SCTV: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 335: Baris 335:
|32 UHF
|32 UHF
|-
|-
|''[[Kota Tegal|Tegal]], [[Brebes]], [[Pemalang]], [[Pekalongan]]''
|''[[Brebes]], [[Kota Tegal|Tegal]], [[Pemalang]], [[Pekalongan]]''
|55 UHF
|55 UHF
|33 UHF
|33 UHF

Revisi per 6 Maret 2021 23.23

SCTV
PT Surya Citra Televisi
Diluncurkan24 Agustus 1990
PemilikSudwikatmono, Henry Pribadi, Mohammad Noer (1990-1991)
Sudwikatmono, Henry Pribadi, Halimah Agustina Kamil, Peter F. Gontha (1991-1997)
Mitrasari Persada dan Datakom Asia (1998-2001)
Surya Citra Media (2001-sekarang) (lihat #Kepemilikan)
SloganSCTV, Surabaya Televisi
(24 Agustus 1990-24 Agustus 1991)
Ayo SCTV-Selangkah Lebih Maju
(24 Agustus 1991-24 Agustus 1993)
Saluran Hiburan dan Informasi
(24 Agustus 1991-24 Agustus 1993, bersama RCTI)
Selalu Siap Menemani Anda (atau Selalu Siap Menemanimu)
(24 Agustus 1993-3 Mei 1997)
Ayo SCTV
(24 Agustus 1994-3 Mei 1997)
SCTV NgeTop!
(3 Mei 1997-29 Januari 2005)
Satu Untuk Semua
(1 Desember 2004-sekarang)
Kantor pusatSCTV Tower, Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot 19, Tanah Abang, Jakarta Pusat
Saluran seindukRCTI (1990-1993)
Elshinta TV (2011-2013)
O Channel (2004-sekarang)
Indosiar (2011-sekarang)
Ajwa TV (2020-sekarang)
Mentari TV (2021-sekarang)
Situs webwww.sctv.co.id
Televisi Internet
VidioTonton langsung
UseeTVTonton langsung
(Hanya untuk pelanggan IndiHOME)

SCTV (singkatan dari Surya Citra Televisi) adalah sebuah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. SCTV merupakan stasiun televisi swasta kedua di Indonesia setelah RCTI. SCTV lahir pada tanggal 24 Agustus 1990 sebagai stasiun televisi lokal di Surabaya yang berpusat di Jl. Darmo Permai, Surabaya, Jawa Timur. Meski tanggal itu ditetapkan sebagai tanggal lahir SCTV, tetapi baru tanggal 1 Januari 1993, SCTV mendapatkan izin sebagai stasiun televisi nasional di Jakarta. Kantor operasional SCTV pun secara bertahap dipindahkan dari Surabaya ke Jakarta, tetapi studio dan kantor pusat SCTV tetap berada di Surabaya hingga 1998.

Meski berkali-kali berpindah kantor (di Jakarta), SCTV tetap mengudara setiap hari. Pada tahun 1995 misalnya, SCTV berpindah kantor ke Wisma AKR, Jakarta Barat yang letaknya berdekatan dengan kantor RCTI. Lalu pada akhir tahun 1998, SCTV berpindah kantor lagi ke Wisma Indovision, yang diiringi dengan perpindahan kantor pusat dari Surabaya. Menginjak usia ke-11, pada tahun 2001, SCTV kemudian memusatkan kegiatan operasionalnya di Gedung Graha SCTV (sekarang Gedung Graha Mitra milik Indika Group), Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dan pada tahun 2007, kegiatan operasional SCTV berpusat di Senayan City kerjasama dengan Agung Podomoro Group. Namun, stasiun pemancar dan studio Penta tetap dipusatkan di Kebon Jeruk.

