Raja Lear: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Novita dewi 1 (bicara | kontrib)
Novita dewi 1 (bicara | kontrib)
Tag: kemungkinan perlu dirapikan VisualEditor
Baris 144: Baris 144:


Sigmund Freud menegaskan bahwa Cordelia melambangkan Kematian. Oleh karena itu, ketika lakon dimulai dengan Lear menolak putrinya, dapat diartikan sebagai dia menolak kematian; Lear tidak mau menghadapi keterbatasan keberadaannya. Adegan akhir drama yang mengharukan, di mana Lear membawa tubuh Cordelia tercinta, sangat penting bagi Freud. Dalam adegan ini, Cordelia memaksa realisasi keterbatasannya, atau seperti yang Freud katakan, dia menyebabkan dia "berteman dengan kebutuhan akan kematian". Shakespeare memiliki niat khusus dengan kematian Cordelia, dan merupakan satu-satunya penulis yang membunuh Cordelia (dalam versi Nahum Tate, dia terus hidup bahagia, dan di Holinshed, dia memulihkan ayahnya dan menggantikannya).
Sigmund Freud menegaskan bahwa Cordelia melambangkan Kematian. Oleh karena itu, ketika lakon dimulai dengan Lear menolak putrinya, dapat diartikan sebagai dia menolak kematian; Lear tidak mau menghadapi keterbatasan keberadaannya. Adegan akhir drama yang mengharukan, di mana Lear membawa tubuh Cordelia tercinta, sangat penting bagi Freud. Dalam adegan ini, Cordelia memaksa realisasi keterbatasannya, atau seperti yang Freud katakan, dia menyebabkan dia "berteman dengan kebutuhan akan kematian". Shakespeare memiliki niat khusus dengan kematian Cordelia, dan merupakan satu-satunya penulis yang membunuh Cordelia (dalam versi Nahum Tate, dia terus hidup bahagia, dan di Holinshed, dia memulihkan ayahnya dan menggantikannya).

Atau, sebuah analisis berdasarkan teori Adlerian menunjukkan bahwa persaingan Raja di antara putri-putrinya dalam Babak I lebih berkaitan dengan kendalinya atas Cordelia yang belum menikah.<ref>{{Cite journal|last=MCLAUGHLIN|first=S.|last2=MCLAUGHLIN|first2=A.|date=1978-02-03|title=Membranes|url=http://dx.doi.org/10.1126/science.199.4328.526|journal=Science|volume=199|issue=4328|pages=526–526|doi=10.1126/science.199.4328.526|issn=0036-8075}}</ref> Teori ini menunjukkan bahwa "pencopotan" Raja[38] mungkin telah membawanya untuk mencari kendali yang hilang setelah dia membagi tanahnya.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 19 Mei 2022 19.52

Sampul muka cetakan Raja Lear tahun 1608.

King Lear (Raja Lear) adalah sandiwara tragedi karya William Shakespeare yang terkenal. Sandiwara ini didasarkan atas legenda Raja Leir yang berasal dari Britania, dan telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dalam bentuk buku berjudul "Raja Lear" karya Trisno Sumardjo.[1]

Sandiwara ini menceritakan kisah tentang seorang raja yang menyerahkan takhtanya, para putri yang tega menipu ayahnya hingga sang ayah akhirnya memutuskan hubungan dengan putri yang disayanginya, istri yang berencana melawan suaminya, serta perkelahian antar saudara, dan saudari yang dipengaruhi oleh rasa iri hati hingga saat kematiannya. Kisah Raja Lear ini menampilkan keadaan keluarga yang mengenaskan. Keluarga yang saling melukai satu sama lain hingga memiliki luka dalam yang timbul melalui tangan orang-orang yang paling disayangi.

Kisah Raja Lear

Tokoh utama

  • Lear, Raja Britania Raya
  • Goneril, Putri Sulung Lear
  • Adipati Albany, Suami Goneril
  • Regan, Putri Kedua Lear
  • Adipati Cornwall, Suami Regan
  • Cordelia, Putri Bungsu Lear
  • Kent, Bangsawan Penasihat Setia Lear
  • Pangeran Gloucester, Bangsawan Terkemuka Lear
  • Edgar, Putra Tertua Gloucester
  • Edmund, Putra Termuda Gloucester
  • Si Bodoh, Pelawak Istana

Waktu dan tmpat

Britania Kuno

Sinopsis

Raja Lear membagikan kerajaannya

Raja Lear berniat untuk memberikan kedua anak tertuanya, Goneril dan Regan, dua bagian dari wilayah kerajaan yang sama besarnya dan sama kayanya. Sedangkan bagian ketiga dari kerajaan tersebut, yakni wilayah yang paling besar, paling baik, dan lebih subur dari dua wilayah lainnya telah Lear siapkan untuk putri kesayangannya, Cordelia. Cordelia adalah anak termuda Lear, dan yang paling bijaksana diantara kedua saudaranya.

Karena, Cordelia akan dinikahkan dengan Adipati Burgundy atau Raja Prancis, artinya ia akan tinggal di seberang lautan, dan memerintah daerahnya dari jauh. Sayangnya, Lear tidak dapat berpisah dengan Cordelia, dan ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan anak bungsunya tersebut. Karenanya ia merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk membagikan warisan wilayah kerajaannya.

Untuk membuat pembagiannya tampak adil, sang raja mengumumkan suatu ujian untuk menguji rasa sayang anak-anaknya. Ia memanggil seluruh pejabat kerajaanya, para pangeran yang ingin melamar Cordelia, dan ia memanggil ketiga putrinya. Raja Lear mengumumkan bahwa ia akan membagikan kerajaanya sesuai dengan cara anaknya menunjukkan rasa cinta mereka kepada ayah mereka. Lear percaya bahwa Cordelia akan memberikan jawaban terbaik.

Goneril adalah yang pertama menjawab, ia meletakkan tangannya di dadanya, dan ia berkata bahwa ia mencintai ayahnya lebih dari segalanya, demikian juga Regan yang menambahi bahwa tidak ada kecintaan lain selain rasa cintanya kepada ayahnya. Lear lalu menunggu jawaban Cordelia, tetapi Cordelia hanya diam. Ia sangat mencintai ayahnya, tetapi merasa bahwa ujian ini tidak benar. Ia tidak dapat membual seperti kakak-kakaknya. Ia berusaha keras untuk memberikan jawaban, "Tidak ada, rajaku".

