Resolusi tahun baru

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Agustus 2021 07.04 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>"))

Resolusi Tahun Baru adalah tradisi sekuler yang umumnya berlaku di Dunia Barat, tetapi juga bisa ditemukan di seluruh dunia. Menurut tradisi ini, seseorang akan berjanji untuk melakukan tindakan perbaikan diri yang akan dimulai pada Hari Tahun Baru.[1]

Asal

Penduduk Babilonia kuno berjanji kepada para dewa yang mereka sembah setiap awal tahun bahwa mereka akan mengembalikan semua benda-benda yang telah mereka pinjam dan membayar utang mereka.[2] Bangsa Romawi memulai awal tahun dengan berjanji kepada dewa Janus, yang namanya diabadikan menjadi nama bulan Januari.[3] Pada Abad Pertengahan, para kesatria mengucapkan "sumpah merak" pada akhir musim Natal setiap tahunnya untuk menegaskan kembali komitmen mereka sebagai kesatria.[2]

Pandangan agama

Ada persamaan mengenai tradisi ini dalam pandangan agama. Saat Tahun Baru Yudaisme yang dikenal dengan Rosh Hashanah, umat Yahudi merenungkan kesalahan yang telah mereka lakukan sepanjang tahun dan meminta pengampunan. Umat Katolik juga melakukan hal serupa pada masa puasa Pra-Paskah, meskipun motifnya lebih ke pengorbanan daripada tanggung jawab. Tradisi resolusi Tahun Baru ini sendiri sebenarnya berawal dari praktik puasa pra-Paskah yang dilakukan oleh umat Katolik.[4]

Partisipasi

Di Amerika Serikat, pada akhir Depresi Besar, sekitar seperempat orang dewasa Amerika memiliki resolusi Tahun Baru. Sedangkan pada awal abad ke-21, sekitar 40% warga Amerika melakukannya.[butuh rujukan]

Resolusi populer

Kartu pos resolusi Tahun Baru pada awal abad ke-20.

Beberapa tujuan populer termasuk menyumbang lebih sering kepada fakir miskin, menjadi lebih tegas, atau menjadi lebih peduli lingkungan.

Berikut adalah beberapa resolusi Tahun Baru yang paling populer:[5][6]

  • Meningkatkan kesejahteraan fisik: makan makanan yang sehat, menurunkan berat badan, berolahraga teratur, makan yang lebih bernutrisi, mengurangi minum alkohol, berhenti merokok, berhenti menggigit kuku, dan menyingkirkan kebiasaan buruk yang lama
  • Meningkatkan kesejahteraan mental: berpikir positif, lebih sering tertawa, menikmati hidup
  • Meningkatkan kesejahteraan keuangan: bebas dari utang, menghemat uang, berinvestasi kecil-kecilan
  • Meningkatkan karier: lebih baik dalam pekerjaan saat ini, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, membangun bisnis sendiri
  • Meningkatkan pendidikan: meningkatkan nilai, mendapatkan pendidikan yang lebih baik, belajar sesuatu yang baru (seperti bahasa asing atau musik), belajar lebih sering, membaca lebih banyak buku, mengembangkan bakat, lulus atau wisuda
  • Meningkatkan kemampuan diri: menjadi lebih terorganisir, mengurangi stres, mengurangi sifat pemarah, bisa mengatur waktu, menjadi lebih mandiri, mengurangi menonton televisi, mengurangi bermain internet
  • Pergi berlibur
  • Menjadi sukarelawan untuk membantu orang lain, mempraktikkan keterampilan hidup, beramal, bekerja paruh waktu di sebuah organisasi amal (LSM, NGO)
  • Bergaul lebih baik dengan orang-orang sekitar, meningkatkan keterampilan sosial, meningkatkan kecerdasan sosial
  • Memiliki teman-teman baru
  • Meluangkan waktu yang berkualitas dengan anggota keluarga
  • Bertunangan/menikah, memiliki momongan
  • Mencicipi makanan asing, menemukan budaya baru
  • Beribadah lebih sering, lebih dekat dengan Tuhan, menjadi lebih taat pada agama

Tingkat kesuksesan

Sebuah studi pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Richard Wiseman dari Universitas Bristol dengan melibatkan 3.000 responden menunjukkan bahwa 88% dari mereka yang memiliki resolusi Tahun Baru gagal mewujudkannya,[7] meskipun 52% dari responden yakin pada awalnya bahwa mereka akan berhasil mewujudkannya. 22% pria berhasil mewujudkan resolusi mereka saat mereka menenetapkan target (misalnya bertekad menurunkan berat badan satu pon dalam seminggu, bukannya hanya "menurunkan berat badan" saja), sedangkan 10% wanita berhasil mewujudkan resolusi mereka jika mendapat dukungan dari orang-orang terdekat.[8]

Frank Ra (penulis buku resolusi Tahun Baru "A Course in Happiness") menyatakan bahwa:[9]

Resolusi akan lebih berkelanjutan bila kita berbagi, baik dalam hal dengan siapa Anda berbagi manfaat dari resolusi Anda, dan dengan siapa Anda berbagi jalan untuk menjaga resolusi Anda. Rekan-dukungan yang membuat perbedaan dalam tingkat keberhasilan resolusi tahun baru ".[10]

Referensi

  1. ^ "New Year('s) resolution". Cambridge Advanced Learner's Dictionary & Thesaurus. Diakses tanggal 2013-04-06. 
  2. ^ a b Lennox, Doug (2007). Now You Know Big Book of Answers. Toronto: Dundurn. hlm. 250. ISBN 1-55002-741-7. 
  3. ^ Julia Jasmine (1998). Multicultural Holidays. Teacher Created Resources. hlm. 116. ISBN 1-55734-615-1. 
  4. ^ James Ewing Ritchie (1870). The Religious Life of London. Tinsley Brothers. Diakses tanggal 28 December 2011. At A WATCH-NIGHT SERVICE: Methodism has one special institution. Its lovefeasts are old-old as Apostolic times. Its class meetings are the confessional in its simplest and most unobjectionable type, but in the institution of the watch-night it boldly struck out a new path for itself. In publicly setting apart the last fleeting moments of the old year and the first of the new to penitence, and special prayer, and stirring appeal, and fresh resolve, it has set an example which other sects are preparing to follow. 
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-30. Diakses tanggal 2013-12-29. 
  6. ^ http://www.43things.com/resolutions/trends[pranala nonaktif permanen]
  7. ^ Blame It on the Brain: The latest neuroscience research suggests spreading resolutions out over time is the best approach, Wall Street Journal, December 26, 2009
  8. ^ Quirkology Study
  9. ^ HTTP://www.amazon.com/course-happiness-authentic-well-being-flourishing/dp/1456374133
  10. ^ Centore, Anthony. "New Year's Resolutions - Thriveworks". Thriveworks. Diakses tanggal 2 December 2013.