Sejak 29 Januari 1999, mayoritas saham SCTV diakuisisi oleh Surya Citra Media. Pada awal Mei 2013, SCTV dan Indosiar resmi bergabung.[1]

Sejarah

Televisi lokal

Pada awalnya, PT Surya Citra Televisi didirikan dengan nama PT Foresta Maju pada 5 Mei 1987.[2] Perusahaan ini dimiliki oleh Henry Pribadi dan Sudwikatmono, dan keduanya kemudian mengajukan izin pendirian SST (Siaran Saluran Terbatas) di kota Surabaya pada 28 April 1989. Pendirian SCTV sendiri didukung oleh mantan Gubernur Jawa Timur, M. Noer, karena menurutnya TVRI Surabaya tidak mendapat anggaran yang baik dan sudah saatnya memberikan alternatif informasi ke masyarakat.[3] Persetujuan dari Dirjen RTF (Direktur Jenderal Radio, Televisi dan Film) didapat pada 27 September 1989 dengan nama perusahaan baru: PT Surabaya Centra Televisi[4] dan izin siaran didapatkan dari pemerintah lewat penandatanganan kerjasama dengan TVRI pada 17 Januari 1990.[5]

Kantor SCTV di Surabaya. Sebelum mengudara secara nasional, SCTV berkantor di tempat ini. Dan kini telah difungsikan menjadi Stasiun Pemancar SCTV wilayah Surabaya

Pembangunan gedung SCTV di Jalan Darmo, Surabaya kemudian dimulai pada 1 Februari 1990 yang dihadiri Menteri Penerangan Harmoko,[6] dan peletakan batu pertama untuk studionya sebelumnya sudah dilakukan di Hari Pahlawan, 10 November 1989. Modal awal yang dikeluarkan untuk membangun SCTV adalah Rp 150 miliar. Pada 19 Juli 1990, SCTV mulai berancang-ancang melakukan siaran percobaannya yang direncanakan sekitar tiga bulan.[7][8] Namun, baru esok harinya siaran percobaan ini dilakukan pada 20-21 Juli dan 26 Juli 1990, dengan pada saat itu hanya berupa siaran pendek singkat beberapa menit seperti test pattern, kata-kata pendek ataupun Indonesia Raya di kanal 43 UHF (647,25 MHz). Lalu, pada hari-hari selanjutnya, siaran percobaan dilakukan dengan menayangkan lagu-lagu dengan suara stereo (Zweiton). Siaran ini dilakukan dari jam 18:00-20:30 WIB.[9]

Surabaya Centra Televisi (SCTV)[10] akhirnya mulai mengudara secara resmi pada tanggal 24 Agustus 1990 di Surabaya, Jawa Timur, dengan jangkauan wilayah Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan) yang mengacu pada izin Departemen Penerangan No. 1415/RTF/K/IX/1989 dan SK No. 150/SP/DIR/TV/1990. SCTV pada awalnya dimaksudkan untuk bersiaran dengan sistem televisi berbayar menggunakan dekoder layaknya RCTI ketika diberi izin pada 17 Januari 1990[9] namun kemudian seiring kebijakan pemerintah yang mengizinkan TV swasta bersiaran tanpa dekoder, maka SCTV sudah bersiaran secara terestrial dari awal.[11] Siaran SCTV sendiri dimulai pada jam 19:30 WIB 24 Agustus 1990, dengan penyampaian ucapan HUT TVRI dan pembukaan oleh seorang penyiar wanita. Program pertama yang ditayangkan adalah The British Record Industrial Awards, sebuah siaran penghargaan musik dari Inggris. Siaran perdana SCTV hanya berlangsung selama 1,5 jam hingga jam 21:00 WIB. Selanjutnya pada hari-hari berikutnya siaran SCTV kemudian diperpanjang, dari jam 12:00 WIB-00:30 WIB (akhir pekan) atau dimulai dari 17:00 WIB (hari kerja).[6]