Sang raja marah hingga darahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. "Tidak ada tidak akan menghasilkan apa pun. Coba jawab lagi." Cordelia menjawab bahwa sang raja telah memperanakannya, membesarkannya, mencintainya. Ia telah membalas cintanya dengan mematuhinya, mencintainya kembali, dan menghormatinya. Cordelia lalu menunjuk kepada kedua kakaknya seraya berkata bahwa jika mereka mencintai ayah mereka, mengapa mereka menikah dengan orang lain?

Jawaban Cordelia adalah jawaban yang jujur, tetapi menyakitkan dan membuat raja sangat malu. Lear adalah raja yang biasa mendengar apa yang ia ingini, dan dengan menggelegar ia menyobek peta daerah yang akan diberikan ke Cordelia menjadi dua, dan masing-masing ditambahkannya ke daerah kakak-kakaknya. Sang raja lalu memutuskan hubungannya dengan Cordelia. Cordelia berlinangan dengan air mata, tetapi kepalanya tetap tegak. Patih Kent, penasihat paling setia sang raja, tidak dapat berdiam diri lagi. Ia menegur sang raja dengan mengatakan bahwa Cordelia-lah yang paling mencintai sang raja dari antara ketiganya, dan ia mengatakan bahwa sang raja telah berbuat kesalahan.

Kata-kata sang penasihat semakin membuat marah sang raja. Ia mengusir sang Patih dari kerajaannya dengan ancaman hukuman mati. Sang raja lalu memanggil kedua pangeran yang ingin melamar Cordelia, dan bertanya apakah mereka masih mau menikahi Cordelia setelah Cordelia tidak memiliki warisan apa-apa lagi. Adipati Burgundy segera mengundurkan diri tetapi Raja Prancis terkesan dengan kejujuran Cordelia. Ia berkata bahwa ia sekarang lebih mencintainya lagi dan akan menjadikannya ratu bagi kerajaannya.

Patih Gloucester dan kedua putranya

Setelah kejadian tersebut berakhir, Patih Gloucester (seorang Patih yang lain) berdiri tertegun. Sang Patih adalah salah satu bangsawan tertinggi di kerajaan. Ia tidak pernah melihat sang raja bertindak demikian. Gloucester juga memikirkan tentang kedua anaknya, Edgar, dari istrinya, dan Edmund, dari gundiknya. Ia berpikir bahwa tidak ada yang dapat memisahkannya dari kedua anaknya, atau benarkah demikian?

Sang Patih tidak menyangka bahwa disaat yang bersamaan Edmund sedang merencanakan suatu perbuatan jahat untuk memiiki tanah ayahnya. Ia berencana untuk mengadu domba antara ayahnya dan kakaknya, Edgar. Edmund masuk ke ruang kerajaan sembari membaca sebuah surat. Setelah yakin bahwa sang ayah melihatnya, ia segera menyembunyikan surat tersebut ke kantongnya. Gloucester yang tertarik segera menghampiri Edmund dan meminta surat tersebut, ia menyangkanya surat itu merupakan surat cinta atau semacamnya. Edmund berpura-pura menolak dengan berkata bahwa surat tersebut dari kakaknya dan ia tidak mau sang ayah membacanya karena berisi pesan yang tidak berkenan. Gloucester menjadi serius. Ia ingin membaca surat tersebut. Edmund memberikan surat yang telah ia palsukan agar menyerupai tulisan kakaknya. Di dalam surat tersebut dituliskan bahwa Edgar berencana untuk mendapatkan warisannya, membuat siasat untuk membunuh ayahnya.

Sang Patih sangat tertekan. Ia meminta Edmund mencari informasi lebih lanjut mengenai Edgar dan melapor kepadanya. Semuanya berjalan sesuai dengan rencana Edmund. Ia mencari Edgar dan dengan bersumpah setia kepadanya mengatakan bahwa ayah mereka berencana untuk membunuh Edgar karena alasan yang tidak diketahui. Edmund meminta Edgar melarikan diri dan bersembunyi. Ia berjanji untuk menengahi perkara mereka untuk Edgar. Edgar terkejut dengan peringatan tersebut, tapi ia percaya kepada adiknya dan lari ke luar kota.

Raja Lear dan kedua putrinya

Seminggu kemudian, Raja Lear mengunjungi putrinya Goneril di istana putrinya. Ia membawa seratus ksatria dengannya dan seorang badut kerajaan. Sang raja dan pengikutnya menghabiskan waktu dengan berburu dan berpesta. Hal itu menghabiskan tenaga para pelayan istana dan menghabiskan kesabaran Goneril. Goneril meminta para pelayannya untuk mengabaikan permintaan ayahnya karena dialah yang berkuasa atas sebagian kerajaannya. Goneril menjadi besar kepala. Ia mengabaikan janjinya untuk merawat sang ayah pada hari tuanya.

Lear terkejut dengan perlakuan putrinya, dan menceritakan perbuatan putrinya kepada badut kerajaan. Di sore hari, seseorang yang berpakaian sederhana memohon untuk menjadi pelayan sang raja. Ia menjadi orang yang dapat memaksa para pelayan melakukan tugas mereka. Raja Lear tidak mengenal orang tersebut, yang ternyata adalah sang Patih Kent yang telah diusir, ia ingin tetap melayani sang raja dengan sembunyi-sembunyi.

Goneril merasa marah dengan pegawai baru ayahnya, ia memerintahkan ayahnya untuk mengusir lima puluh kesatrianya. Raja Lear marah. Ia meminta Kent untuk pergi ke putri keduanya, Regan, untuk menceritakan kejahatan kakaknya. Goneril kemudian mengirimkan utusan ke Regan dengan membawa cerita versinya sendiri.

Raja Lear keluar dari istana Goneril. Ia hampir gila karena amarahnya. Ia berteriak menghadap langit, meminta agar ia tidak menjadi gila.

Sementara itu, Regan dan suaminya, Adipati Cornwall, sedang dalam perjalanan mengunjungi Patih Gloucester yang istananya terletak di antara istananya Regan dan Goneril. Kent dan utusan Goneril tiba di saat yang bersamaan di istana Gloucester. Ketika Kent melihat bahwa utusan Goneril membawa surat yang jahat kepada Regan, ia hilang kesabaran menyerang sang pesuruh. Cornwall tidak menyukai hal ini. Ia meminta pengawalnya mengurung Kent sebagai hukuman. Sang tuan rumah, pada saat yang bersamaan, sedang bermasalah dengan tuduhan pengkhianatan anaknya, Edgar, sehingga ia tidak melerainya.

