1 Korintus 10

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
1 Korintus 10
Surat 1 Korintus 7:33-8:4 yang tertulis pada naskah Papirus 15, dibuat sekitar abad ke-3 M.
KitabSurat 1 Korintus
KategoriSurat-surat Paulus
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
7
pasal 9

1 Korintus 10 (atau "I Korintus 10", disingkat "1Kor 10") adalah bagian surat rasul Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Dikarang oleh rasul Paulus dan Sostenes[3] di Efesus.[4]

Teks[sunting | sunting sumber]

Struktur[sunting | sunting sumber]

Pembagian isi pasal:

Ayat 1[sunting | sunting sumber]

Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. (TB)[5]

Mengacu pada sejumlah peristiwa yang dicatat dalam Kitab Keluaran dan dicatat ulang dalam Kitab Mazmur yaitu:

Ayat 2[sunting | sunting sumber]

Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. (TB)[6]

Ini mengacu kepada umat Israel dalam Perjanjian Lama yang tunduk pada hukum Musa atau hukum Taurat.

Ayat 3[sunting | sunting sumber]

Mereka semua makan makanan rohani yang sama (TB)[7]

Mengacu pada peristiwa turunnya roti manna di padang gurun selama 40 tahun pada waktu bangsa Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, sebagaimana dicatat dalam Keluaran 16 dan disinggung oleh Yesus Kristus dalam perkataan-Nya yang dicatat dalam Yohanes 6.

Ayat 4[sunting | sunting sumber]

dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. (TB)[8]

Mengacu pada peristiwa yang dicatat dalam Kitab Keluaran, Kitab Bilangan dan dicatat ulang dalam Kitab Mazmur yaitu air yang keluar dari gunung batu melalui tindakan Musa (Keluaran 17, Bilangan 20, Mazmur 78, Mazmur 105).

Ayat 5[sunting | sunting sumber]

Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun. (TB)[9]

Orang Israel telah mengalami kasih karunia Allah dalam peristiwa keluaran. Mereka telah dibebaskan dari perbudakan (1 Korintus 10:1), dibaptis ( 1 Korintus 10:2) dan dipelihara oleh Allah di padang gurun, mengalami persekutuan yang erat dengan Kristus (1 Korintus 10:3-4). Kendatipun berkat-berkat rohani ini, mereka gagal untuk menyenangkan Allah, sehingga mereka dibinasakan oleh-Nya di padang gurun. Mereka kehilangan hak sebagai umat pilihan, dan tidak dapat memasuki tanah perjanjian (bandingkan Bilangan 14:30).

Maksud Paulus inilah: sama seperti Allah tidak membiarkan penyembahan berhala, dosa, dan kebejatan Israel, demikianlah Ia tidak akan membiarkan dosa orang percaya yang hidup di bawah perjanjian yang baru.[10]

Ayat 13[sunting | sunting sumber]

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (TB)[11]

Orang yang mengaku dirinya sebagai orang percaya tidak boleh memaafkan dosa dengan alasan bahwa mereka hanyalah manusia biasa yang pasti tidak sempurna, atau bahwa dalam hidup ini semua orang percaya yang telah lahir baru terus menerus melakukan dosa dalam perkataan, pikiran, dan perbuatan (Roma 6:1). Pada saat yang sama, Paulus meyakinkan jemaat Korintus bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya tidak perlu jatuh dari kasih karunia Allah.
1. Dengan tegas Roh Kudus menyatakan bahwa Allah menyediakan bagi anak-anak-Nya kasih karunia yang memadai untuk mengatasi setiap pencobaan dan dengan demikian melawan dosa (Wahyu 2:7,17,26). Kesetiaan Allah terungkap dalam dua cara:

(a) Dia tidak akan mengizinkan kita dicobai melampaui kekuatan kita, dan
(b) bersama dengan setiap pencobaan Dia akan menyediakan suatu jalan bagi kita agar dapat bertahan dalam pencobaan dan mengalahkan dosa (2 Tesalonika 3:3).

2. Kasih karunia Allah (Efesus 2:8–10; Titus 2:11–14), darah Yesus Kristus (Efesus 2:13; 1 Petrus 2:24), Firman Allah (Efesus 6:17; 2 Timotius 3:16–17); kuasa Roh yang di dalam kita (Titus 3:5–6; 1 Petrus 1:5) dan doa syafaat Kristus di sorga memberikan kuasa yang cukup untuk peperangan orang percaya melawan dosa dan kuasa roh yang jahat (Efesus 6:10–18; Ibrani 7:25).
3. Jikalau orang Kristen menyerah kepada dosa, itu bukan karena persediaan kasih karunia Yesus Kristus tidak memadai, tetapi karena orang percaya gagal melawan keinginan berdosa mereka dengan kuasa Roh (Roma 8:13–14; Galatia 5:16,24; Yakobus 1:13–15). "Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh" (2 Petrus 1:3), dan melalui keselamatan yang disediakan oleh Kristus kita dapat "hidup layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan ... memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik ... dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar" (Kolose 1:10–11; Matius 4:1) tentang cara mengatasi pencobaan). Orang percaya dapat menanggung segala pencobaan dan menemukan jalan keluar jika ia benar-benar menginginkannya dan bergantung kepada kuasa dan kesetiaan Allah.[10]

Ayat 24[sunting | sunting sumber]

Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain. (TB)[12]

Ayat 31[sunting | sunting sumber]

Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. (TB)[13]

Jadi, apa yang tidak dapat dilakukan untuk kemuliaan Allah (yaitu, untuk menghormati dan mengucap syukur kepada-Nya sebagai Tuhan, Pencipta, dan Penebus orang percaya) hendaknya jangan dilakukan sama sekali. Orang percaya menghormati Dia dengan ketaatan, ucapan syukur, ketergantungan, doa, iman dan kesetiaan. Ketetapan ini ("lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah") harus menjadi petunjuk utama kehidupan orang percaya, tuntunan bagi perilaku dan ujian bagi tindakan orang percaya.[10]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
  3. ^ 1 Korintus 1:1
  4. ^ 1 Korintus 16:8
  5. ^ 1 Korintus 10:1 - Sabda.org
  6. ^ 1 Korintus 10:2 - Sabda.org
  7. ^ 1 Korintus 10:3 - Sabda.org
  8. ^ 1 Korintus 10:4 - Sabda.org
  9. ^ 1 Korintus 10:5 - Sabda.org
  10. ^ a b c The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  11. ^ 1 Korintus 10:13 - Sabda.org
  12. ^ 1 Korintus 10:24 - Sabda.org
  13. ^ 1 Korintus 10:31 - Sabda.org

Pranala luar[sunting | sunting sumber]