Meski pada saat itu SCTV masih berstatus televisi lokal di Surabaya, beberapa merek sempat beriklan produk di SCTV, misalnya Baygon[12] dan Citra.[13] Di saat itu pula, SCTV dikenal sebagai dikenal sebagai "Saudara Kembar" dari stasiun TV Jakarta RCTI, karena SCTV selalu bersama menayangkan acara-acara yang ditayangkan RCTI meskipun waktu tayang antara keduanya selalu berbeda. Hal ini bisa terjadi karena, walaupun keduanya memiliki struktur kepemilikan dan manajemen yang berbeda, namun keduanya melakukan kerjasama programming yang didorong oleh pemerintah.[14][15] Alasan kerjasama ini adalah kemungkinan SCTV bisa mendapat program yang lebih murah karena membeli program yang sudah ditayangkan RCTI. (Bagaimanapun, SCTV pada 1991 justru sempat "tersandung" masalah karena programnya dituduh tidak mencerminkan masyarakat Surabaya dengan menyiarkan acara impor RCTI). Selain kerjasama program dengan RCTI, kerjasama juga dilakukan dengan magang pada calon karyawan SCTV dari Februari 1990. Upaya persiapan lain juga dilakukan dengan mengirim beberapa tenaga ahli ke luar negeri seperti Australia. Pada 14 September 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai Denpasar, Bali.[3] Lalu, pada November 1991 siaran SCTV juga menjangkau Mataram, Nusa Tenggara Barat.[16] Sejak itulah kepanjangan SCTV berubah menjadi Surya Citra Televisi. Ide perubahan nama ini sebenarnya sudah disampaikan Dirut SCTV saat itu, Henry Pribadi sehari sebelum siaran perdana SCTV mengingat jangkauan siarannya yang mencapai Gerbangkertosusila, namun tampaknya hingga 1991 masih belum terwujud.[6]

Televisi nasional

Pada tanggal 30 Januari 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No. 04A/1993 (18 Januari 1993), SCTV mendapatkan izin mengudara secara nasional. Namun, siarannya secara nasional dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1993 pukul 21.00 WIB, tepat saat SCTV berulang tahun yang ke-3. Diberikannya izin SCTV untuk bersiaran nasional, berarti juga mengakhiri kerjasama dengan RCTI yang sudah dijalin sejak 1990. Sejak saat itu, program SCTV (kecuali berita) selalu berbeda dengan RCTI. Namun, pada akhirnya kerjasama kedua pihak dalam programming berita benar-benar berakhir setelah SCTV mulai menghentikan program berita RCTI dan menyiarkan acara beritanya sendiri bernama Liputan 6 sejak 1996. Kerjasama yang pada saat ini tersisa antara RCTI-SCTV (dan kemudian ditambah Indosiar), hanyalah dalam pengelolaan stasiun relai (di beberapa daerah) dimana masing-masing akan menanggung 50% biaya dari operasional stasiun relai tersebut sejak 1993.[17]

Secara bertahap, mulai tahun 1993 sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi media siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta. Khusus pemindahan kantor pusat, pemindahan ini sudah direncanakan akan selesai pada akhir 1997, dengan alasan untuk menghemat biaya, terutama dalam transportasi yang cukup besar. Sebelum perpindahan itu, praktis SCTV merupakan satu-satunya TV swasta yang berkantor pusat di luar Jakarta.[18][19] Namun, baru pada 1998 kegiatan ini bisa dilaksanakan.[20] Saat ini, melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa.

Pada tanggal 1 Juni 1997, SCTV mulai menggunakan slogan "SCTV NgeTop!". Menurut pihak SCTV, makna dari slogan ini adalah merupakan upaya SCTV untuk memberikan yang terbaik kepada pemirsanya sekaligus memacu para karyawan SCTV sendiri untuk melakukan yang terbaik.[19] Selain itu, station ID SCTV ini menonjolkan warna orange yang diharapkan menggugah semangat. Dalam perubahan ini juga, diperkenalkan maskot bernama "Tevi" (singkatan dari televisi) dan adanya repositioning target pasar dari wanita ke keluarga.[18]

Pada tahun 2002, SCTV (dengan induknya yang bernama Surya Citra Media), mulai mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Jakarta.

Pada tanggal 29 Januari 2005, SCTV mengubah logo dan slogannya menjadi "Satu Untuk Semua" (yang baru dikenal sejak 1 Desember 2004). Pada tahun 2006, SCTV memiliki hak siar dalam ajang sepak bola bergengsi di dunia Piala Dunia FIFA 2006.