Tidak lama, Raja Lear tiba di istana Gloucester. Belum sempat ia berjumpa dengan anaknya, Goneril tiba. Kedua putri tertuanya bersama-sama menghadap ayah mereka. Raja Lear yang marah berteriak dan berjalan cepat menuju hutan. Awan hitam tampak di kejauhan pertanda akan turun badai. Kent dan sang badut pergi mencari sang raja karena mengkhawatirkan keadaannya. Raja Lear menerjang badai sembari berteriak. Kilat dan guntur menggelegar sebagai balasannya. Kent berhasil menemukan sang raja dan menuntunnya ke gubuk kecil terdekat.

Selagi berteduh, sang raja membayangkan kehidupan sebelumnya yang bergelimang kekayaan sementara banyak rakyatnya yang menderita kemiskinan. Sang raja teringat akan kesalahannya. Di dalam gubuk tersebut mereka bertemu dengan seseorang yang berpakaian dari karung. Orang rang tersebut adalah Edgar, anak Gloucester yang baik. Edgar tidak dapat pergi dari Inggris, semua prajurit mencari dia di pelabuhan-pelabuhan. Lebih aman baginya bersembunyi di dekat istana. Ketika ditanya oleh Kent, Edgar memperkenalkan dirinya sebagai Tom, seorang pengemis gila.

Di dalam istananya, Gloucester bersiap untuk menerjang badai guna menyelamatkan rajanya. Sang Patih juga mendapat kabar bahwa Cordelia dan bala tentara Prancis telah mendarat di Dover. Mereka berencana untuk menyelamatkan Lear dan membalaskan segala penghinaan yang diterimanya. Gloucester bersiap untuk berangkat. Edmund, anaknya yang jahat, segera pergi mengabari tamunya, Goneril, Regan dan suaminya Cornwall tentang informasi yang diterima ayahnya. Sebagai ucapan terima kasih, Cornwall mencabut kedudukan Gloucester dan memberikan jabatan serta tanah Gloucester kepada Edmund. Kemudian ia menyuruh Edmund untuk menemani Goneril kembali ke istananya untuk memperingati suaminya, Adipati Albany, agar bersiap menghadapi invasi Prancis.

Nasib Gloucester

Sementara itu, Gloucester melintasi badai untuk mencari rajanya. Ia menemukan rajanya berteriak tidak keruan dengan seseorang yang gila yang kotor di dalam sebuah liang. Lear bertingkah seolah-olah sedang berada di istananya. Ia membayangkan Tom dan badutnya sebagai kedua putrinya. Lear mengadili kedua putrinya karena perlakuan mereka yang tidak manusiawi. Khawatir dengan keadaan rajanya, Gloucester meminta Kent dan sang badut untuk membawa raja ke Dover agar bertemu dengan Cordelia, lalu Gloucester diam-diam kembali ke istananya. Setibanya di gerbang istana, dua orang penjaga menangkapnya dan mengikatnya di kursi. Regan menyebutnya pengkhianat karena membantu sang raja dan tidak memberitahunya tentang kedatangan tentara Prancis.

Cornwall maju dan mencungkil satu mata Gloucester. Regan memintanya mencungkil satu mata lainnya. Bawahan Cornwall terkejut dengan perlakuan biadab tuannya, dan satu orang mencabut pedangnya untuk menghentikan tuannya. Bawahan tersebut berhasil melukai Cornwall dengan parah namun akhirnya ditusuk mati oleh Regan. Cornwall tertatih-tatih lalu berdiri dan mencungkil mata Gloucester yang lainnya. Gloucester berteriak memanggil Edmund, anaknya, untuk membalas dendamnya. Regan berbisik di telinga Gloucester yang telah buta dan memberitahunya bahwa Edmundlah yang mengkhianatinya. Lalu ia melepaskan Gloucester agar ia dapat mengembara sampai Dover. Regan berlutut di samping suaminya yang sekarat.

Setelah dibebaskan, Tom menemukannya, tetapi Gloucester tidak mengenalinya sebagai Edgar, anaknya. Edgar yang sangat terpukul dengan kondisi ayahnya berteriak layaknya orang gila. Sang Patih yang buta meminta Tom untuk menuntunnya ke tebing yang tinggi di dekat Dover, sambil berjalan, Gloucester mengeluhkan nasib yang menimpanya. Edgar, yang mengetahui bahwa ayahnya berencana untuk melompat dari tebing, menuntunnya ke bukit yang rendah dan meyakinkannya bahwa mereka telah tiba di tebing yang tinggi.

Sebelum melompat, Gloucester berteriak memanggil Edgar, anaknya yang baik, lalu ia melompat ke depan; Gloucester jatuh pingsan ke tanah yang lunak. Edgar lalu membangunkan ayahnya dan berpura-pura menjadi orang lain serta bersumpah bahwa ia melihatnya jatuh dari ketinggian yang sangat tinggi. Sang Patih tua terkesima karena Tuhan masih melindunginya. Ia bersumpah tidak akan lagi berusaha untuk bunuh diri.

Tiba-tiba, seorang pria melompat dengan pedang terangkat untuk membunuh mereka. Edgar menghunuskan pisaunya dan membunuh orang tersebut. Orang itu adalah utusan Goneril untuk membunuh Gloucester. Setelah Edgar memeriksa tubuhnya ia menemukan dua gulungan surat. Yang satu dialamatkan untuk Edmund dari Regan. Regan memintanya untuk menikahinya karena suaminya telah mati. Sedangkan surat kedua dari Goneril yang meminta Edmund untuk membunuh suaminya, Albany, sehingga ia dapat menjadi istrinya. Edgar menyimpan surat tersebut.

Tidak disangka seseorang yang lain muncul, ia berbaju kotor, tidak bersenjata, dan penuh dengan duri semak belukar. Ia menggerutu. Gloucester yang mendengar suaranya tahu itu adalah sang raja. Dari kejauhan terdengar suara yang ternyata adalah prajurit di bawah komando Cordelia. Pasukannya berkemah di dekat situ, sebelum Edgar atau Gloucester sempat bertindak, sang raja telah lari dengan berteriak-teriak.Keduanya berhasil mengejar sang raja dan membawanya ke tenda Cordelia.

Di tenda itu sang raja tidur dengan pulas, sementara persiapan perang dilakukan. Ketika ia terbangun, ia melihat Cordelia di sampingnya, dan meminta maaf kepadanya. Cordelia memeluk ayahnya, bahagia karena ayahnya sudah sadar. Lear akhirnya mengenali Patih Kent, dan dengan bahagia berkumpul kembali dengan putri kesayangannya dan penasihat kepercayaannya, sang raja kembali tertidur.

