang banyak maupun sedikit. Ajaran ini ditujukan agar manusia dapat memperoleh ketentraman batin dan kebahagiaan hidup.[1][2]

Selayang pandang

Sikap nrima ing pandum dapat dimengerti sebagai sebuah sikap yang menerima nasib apa adanya atau pasrah menerima keadaan hidup. Hal ini masih bertalian dengan ungkapan Jawa lainnya, seperti pasrah lan sumarah (pasrah dan tunduk patuh) atau sumeleh lan sumarah dumateng kersaning Gusti (berserah dan pasrah pada kehendak Tuhan). Ungkapan ini biasanya ditujukan ketika menghadapi kesengsaraan hidup sehingga orang tersebut mampu menjalaninya dengan tabah dan pasrah.[3] Sikap nrima ing pandum dapat berwujud mensyukuri dan merasa berkecukupan dengan kekayaan yang dimiliki.[2]

Dalam masyarakat Tengger, sikap nrimo ing pandum memiliki konotasi yang lebih positif. Sikap ini berwujud ajaran untuk tidak tamak atau berlebihan, tidak menginginkan apa yang dimiliki oleh orang lain, dan selalu bersyukur atas pemberian Tuhan.[3]

Pandangan

Islam

Pandangan nrima ing pandum sejalan dengan ajaran Islam untuk berserah dan menerima apa yang diberikan Allah. Hal ini dapat membuat batin dan jiwa menjadi tenteram. Akan tetapi, hal ini bukan berarti seseorang tidak perlu bekerja atau berusaha untuk mendapatkan rezeki.[4] Sebagian orang membandingkan nrima ing pandum dengan konsep tawakal dalam ajaran Islam yang menerima dengan lapang dada segala ketetapan Allah yang diberikan kepada manusia.[5]

Sosiologi

Dalam sudut pandang fungsionalisme struktural, ajaran nrima ing pandum memiliki sejumlah tujuan dan fungsi, di antaranya adalah agar hidup manusia mampu mencapai rasa nyaman dan tenteram, mengendalikan dan menyatukan bagian-bagian dari suatu sistem sosial masyarakat, serta dan pemeliharaan pola dalam kehidupan masyarakat.[3]

Catatan kaki

  1. ^ Parlementaria. Bagian Hubungan Masjarakat DPRGR. 1993. 
  2. ^ a b Academy, Indonesia Writers (2019-05-01). Hari-Hari di Sukamiskin. Era Adicitra Intermedia. ISBN 978-623-7493-63-1. 
  3. ^ a b c Yuliati, Yayuk (2011-04-12). Perubahan Ekologis dan Strategi Adaptasi Masyarakat di Wilayah Pegunungan Tengger. Universitas Brawijaya Press. ISBN 978-602-8960-69-4. 
  4. ^ Suwiknyo, Dwi (2020-07-24). Ubah Lelah Jadi Lillah. Genta Hidayah. ISBN 978-623-235-130-1. 
  5. ^ Amimah, Tuslikhatun. Merajut Asa. Guepedia. ISBN 978-623-309-248-7.