Studio Liputan 6 di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta

Saat ini kantor pusat SCTV terletak di SCTV Tower, Senayan City, Jalan Asia Afrika Lot 19, Jakarta Selatan. Sebelum 23 November 2007, kantor pusat SCTV berada di Jalan Gatot Subroto Kavling 21 Jakarta yang kini ditempati oleh perusahaan dibawah naungan Indika Group. SCTV juga memiliki studio khusus di Jalan Raya Kebon Jeruk Nomor 66 Jakarta Barat. Kepemilikan SCTV dikuasai oleh grup Elang Mahkota Teknologi melalui Surya Citra Media (SCM). Direktur Utama SCTV saat ini adalah Sutanto Hartono.

Program olahraga

Pada 22 Desember 2011, SCTV berhasil memenangkan bidding hak siar UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup untuk musim 2012/13 hingga musim 2014/15. SCTV mengucapkan terima kasih kepada RCTI dan Indovision atas penayangan hak siar UCL dan UEL selama 10 tahun berturut-turut. dan SCTV kembali menyiarkan UCL dan UEL untuk musim 2016/17 hingga musim 2017/18 setelah mendapatkan lisensi dari beIN Sports dan sebelumnya RCTI hanya menyiarkan UCL dan UEL selama semusim 2015/16. Pada bulan Agustus 2019, SCTV kembali lagimenjadi pemegang hak siar UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup untuk kali ketiga mulai musim 2019-20 setelah Futbal Momentum Asia (FMA), selaku pemilik saham dari Total Sports Blast (TSB) gagal membayar hak siar ketiga kompetisi tersebut untuk dua musim selanjutnya, yaitu 2019-20 dan 2020-21. Sehingga, rivalnya RCTI juga tidak bisa melanjutkan penayangannya.[21] SCTV sendiri menayangkan hak siar UEFA Champions League, mulai dari babak play-off (satu babak sebelum penyisihan grup) hingga babak final, berbeda dengan RCTI yang biasanya memulai tayangannya dengan babak penyisihan grup (tidak termasuk play-off) hingga final.[22][23] Siaran langsung UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup juga ditayangkan oleh Champions TV yang merupakan saluran olahraga di bawah naungan Indonesia Entertainment Group. Pertandingan UEFA Champions League, UEFA Europa League, dan UEFA Super Cup disiarkan sepenuhnya oleh SCTV.

Pada pertengahan 2013, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar Liga Utama Inggris musim 2013–2014 sampai 2015–2016 bersama Indosiar dan TV berbayar Nexmedia. Tidak hanya Liga Utama Inggris, SCTV juga menyiarkan siaran langsung pertandingan Semifinal The FA Cup dan Piala EFL (sebelumnya Football League Cup) selama tiga musim yaitu 2013-14 hingga dan 2015-16 ditambah pertandingan FA Community Shield 2013, 2014, dan 2015 untuk melengkapi paket hak siar kompetisi/turnamen sepak bola Inggris juga dengan kerjasama beIN Sports dan kembali SCTV menjadi pemegang hak siar Carabao Cup atau Piala EFL untuk yang kedua kalinya selama dua tahun mendatang mulai musim 2020-21 hingga 2021-22 berkat kerjasama dengan pemilik lisensi Mola TV segera. Pada Musim 2021 hanya Menayangkan Pertandingan Final.[24]

Pada pertengahan 2016, SCTV resmi menjadi pemegang hak siar La Liga selama tiga musim, yaitu 2016–17 sampai musim 2018–2019 juga dengan kerjasama beIN Sports.