Peperangan terakhir

Tidak jauh dari perkemahan pasukan Cordelia, tentara Regan dan Goneril serta Albany telah bersatu. Ketiganya bertemu dengan Edmund yang akan memimpin pasukan gabungan tersebut. Namun pikiran kedua saudari tersebut tidak terpusat pada peperangan di depan, melainkan mereka bertarung untuk memenangkan cinta Edmund. Sementara Regan dan Goneril berseteru, Edgar mengendap-endap memasuki perkemahan mereka. Ketika bertemu Albany, ia meminta izin untuk menantang Edmund. Sebagai bukti pengkhianatan Edmund, Edgar menawarkan surat Goneril yang berencana membunuh Albany. Albany setuju untuk memanggil Edgar pada saat yang tepat.

Edmund memimpin pasukan gabungan melawan tentara Prancis yang dikalahkannya dengan mudah. Cordelia dan Lear ditawan. Adipati Albany merasa jijik dengan perbuatan istrinya, Goneril, dan iparnya, Regan, terhadap cara mereka memperlakukan ayah mereka. Albany memerintahkan Lear dan Cordelia supaya dilepaskan. Tetapi Edmund memiliki rencana lain untuk menjadi raja seluruh Britania. Diam-diam dia menyuruh orang untuk membunuh para tawanan tersebut.

Edgar lalu kembali menemui Gloucester yang tinggal di luar perkemahan. Ia bersujud dan mengungkapkan identitas aslinya. Sang ayah, yang sebelumnya sangat lemah karena kesakitan dan pengkhianatan anaknya, tiba-tiba disegarkan kembali oleh karena kabar baik tersebut. Hatinya meluap-luap. Patih tua tersebut mati dengan damai di pangkuan anaknya. Edgar dengan sedih melepaskan jasad ayahnya dan kembali ke perkemahan Britania untuk menantang saudaranya yang jahat.

Albany telah bertindak. Ia menyebut Edmund sebagai pengkhianat. Edmund dengan santai meminta saksi. Albany lalu mengundang Edgar dan kedua saudara tersebut pun bertarung. Sementara itu, Regan tiba-tiba terjatuh. Goneril menyembunyikan tawanya sambil berkata dalam hati bahwa racunnya telah bekerja. Sementara itu akhirnya sang kakak berhasil melukai parah sang adik. Begitu Edmund terjatuh, maka Goneril bersujud di kakinya. Albany lalu menunjukkan suratnya yang membuat Goneril ketakutan dan berlari ke tendanya.

Beberapa saat kemudian, seorang pelayan yang ketakutan melaporkan bahwa Regan telah mati karena racun Goneril, dan Goneril telah bunuh diri dengan pisau. Menghadapi kematian di ujung mata, Edmund mengakui kepada Albany bahwa ia telah menyuruh orang membunuh Cordelia dan Lear. Sang Adipati dengan segera menyuruh orang membatalkan perintah tersebut, tetapi terlambat. Sang raja berteriak dengan sedih sambil menopang tubuh Cordelia yang tidak bernyawa di tangannya. Kent dan Albany menghampirinya. Lear dengan lembut meraba bibir putrinya yang memutih dan memegang tangannya. Lalu ia menegakkan kepalanya dan mengutuki semua pengkhianat. Sang raja terlalu sedih untuk meneruskan hidupnya. Ia mengalungkan tangan Cordelia di lehernya. Lalu di tengah-tengah pelukan dingin anaknya yang paling mencintainya, ia menghampiri kematiannya sendiri.

Sumber

Edisi pertama Raphael Holinshed's Chronicles of England, Scotlande, and Irelande, dicetak pada tahun 1577.

Drama Shakespeare didasarkan pada berbagai kisah tentang sosok Brythonic semi-legendaris Leir dari Inggris, yang namanya telah dikaitkan oleh beberapa sarjana [2][3][4] dengan dewa Brythonic Lir/Llŷr, meskipun sebenarnya nama-nama tersebut tidak terkait secara etimologis. Sumber terpenting Shakespeare mungkin adalah edisi kedua The Chronicles of England, Scotlande, and Irelande oleh Raphael Holinshed, diterbitkan pada tahun 1587. Holinshed sendiri menemukan cerita tersebut dalam Historia Regum Britanniae sebelumnya oleh Geoffrey dari Monmouth, yang ditulis pada abad ke-12. The Faerie Queene karya Edmund Spenser, diterbitkan tahun 1590, juga memuat karakter bernama Cordelia, yang juga meninggal karena digantung, seperti dalam King Lear.[5]

Sumber lain yang mungkin adalah drama anonim King Leir (diterbitkan pada tahun 1605); Cermin untuk Hakim (1574), oleh John Higgins; The Malcontent (1604), oleh John Marston; London yang Hilang (1605); Esai Montaigne, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John Florio pada tahun 1603; Sebuah Deskripsi Sejarah Iland of Britaine (1577), oleh William Harrison; Remaines Concerning Britaine (1606), oleh William Camden; Inggris Albion (1589), oleh William Warner; dan Deklarasi Penipuan Kepausan yang mengerikan (1603), oleh Samuel Harsnett, yang menyediakan beberapa bahasa yang digunakan oleh Edgar saat dia berpura-pura gila. King Lear juga merupakan varian sastra dari cerita rakyat biasa, Love Like Salt, Aarne–Thompson tipe 923, di mana seorang ayah menolak putri bungsunya karena pernyataan cintanya yang tidak menyenangkannya.[6][7]

Sumber subplot yang melibatkan Gloucester, Edgar, dan Edmund adalah sebuah kisah dalam Arcadia Countess of Pembroke karya Philip Sidney (1580–90), dengan seorang raja Paphlagonian yang buta dan kedua putranya, Leonatus dan Plexitrus.

Perubahan dari bahan sumber

Selain subplot yang melibatkan Earl of Gloucester dan putra-putranya, inovasi utama yang dibuat Shakespeare untuk cerita ini adalah kematian Cordelia dan Lear di bagian akhir; dalam akun oleh Geoffrey dari Monmouth, Cordelia mengembalikan Lear ke takhta, dan menggantikannya sebagai penguasa setelah kematiannya. Selama abad ke-17, akhir tragis Shakespeare banyak dikritik dan versi alternatif ditulis oleh Nahum Tate, di mana karakter utama selamat dan Edgar dan Cordelia menikah (terlepas dari kenyataan bahwa Cordelia sebelumnya bertunangan dengan Raja Prancis). Harold Bloom menyatakan: "Versi Tate memegang panggung selama hampir 150 tahun, sampai Edmund Kean mengembalikan akhir tragis drama itu pada tahun 1823." [8]

Cordelia, Alexander Johnston (artis) (c.1894)

Holinshed menyatakan bahwa cerita diatur ketika Joash adalah Raja Yehuda (c. 800 SM), sementara Shakespeare menghindari penanggalan pengaturan, hanya menunjukkan bahwa kadang-kadang di era pra-Kristen.