Pada bulan Desember 2019, SCTV telah mendapatkan hak siar turnamen sepak bola Piala Dunia Antarklub FIFA (2019 dan 2020). Pada musim 2019 hanya menayangkan pertandingan final.[25]

Kepemilikan

Sejarah SCTV memang bisa dikatakan terikat kuat dengan trah Soeharto selama awal beroperasinya. Pada awalnya SCTV saat di Surabaya, dikuasai bukan oleh satu pihak, melainkan kerjasama beberapa pihak, seperti Sudwikatmono, Henry Pribadi dan Mohammad Noer (mantan gubernur Jawa Timur). Dalam perkembangannya, kepemilikan Noer kemudian menghilang dari SCTV dan digantikan oleh trah Cendana lain, yaitu Halimah Agustina Kamil, istri Bambang Trihatmodjo sebanyak 25% dan Aziz Mochtar sebesar 20%. Pada 1993, Peter F. Gontha juga mendapatkan 2,5% saham SCTV.[26] Kondisi ini berlangsung hingga 1997-1998, ketika pemilik saham yang sudah ada berupa individu tersebut kemudian mengubah struktur kepemilikan menjadi lebih sederhana. Hasilnya, SCTV pada tahun 1998 dikuasai oleh dua perusahaan yaitu PT Mitrasari Persada (yang dikendalikan oleh Henry dan Sudwikatmono, sejak 14 Agustus 1997) dan PT Datakom Asia (yang dikuasai Bambang Tri dan Peter F. Gontha, sejak 31 Agustus 1998). Henry dengan PT Mitrasari tampak lebih agresif dalam pengelolaan SCTV, misalnya berani menyuntikkan dana sebesar Rp 150 miliar pada 1997 dan menaikkan sahamnya menjadi 73,15% di SCTV pada November 1999.[27][28]

Pada tahun 2000, masuklah keluarga Sariaatmadja, dari grup Elang Mahkota Teknologi dengan bendera PT Abhimata Mediatama (Sariaatmadja pada saat itu menggandeng Singleton Group Australia dan Bambang Tri untuk menyuntik modal di PT Abhimata).[29][30] Sebagian saham PT Mitrasari kemudian beralih tangan kepada PT Abhimata. PT Abhimata dan PT Mitrasari kemudian mendirikan PT Cipta Aneka Selaras (kemudian berganti nama menjadi PT Surya Citra Media/SCM) sebagai induk perusahaan SCTV. Dalam posisi ini di tahun 2001, pihak Cendana masih menguasai sebagian kepemilikan SCTV, dimana Henry dan Sudwikatmono lewat sebagian saham di PT Mitrasari (yang mengendalikan induk SCTV, PT Cipta Aneka Selaras) serta Bambang dan Peter Gontha lewat PT Datakom (sebanyak 27% saham langsung di SCTV). Namun, kemudian kepemilikan mereka berangsur-angsur dilepas dimana PT Datakom melepaskan kepemilikannya di SCTV kepada SCM pada 1 Mei 2002[31] dan Henry-Sudwikatmono melepaskan seluruh sahamnya di SCM (masing-masing Henry lewat PT Citrabumi Sacna sebanyak 25% dan Sudwikatmono lewat PT Indika Multimedia sebesar 14,42%) pada 27 Juli 2005.[32][33] Praktis, sejak saat itu SCTV berada di bawah kendali keluarga Sariaatmadja sampai sekarang.[34][35]

Tampak bahwa pasca krisis ekonomi 1997-1998, terjadi pergesekan antara pemegang saham di SCTV (dan kemudian induknya, SCM) mengenai pengelolaan stasiun TV ini. Penjualan saham PT Datakom Asia, yang dimiliki Gontha sendiri di SCTV banyak yang menduga karena ia bergesekan dengan PT Mitrasari milik Henry dan Sudwikatmono.[36] Lalu, sebelum dilepas, tampak bahwa Henry dan Sudwikatmono sudah berpisah dari sebelumnya di PT Mitrasari (sejak 7 Agustus 2003),[37] dimana Henry kini dengan PT Citrabumi Sacna dan Sudwikatmono dengan sahamnya dialihkan ke perusahaan anaknya, Agus Lasmono yaitu Indika Group. Penjualan saham Henry di induk SCTV, SCM ke keluarga Sariaatmadja ini diduga karena terjadi konflik dalam pengelolaan stasiun TV ini antara mereka berdua sehingga akhirnya Henry memaksa Sariaatmadja untuk membeli sahamnya. Awalnya, sempat dirumorkan bahwa saham yang dibeli keluarga Sariaatmadja itu akan dijual ke Bakrie Group, atau STAR TV pada 2005-2006, namun tampaknya itu hanya rumor.[29]

Ada hal yang cukup menarik dari perubahan kepemilikan ini, yaitu upaya dari Hary Tanoesoedibjo untuk masuk menguasai SCTV. Pada Mei 2000, perusahaan HT PT Bhakti Investama melihat peluang dengan adanya surat hutang induk SCTV, PT Mitrasari di Citibank. Dalam pembentukan SCM (yang pada saat itu bernama PT Cipta Aneka Selaras), selain PT Abhimata dan PT Mitrasari, PT Bhakti juga ikut masuk dengan kepemilikan 33,5%. Bhakti juga sempat berencana untuk menguasai PT Datakom yang pada saat itu terlilit hutang, dengan harapan akhir menguasai SCTV. Bahkan, sebelumnya pada 24 April 2000 Bhakti menyatakan mereka sudah siap membeli saham SCTV sebesar 100%, yang diperkirakan akan di-share swap dengan saham PT Agis Tbk. Namun, pada akhirnya rencana HT gagal karena Henry sebagai pemilik PT Cipta Aneka Selaras tidak mau menyerahkan kepemilikannya dan pengendaliannya pada SCTV. HT kemudian memutuskan melepaskan saham PT Bhakti dalam PT Cipta Aneka Selaras seluruhnya dan membatalkan rencana pembelian saham PT Datakom di SCTV.[38] Saham PT Bhakti dalam PT Cipta Aneka Selaras, kemudian beralih kepada PT Abhimata. Selain upaya pembelian oleh Bhakti, sempat juga ada isu yang menyatakan bahwa SCTV akan dibeli sahamnya oleh Arab Radio & Television (ART) dari Mesir.[39]

Seperti telah disebutkan, sejak 2005 saham induk SCTV, PT Surya Citra Media berada di bawah Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) via PT Abhimata Mediatama. Pada 2008, dilakukan restrukturisasi sehingga SCM kini di bawah langsung kendali EMTEK. Tindakan ini dilakukan dengan menjual saham PT Abhimata Mediatama di SCM kepada EMTEK.[40] Kepemilikan EMTEK atas SCTV tetap bertahan sampai sekarang, walaupun pada September 2010 sempat tersiar rumor bahwa SCM maupun SCTV akan dijual pada STAR TV milik Rupert Murdoch, namun kemudian dibantah.[41][42]

Acara

Penyiar

Berkas:Sctv91.png
Logo pertama SCTV saat masih menjadi televisi lokal di Surabaya (24 Agustus 1990-23 Agustus 1993)[43]
Logo kedua SCTV setelah pindah ke Jakarta (24 Agustus 1993-31 Juli 2003) serta station ID (1994-2005)
Berkas:Logo sctv 2.png
Logo ketiga SCTV (1 Agustus 2003-29 Januari 2005)

Logo SCTV awalnya terdiri dari setengah sabit warna biru dan setengah lingkaran warna merah di atas serta persegi panjang berwarna abu-abu di bawah. Di tengah-tengah kedua bentuk tersebut, ada tulisan SCTV dengan jenis huruf Swiss 721 BT. Logo ini digunakan dari 24 Agustus 1990 hingga 29 Januari 2005 (dengan beberapa perubahan minor). Pertama kali dimunculkan pada siaran pertama SCTV, logo tersebut merupakan hasil sayembara ke publik. Dari 100 kandidat, kemudian terpilih 1 logo yang dirasa mampu merepresentasikan SCTV.[6]

Pada tanggal 29 Januari 2005, SCTV mengubah logo barunya menjadi tulisan SCTV warna biru dan lingkaran besar gradien warna jingga dan kuning yang melambangkan simbol surya atau sinar matahari di pojok kiri atas pada tulisan. Slogannya menjadi "Satu Untuk Semua".