Karakter Earl "Caius" dari Kent dan The Fool diciptakan sepenuhnya oleh Shakespeare untuk terlibat dalam percakapan berbasis karakter dengan Lear. Oswald si pelayan, orang kepercayaan Goneril, diciptakan sebagai perangkat ekspositori yang serupa.

Lear Shakespeare dan karakter lainnya membuat sumpah untuk Jupiter, Juno, dan Apollo. Sementara kehadiran agama Romawi di Inggris secara teknis merupakan anakronisme, tidak ada yang diketahui tentang agama apa pun yang ada di Inggris pada saat dugaan kehidupan Lear.

Holinshed mengidentifikasi nama pribadi Adipati Albany (Maglanus), Adipati Cornwall (Henninus), dan pemimpin Galia/Prancis (Aganippus). Shakespeare mengacu pada karakter ini hanya dengan judul mereka, dan juga mengubah sifat Albany dari penjahat menjadi pahlawan, dengan menetapkan kembali perbuatan jahat Albany ke Cornwall. Maglanus dan Henninus terbunuh dalam pertempuran terakhir, tetapi selamat oleh putra mereka, Margan dan Cunedag. Dalam versi Shakespeare, Cornwall dibunuh oleh seorang pelayan yang keberatan dengan penyiksaan Earl of Gloucester, sementara Albany adalah salah satu dari beberapa karakter utama yang masih hidup. Isaac Asimov menduga bahwa perubahan ini disebabkan oleh gelar Adipati Albany yang dipegang pada tahun 1606 oleh Pangeran Charles, putra bungsu dari dermawan Shakespeare, Raja James.[9] Namun, penjelasan ini salah, karena putra sulung James, Pangeran Henry, memegang gelar Duke of Cornwall pada saat yang sama.

Tanggal dan teks

Halaman judul edisi kuarto pertama, diterbitkan pada 1608

Tidak ada bukti langsung yang menunjukkan kapan King Lear ditulis atau pertama kali dipentaskan. Diperkirakan telah disusun antara tahun 1603 dan 1606. Catatan A Stationers' Register mencatat pertunjukan sebelum James I pada 26 Desember 1606. Tanggal 1603 berasal dari kata-kata dalam pidato Edgar yang mungkin berasal dari Deklarasi Samuel Harsnett tentang Penipuan Kepausan yang Mengerikan ( 1603).[10] Isu penting dalam penanggalan drama tersebut adalah hubungan King Lear dengan drama berjudul The True Chronicle History of the Life and Death of King Leir and his Three Daughters, yang diterbitkan untuk pertama kalinya setelah entrinya di Stationers' Daftar 8 Mei 1605. Drama ini memiliki pengaruh yang signifikan pada Shakespeare, dan studinya yang dekat menunjukkan bahwa ia menggunakan salinan cetak, yang menunjukkan tanggal komposisi 1605–06.[11] Sebaliknya, Frank Kermode, di Riverside Shakespeare, menganggap penerbitan Leir sebagai tanggapan atas pertunjukan drama yang sudah ditulis Shakespeare; mencatat soneta oleh William Strachey yang mungkin memiliki kemiripan verbal dengan Lear, Kermode menyimpulkan bahwa "1604–05 tampaknya kompromi terbaik".

Sebuah baris dalam drama yang membahas "Gerhana matahari dan bulan ini" [12] tampaknya merujuk pada fenomena dua gerhana yang terjadi di London dalam beberapa hari satu sama lain—gerhana bulan 27 September 1605 dan gerhana matahari 12 Oktober 1605. Sepasang peristiwa yang luar biasa ini menimbulkan banyak diskusi di antara para astrolog. Baris Edmund "Sebuah prediksi yang saya baca beberapa hari yang lalu..." [13] tampaknya merujuk pada ramalan yang dipublikasikan dari para astrolog, yang mengikuti setelah gerhana. Ini menunjukkan bahwa baris-baris dalam Babak I ditulis beberapa saat setelah gerhana dan komentar yang dipublikasikan.

Teks modern King Lear berasal dari tiga sumber: dua kuarto, satu diterbitkan pada tahun 1608 (Q1) dan yang lainnya pada tahun 1619 (Q2),[a] dan versi dalam Folio Pertama tahun 1623 (F1). Q1 memiliki "banyak kesalahan dan kekacauan".[14] Q2 didasarkan pada Q1. Ini memperkenalkan koreksi dan kesalahan baru.[15] Q2 juga menginformasikan teks Folio.[16] Teks Quarto dan Folio berbeda secara signifikan. Q1 berisi 285 baris tidak di F1; F1 berisi sekitar 100 baris tidak di Q1. Juga, setidaknya seribu kata individu diubah antara dua teks, setiap teks memiliki gaya tanda baca yang berbeda, dan sekitar setengah baris ayat di F1 dicetak sebagai prosa atau dibagi secara berbeda di Q1. Editor awal, dimulai dengan Alexander Pope, menggabungkan kedua teks tersebut, menciptakan versi modern yang telah umum digunakan sejak saat itu. Versi gabungan berasal dari asumsi bahwa perbedaan dalam versi tidak menunjukkan penulisan ulang oleh penulis; bahwa Shakespeare hanya menulis satu naskah asli, yang sekarang hilang; dan bahwa versi Quarto dan Folio mengandung berbagai distorsi dari aslinya yang hilang. Pada tahun 2021, Duncan Salkeld mendukung pandangan ini, menunjukkan bahwa Q1 diset oleh pembaca yang mendikte compositor, yang menyebabkan banyak kesalahan yang disebabkan oleh salah dengar.[17] Editor lain, seperti Nuttall dan Bloom, telah menyarankan Shakespeare sendiri mungkin terlibat dalam pengerjaan ulang bagian dalam drama untuk mengakomodasi pertunjukan dan persyaratan tekstual lainnya dari drama tersebut.

Halaman pertama King Lear, dicetak dalam Folio Kedua tahun 1632

Pada awal tahun 1931, Madeleine Doran menyatakan bahwa kedua teks tersebut memiliki sejarah yang independen, dan bahwa perbedaan di antara keduanya sangat menarik. Argumen ini, bagaimanapun, tidak dibahas secara luas sampai akhir 1970-an, ketika dihidupkan kembali, terutama oleh Michael Warren dan Gary Taylor, yang membahas berbagai teori termasuk gagasan Doran bahwa Quarto mungkin telah dicetak dari kertas busuk Shakespeare, dan bahwa Folio mungkin telah dicetak dari buku petunjuk yang disiapkan untuk produksi.[18]

The New Cambridge Shakespeare telah menerbitkan edisi Q dan F yang terpisah; edisi Pelican Shakespeare terbaru berisi teks Quarto 1608 dan Folio 1623 serta versi gabungan; edisi Arden Baru diedit oleh R.A. Foakes menawarkan teks gabungan yang menunjukkan bagian-bagian yang hanya ditemukan di Q atau F. Baik Anthony Nuttall dari Universitas Oxford dan Harold Bloom dari Universitas Yale telah mendukung pandangan Shakespeare yang telah merevisi tragedi itu setidaknya sekali selama hidupnya.[19] Seperti yang ditunjukkan Bloom: "Pada penutupan King Lear yang direvisi Shakespeare, Edgar yang enggan menjadi Raja Inggris, menerima takdirnya tetapi dalam aksen keputusasaan. Nuttall berspekulasi bahwa Edgar, seperti Shakespeare sendiri, merebut kekuatan memanipulasi penonton dengan menipu Gloucester yang malang."[19]

Interpretasi dan analisis

Interpretasi historis

John F. Danby, dalam karyanya Shakespeare's Doctrine of Nature – A Study of King Lear (1949), berpendapat bahwa Lear mendramatisasi, antara lain, makna "Alam" saat ini. Kata-kata "alam", "alami", dan "tidak wajar" muncul lebih dari empat puluh kali dalam drama tersebut, mencerminkan perdebatan di zaman Shakespeare tentang seperti apa alam itu sebenarnya; perdebatan ini meliputi permainan dan menemukan ekspresi simbolis dalam perubahan sikap Lear terhadap Thunder. Ada dua pandangan yang sangat kontras tentang sifat manusia dalam drama itu: pandangan dari pihak Lear (Lear, Gloucester, Albany, Kent), mencontohkan filosofi Bacon dan Hooker, dan dari pihak Edmund (Edmund, Cornwall, Goneril, Regan ), mirip dengan pandangan yang kemudian dirumuskan oleh Hobbes, meskipun yang terakhir belum memulai karir filsafatnya ketika Lear pertama kali dilakukan. Bersama dengan dua pandangan tentang Alam, drama tersebut berisi dua pandangan tentang Alasan, yang dibawakan dalam pidato Gloucester dan Edmund tentang astrologi (1.2). Rasionalitas partai Edmund adalah rasionalitas yang lebih mudah diidentifikasi oleh audiens modern. Tetapi partai Edmund membawa rasionalisme yang berani ke ekstrem sedemikian rupa sehingga menjadi kegilaan: kegilaan-dalam-alasan, padanan ironis dari "alasan dalam kegilaan" Lear (IV.6.190) dan kebijaksanaan-dalam-kebodohan si Bodoh. Pengkhianatan terhadap akal budi ini terletak di balik penekanan drama tersebut pada perasaan.

Apa yang kita ketahui tentang pembacaan Shakespeare yang luas dan kekuatan asimilasi tampaknya menunjukkan bahwa ia memanfaatkan semua jenis materi, menyerap sudut pandang yang kontradiktif, positif dan negatif, religius dan sekuler, seolah-olah untuk memastikan bahwa "King Lear" tidak akan menawarkan apa pun. perspektif pengontrol tunggal, tetapi terbuka untuk, memang menuntut, banyak interpretasi.

R. A. Foakes[20]

Dua Alam dan dua Alasan menyiratkan dua masyarakat. Edmund adalah Manusia Baru, anggota zaman persaingan, kecurigaan, kemuliaan, berbeda dengan masyarakat tua yang telah turun dari Abad Pertengahan, dengan kepercayaannya pada kerja sama, kesopanan yang masuk akal, dan rasa hormat terhadap keseluruhan sebagai lebih besar dari bagian. King Lear dengan demikian adalah sebuah alegori. Masyarakat yang lebih tua, yaitu visi abad pertengahan, dengan raja yang menyayanginya, jatuh ke dalam kesalahan, dan terancam oleh Machiavellianisme baru; itu diregenerasi dan diselamatkan oleh visi tatanan baru, yang diwujudkan dalam putri raja yang ditolak. Cordelia, dalam skema alegoris, ada tiga: seseorang; prinsip etis (cinta); dan sebuah komunitas. Namun demikian, pemahaman Shakespeare tentang Manusia Baru begitu luas hingga hampir mencapai simpati. Edmund adalah ekspresi besar terakhir dalam Shakespeare dari sisi individualisme Renaisans—energi, emansipasi, keberanian—yang telah memberikan kontribusi positif pada warisan Barat. "Dia mewujudkan sesuatu yang vital yang harus ditegaskan kembali oleh sintesis akhir. Tapi dia membuat klaim mutlak yang tidak akan didukung oleh Shakespeare. Adalah benar bagi manusia untuk merasakan, seperti halnya Edmund, bahwa masyarakat ada untuk manusia, bukan manusia untuk masyarakat. hak untuk menegaskan jenis pria yang Edmund akan tegakkan untuk supremasi ini."[21]

Drama tersebut menawarkan alternatif dari polaritas feodal-Machiavellian, alternatif yang diramalkan dalam pidato Prancis (I.1.245–256), dalam doa-doa Lear dan Gloucester (III.4. 28–36; IV.1.61–66), dan dalam sosok Cordelia. Sampai masyarakat yang layak tercapai, kita dimaksudkan untuk mengambil sebagai panutan (meskipun dikualifikasikan oleh ironi Shakespeare) Edgar, "jantan kebaikan",[26] daya tahan, keberanian dan "kematangan".[21]

Tiga putri Raja Lear oleh Gustav Pope

Drama tersebut juga memuat referensi tentang perselisihan antara Raja James I dan Parlemen. Dalam pemilihan 1604 untuk House of Commons, Sir John Fortescue, Menteri Keuangan, dikalahkan oleh seorang anggota bangsawan Buckinghamshire, Sir Francis Goodwin. Tidak senang dengan hasilnya, James menyatakan hasil pemilihan Buckinghhamshire tidak valid, dan bersumpah di Fortescue sebagai MP untuk Buckinghamshire sementara House of Commons bersikeras bersumpah di Goodwin, yang mengarah ke bentrokan antara Raja dan Parlemen mengenai siapa yang berhak memutuskan. yang duduk di House of Commons.[22] Anggota parlemen Thomas Wentworth, putra anggota parlemen lain Peter Wentworth—sering dipenjarakan di bawah Elizabeth karena mengajukan pertanyaan tentang suksesi di Commons—paling kuat dalam memprotes upaya James untuk mengurangi kekuasaan House of Commons, dengan mengatakan Raja tidak bisa nyatakan saja hasil pemilihan tidak sah jika dia tidak menyukai siapa yang telah memenangkan kursi karena dia bersikeras bahwa dia bisa. Karakter Kent menyerupai Peter Wentworth dalam cara yang tidak bijaksana dan blak-blakan dalam menasihati Lear, tetapi poinnya benar bahwa Lear harus lebih berhati-hati dengan teman dan penasihatnya.[23]