Direksi dan Komisaris

Daftar direktur utama

No. Nama Awal jabatan Akhir jabatan
1 Henry Pribadi[6] 1987 1990
2 Slamet Supoyo 1990 1997
3 Agus Mulyanto 1997 2002
4 Lanny Rahardja 2002 2003
5 Wisnu Hadi 2003 2006
6 Fofo Sariaatmadja 2006 2011
7 Sutanto Hartono 2011 2013
8 Grace Wiranata 2013 2015
9 Sutanto Hartono 2015 sekarang

Direksi saat ini

Struktur dewan direksi SCTV saat ini adalah sebagai berikut:

No. Nama Jabatan
1 Sutanto Hartono Direktur Utama
2 Raden Alvin Sariaatmadja Direktur
3 Rusmiyati Djajaseputra Direktur

Komisaris saat ini

Struktur dewan komisaris SCTV saat ini adalah sebagai berikut:

No. Nama Jabatan
1 R. Suyono Komisaris Utama
2 Eddy Kusnadi Sariaatmadja Komisaris
3 Fofo Sariaatmadja Komisaris
4 Siti Hediati Hariyadi Komisaris
5 Budi Harianto Komisaris
6 Suryani Zaini Komisaris

Transmisi

SCTV memiliki 42 stasiun transmisi yang mampu menjangkau lebih dari 133 juta penonton televisi di Indonesia.

Berikut ini adalah transmisi SCTV dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo[44] dan laporan keuangan SCM.[45][46]

Keterangan: yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relay dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.

Nama Jaringan Daerah Frekuensi Analog (PAL) Frekuensi Digital (DVB-T2)
PT Surya Citra Televisi DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi 45 UHF 24 UHF
PT Surya Citra Pesona Gorontalo 38 UHF
Tanjung Selor
PT Surya Citra Sentosa Banda Aceh 46 UHF 43 UHF
PT Surya Citra Media Kreasi Denpasar 31 UHF
Mataram 32 UHF
PT Surya Citra Kirana Bengkulu 26 UHF
Bandar Lampung, Metro 34 UHF
PT Surya Citra Nugraha Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, Wates 34 UHF 25 UHF
PT Surya Citra Ceria Jambi 35 UHF
Palembang 32 UHF
PT Surya Citra Mediatama Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur 52 UHF 39 UHF
Cilegon, Serang 55 UHF 24 UHF
Cirebon, Indramayu 36 UHF 37 UHF
Garut, Tasikmalaya, Ciamis 30 UHF 27 UHF
PT Surya Citra Wisesa Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus 35 UHF 32 UHF
Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan 55 UHF 33 UHF
Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap 45 UHF 31 UHF
PT Surya Citra Media Gemilang Pontianak 35 UHF
Palangkaraya 35 UHF
PT Surya Citra Multikreasi Banjarmasin, Martapura, Marabahan 34 UHF 33 UHF
Amuntai
Samarinda 47 UHF 36 UHF
Balikpapan 32 UHF 36 UHF
Berau
Bontang 26 UHF
PT Surya Citra Cendrawasih Ambon 46 UHF
Jayapura 30 UHF
PT Surya Citra Pesona Media Pekanbaru 26 UHF
Batam 47 UHF 42 UHF
PT Surya Citra Dimensi Media Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene 35 UHF
Kendari 24 UHF
PT Surya Citra Kreasitama Palu 31 UHF
Manado 34 UHF
PT Surya Citra Visi Media Padang, Pariaman 47 UHF
Bukittinggi, Padang Panjang 62 UHF
Medan 35 UHF 34 UHF
PT Elang Citra Perkasa Surabaya, Gresik, Mojokerto, Lamongan, Pasuruan, Bangkalan 34 UHF 29 UHF
Jember 62 UHF 27 UHF
Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung 53 UHF
Malang 46 UHF 29 UHF
Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo 48 UHF 24 UHF
Banyuwangi off air