Sama seperti House of Commons telah berpendapat kepada James bahwa kesetiaan mereka adalah pada konstitusi Inggris, bukan kepada Raja secara pribadi, Kent menegaskan bahwa kesetiaannya bersifat institusional, bukan pribadi, karena ia setia pada wilayah yang dipimpin oleh raja, bukan untuk Lear sendiri, dan dia memberitahu Lear untuk berperilaku lebih baik demi kebaikan alam.[24] Sebaliknya, Lear membuat argumen yang mirip dengan James bahwa sebagai raja, ia memegang kekuasaan mutlak dan dapat mengabaikan pandangan rakyatnya jika mereka tidak menyenangkannya kapan pun ia mau.[25] Dalam drama tersebut, karakter seperti Si Bodoh, Kent dan Cordelia, yang loyalitasnya bersifat institusional, melihat kesetiaan pertama mereka pada kerajaan, digambarkan lebih baik daripada mereka seperti Regan dan Goneril, yang bersikeras bahwa mereka hanya setia kepada raja, melihat mereka loyalitas sebagai pribadi.[24] Demikian juga, James terkenal karena gaya hidupnya yang liar dan tidak bermoral dan preferensinya untuk para abdi dalem penjilat yang selamanya menyanyikan pujiannya dengan harapan untuk kemajuan, aspek-aspek istananya yang sangat mirip dengan istana Raja Lear, yang memulai permainannya dengan pengadilan para abdi dalem yang kejam dan bejat.[25] Kent mengkritik Oswald sebagai orang yang tidak layak menjabat yang hanya dipromosikan karena sifat penjilatnya, mengatakan kepada Lear bahwa dia harus setia kepada mereka yang bersedia mengatakan yang sebenarnya, sebuah pernyataan yang banyak orang di Inggris berharap agar James akan mengindahkannya. [25]

Selanjutnya, James VI dari Skotlandia mewarisi takhta Inggris setelah kematian Elizabeth I pada tahun 1603, dengan demikian menyatukan kerajaan-kerajaan di pulau Inggris menjadi satu, dan masalah utama pemerintahannya adalah upaya untuk membentuk identitas Inggris yang sama. [26] James telah memberi putranya Henry dan Charles gelar Adipati Cornwell dan Adipati Albany, gelar yang sama yang disandang oleh pria yang menikah dengan Regan dan Goneril.[27] Drama dimulai dengan Lear memerintah seluruh Inggris dan berakhir dengan dia menghancurkan wilayahnya; kritikus Andrew Hadfield berpendapat bahwa pembagian Inggris oleh Lear adalah kebalikan dari penyatuan Inggris oleh James, yang percaya bahwa kebijakannya akan menghasilkan wilayah bersatu yang diatur dengan baik dan makmur yang diteruskan ke ahli warisnya. Hadfield berpendapat bahwa drama itu dimaksudkan sebagai peringatan bagi James karena dalam drama itu seorang raja kehilangan segalanya dengan menyerah pada para abdi dalem penjilatnya yang hanya berusaha memanfaatkannya sambil mengabaikan orang-orang yang benar-benar mencintainya.[27] Hadfield juga berpendapat bahwa dunia pengadilan Lear adalah "kekanak-kanakan" dengan Lear menampilkan dirinya sebagai bapak bangsa dan mengharuskan semua rakyatnya, bukan hanya anak-anaknya, untuk memanggilnya dalam istilah ayah, yang membuat sebagian besar orang di sekitarnya menjadi kekanak-kanakan. , yang dengan tegas merujuk pada pernyataan James dalam bukunya tahun 1598 The Trew Law of Free Monarchies bahwa raja adalah "bapak bangsa", yang semua rakyatnya adalah anak-anaknya.[28]

Interpretasi psikoanalitik dan psikososial

King Lear memberikan dasar untuk "pemberlakuan utama kerusakan psikis dalam sejarah sastra Inggris".[29] Drama itu dimulai dengan "narsisme dekat dongeng" Lear.[30]

Mengingat tidak adanya ibu yang sah di King Lear, Coppélia Kahn [31] memberikan interpretasi psikoanalitik dari "subteks keibuan" yang ditemukan dalam drama tersebut. Menurut Kahn, usia tua Lear memaksanya untuk mundur ke disposisi kekanak-kanakan, dan dia sekarang mencari cinta yang secara tradisional dipuaskan oleh seorang wanita ibu, tetapi dengan tidak adanya ibu sejati, anak perempuannya menjadi figur ibu. Kontes cinta Lear antara Goneril, Regan, dan Cordelia berfungsi sebagai perjanjian yang mengikat; putri-putrinya akan mendapatkan warisan mereka asalkan mereka merawatnya, terutama Cordelia, yang akan sangat bergantung padanya "pembibitan yang baik".

Penolakan Cordelia untuk mendedikasikan dirinya untuknya dan mencintainya sebagai lebih dari seorang ayah telah ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai penolakan terhadap inses, tetapi Kahn juga menyisipkan citra seorang ibu yang menolak. Situasi sekarang adalah kebalikan dari peran orang tua-anak, di mana kegilaan Lear adalah kemarahan seperti anak kecil karena kurangnya pengasuhan anak/ibu. Bahkan ketika Lear dan Cordelia ditangkap bersama, kegilaannya tetap ada saat Lear membayangkan sebuah kamar bayi di penjara, di mana satu-satunya keberadaan Cordelia adalah untuknya. Hanya dengan kematian Cordelia, fantasinya tentang seorang putri-ibu akhirnya berkurang, sebagai Raja Lear menyimpulkan dengan hanya karakter laki-laki yang hidup.