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Indosiar" dan "SCTV" Resmi Merger – Diakses tanggal 5 April 2013
  2. ^ Prospektus EMTEK 2009
  3. ^ a b SURABAYA KITA: BUKAN AKAN BERSAING, SCTV MITRA TVRI
  4. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 14,Masalah 21-24
  5. ^ Giliran Surabaya Punya Swasta
  6. ^ a b c d e SURABAYA KITA: PELETAKAN BATU PERTAMA SCTV 1 FEBRUARI 1990 SORE
  7. ^ Sctv, rame rek!
  8. ^ Ishadi S.K. 2014. Media dan Kekuasaan - Televisi di Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
  9. ^ a b SCTV MUNCUL, SUDAH BANYAK YANG MINTA LAGU
  10. ^ Nama Perusahaan SCTV saat mengudara perdana di Surabaya
  11. ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia
  12. ^ Iklan Baygon (1991) @ SCTV Surabaya di YouTube
  13. ^ Iklan Citra Body Lotion – Designer (1991–1992) @ SCTV Surabaya di YouTube
  14. ^ Imagi-Nations and Borderless Television: Media, Culture and Politics Across Asia
  15. ^ Pola Penggunaan Waktu Dalam Kehidupan Pelajar di Jawa Timur
  16. ^ Mataram - sctv mulai menarik perhatian pemirsa di mataram
  17. ^ PROSPEKTUS MNC 2007
  18. ^ a b KEGIATAN OPERASIONAL AKAN DIPINDAHKAN KE JAKARTA, SURYA CITRA TELEVISI (SCTV) TERANCAM
  19. ^ a b SCTV UBAH CITRA, AKHIR TAHUN 1997 OPERASIONAL DARI JAKARTA
  20. ^ Wacana gender & layar televisi: studi perempuan dalam pemberitaan televisi swasta
  21. ^ "Uefa close to replacing collapsed Champions League deal in Indonesia". SportBusiness Media (dalam bahasa Inggris). 2019-08-06. Diakses tanggal 2019-08-19. 
  22. ^ "SCTV Pemegang Hak Siar Liga Champions dan Liga Eropa Mulai Musim 2019/2020". iSatelit.com. Diakses tanggal 14 Agustus 2019. 
  23. ^ "SCTV Tayangkan Piala Super Cup Mulai Musim 2019". www.bola.net. Diakses tanggal 14 Agustus 2019. 
  24. ^ SCTV, Indosiar, dan Nexmedia Tayangkan Premier League di Indonesia
  25. ^ "Saksikan Final Piala Dunia Antarklub 2019 Hanya di SCTV dan Vidio.com". Liputan6.com. 2019-12-21. Diakses tanggal 2020-01-01. 
  26. ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia
  27. ^ Ayo sctv, jangan bubar
  28. ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
  29. ^ a b sctv, satu untuk dijual
  30. ^ Televisi Batavia
  31. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 14,Masalah 21-24
  32. ^ Henry Pribadi Jual Semua Saham di SCTV ke Abhimata Mediatama
  33. ^ Eddy Sariaatmadja, Obama dan Harta Rp 18,2 T
  34. ^ Televisi Jakarta di atas Indonesia: Kisah Kegagalan Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia hlm. 148-149
  35. ^ Politics and the Media in Twenty-First Century Indonesia: Decade of Democracy
  36. ^ Tempo: Indonesia's Weekly News Magazine, Volume 3,Masalah 1-8
  37. ^ "Lapkeu Q1 SCM 2004" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2004-10-20. Diakses tanggal 2004-10-20. 
  38. ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran Hlm 28-29
  39. ^ JP/TV industry seeks foreign boost
  40. ^ Emtek Kuasai Langsung SCTV
  41. ^ Rupert Murdoch Dikabarkan Incar SCTV, Harga 3 Saham TV Melejit Tajam
  42. ^ SCTV Bantah Akan Dibeli Star TV
  43. ^ Logo SCTV saat masih di Surabaya
  44. ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
  45. ^ Laporan Keuangan Tahunan SCM 2014
  46. ^ Laporan Keuangan Tahunan SCM 2019

Pranala luar