Sigmund Freud menegaskan bahwa Cordelia melambangkan Kematian. Oleh karena itu, ketika lakon dimulai dengan Lear menolak putrinya, dapat diartikan sebagai dia menolak kematian; Lear tidak mau menghadapi keterbatasan keberadaannya. Adegan akhir drama yang mengharukan, di mana Lear membawa tubuh Cordelia tercinta, sangat penting bagi Freud. Dalam adegan ini, Cordelia memaksa realisasi keterbatasannya, atau seperti yang Freud katakan, dia menyebabkan dia "berteman dengan kebutuhan akan kematian". Shakespeare memiliki niat khusus dengan kematian Cordelia, dan merupakan satu-satunya penulis yang membunuh Cordelia (dalam versi Nahum Tate, dia terus hidup bahagia, dan di Holinshed, dia memulihkan ayahnya dan menggantikannya).

Atau, sebuah analisis berdasarkan teori Adlerian menunjukkan bahwa persaingan Raja di antara putri-putrinya dalam Babak I lebih berkaitan dengan kendalinya atas Cordelia yang belum menikah.[32] Teori ini menunjukkan bahwa "pencopotan" Raja[38] mungkin telah membawanya untuk mencari kendali yang hilang setelah dia membagi tanahnya.

Referensi

  1. ^ Trisno Sumardjo, Raja Lear (belum diterbitkan)[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ "Jackson, Vanessa, (born 6 June 1953), painter". Who's Who. Oxford University Press. 2019-12-01. 
  3. ^ Ekwall, Eilert (1928-01). "Etymological Notes". Studia Neophilologica. 1 (2): 97–108. doi:10.1080/00393272808586728. ISSN 0039-3274. 
  4. ^ "Dr. Robert Stevenson". BMJ. 1 (2991): 496–496. 1918-04-27. doi:10.1136/bmj.1.2991.496. ISSN 0959-8138. 
  5. ^ Foakes, R. A. (1997). On Finishing a Commentary on King Lear. London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 238–246. ISBN 978-1-349-26005-8. 
  6. ^ Dietz, Hanns-Bertold (2002). Manna, Gennaro (opera). Oxford Music Online. Oxford University Press. 
  7. ^ Ashliman, D. L.; Seghers, Anna (1969). "Erzählungen". Books Abroad. 43 (2): 258. doi:10.2307/40123410. ISSN 0006-7431. 
  8. ^ Bloom, Richard W. (2008). "Getting Safer". PsycCRITIQUES. 53 (11). doi:10.1037/a0011133. ISSN 1554-0138. 
  9. ^ Smith, Emma. King Lear. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 81–86. 
  10. ^ Beards, Richard D.; Kermode, Frank (1974). "D. H. Lawrence". Books Abroad. 48 (4): 781. doi:10.2307/40128304. ISSN 0006-7431. 
  11. ^ Foakes, R. A. (1997). On Finishing a Commentary on King Lear. London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 238–246. ISBN 978-1-349-26005-8. 
  12. ^ Lampert, R. Brigham (2021-09-03). Understanding King Lear. New York: Routledge. hlm. 61–103. 
  13. ^ Henderson, Diana E. (2019-09-26). RomancingKing Lear: Hobson’s Choice, Life Goes Onand Beyond. Cambridge University Press. hlm. 125–139. 
  14. ^ Foakes, R. A.; Rickert, R. T. (1966-01-02). An Elizabethan Stage Drawing?. Cambridge University Press. hlm. 111–112. 
  15. ^ Foakes, R. A.; Rickert, R. T. (1966-01-02). An Elizabethan Stage Drawing?. Cambridge University Press. hlm. 111–112. 
  16. ^ Jackson, Frederick John Foakes (1855–1941). Oxford Dictionary of National Biography. Oxford University Press. 2017-11-28. 
  17. ^ Salkeld, Duncan (2021-03-01). "Q/F: The Texts of King Lear". The Library. 22 (1): 3–32. doi:10.1093/library/22.1.3. ISSN 0024-2160. 
  18. ^ Wollman, Warren (1983-05-06). "Models and Procedures: A Classroom Study of Teaching for Transfer". School Science and Mathematics. 83 (5): 419–429. doi:10.1111/j.1949-8594.1983.tb15529.x. ISSN 0036-6803. 
  19. ^ a b Addy, S.O. (1885-08-22). "From Bloom till Bloom". Notes and Queries. s6-XII (295): 143–143. doi:10.1093/nq/s6-xii.295.143b. ISSN 1471-6941. 
  20. ^ Foakes 1997, hlm. 107.
  21. ^ a b DANBY, P. (1949-01-01). "Development of Leather Chemistry". Nature. 163 (4133): 87–89. doi:10.1038/163087a0. ISSN 0028-0836. 
  22. ^ HADFIELD, B (2004). Foreword. Elsevier. hlm. ix–xi. 
  23. ^ Hadfield, Andrew (2004). From English to British Literature: John Lyly’s Euphues and the 1590 The Faerie Queene. London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 105–121. ISBN 978-1-349-43191-5. 
  24. ^ a b Hadfield, Andrew (2004). From English to British Literature: John Lyly’s Euphues and the 1590 The Faerie Queene. London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 105–121. ISBN 978-1-349-43191-5. 
  25. ^ a b c Hadfield, Andrew (2004). From English to British Literature: John Lyly’s Euphues and the 1590 The Faerie Queene. London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 105–121. ISBN 978-1-349-43191-5. 
  26. ^ Hadfield, Andrew (1993-03). "Review: Inconvenient Fictions: Literature and the Limits of Theory". Literature & History. 2 (1): 98–99. doi:10.1177/030619739300200109. ISSN 0306-1973. 
  27. ^ a b Hadfield, Andrew; Quitsland, Jon A. (2004-10). "Spenser's Supreme Fiction: Platonic Philosophy and 'The Faerie Queene'". The Modern Language Review. 99 (4): 1028. doi:10.2307/3738521. ISSN 0026-7937. 
  28. ^ Fischetti, Mark (2004-01). "Phantom Gain". Scientific American. 290 (1): 100–101. doi:10.1038/scientificamerican0104-100. ISSN 0036-8733. 
  29. ^ Brown, Adrian; Tattersall, Geoffrey (2001-07). "Too much talent". Physics World. 14 (7): 19–19. doi:10.1088/2058-7058/14/7/22. ISSN 0953-8585. 
  30. ^ Brown, R (2001). "Editorial". Polymer Testing. 20 (8): 835. doi:10.1016/s0142-9418(01)00070-8. ISSN 0142-9418. 
  31. ^ Kahn, Patricia; Graf, Thomas, ed. (1986). "Oncogenes and Growth Control". doi:10.1007/978-3-642-73325-3. 
  32. ^ MCLAUGHLIN, S.; MCLAUGHLIN, A. (1978-02-03). "Membranes". Science. 199 (4328): 526–526. doi:10.1126/science.199.4328.526. ISSN 0036-8075.