Aji Muhammad Idris

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Aji Muhammad Idris

Sultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang memerintah mulai tahun 1735 hingga tahun 1778. Sultan Aji Muhammad Idris adalah sultan pertama yang menggunakan nama Islam semenjak masuknya agama Islam di Kesultanan Kutai Kartanegara pada abad ke-17.

Keturunan anak dari adji Muhammad idris[sunting | sunting sumber]

Sultan Adji Muhammad Idris menikah dua kali dan mempunyai 5 orang putra putri :

KDYMM Ratu Permaisuri

KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Permaisuri Andi Rianjeng atau Andin Duyah gelar I Doya Aji Putri Agung Putri dari Andi Petta To Sibengareng Bin Andi La Maddukelleng Dan Adji Putri Anjang atau Aji Putri Doyah Binti Sultan Sepuh Alamsyah I Bin Sultan Aji Muhammad Alamsyah dari Paser melahirkan :

  1. Aji Putri Intan alias Aji Kengsan gelar Adji Putri Intan gelar Petta Laburanti digilirang Paniki Wajo.
  2. Aji Imbut gelar Sultan Aji Muhammad Muslihudin alias Meruhum Aji Kembang Mawar menjadi Sultan ke 15 di Kesultanan Kutai Kartanegara memindahkan pusat pemerintahan dari Pamerangan Jembayan ke Tepian Pandan Tenggarong.
  3. Aji Pangeran Berajanata

KDYMM Ratu Mahadewi

KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Mahadewi Dayang Sungka Binti Tan Panjang Bin Adipati Maharaja Marga Nata Kusuma adalah Adipati Kerajaan Kutai Mulawarman di wilayah Muara Gelumbang Ma-Bengkal, melahirkan:

1. Aji Pangeran Megan gelar Aji Pangeran Maharaja Nata Kusuma menjadi Adipati di Muara Gelumbang dan Muara Bengkal.

2. Aji Pangeran Amjah Mas Aria Gelar Aji Pangeran Sri Bangun I Menjadi Adipati Kota Bangun inilah disebut dengan Raja Seri Bangun.

Dari Isteri Lainnya:

  1. Aji Endot

Cucu[sunting | sunting sumber]

  1. Aji Putri Intan Gelar Petta Laburanti Digilirang Paniki Wajo : Belum diketahui Keturunannya
  2. Sultan Aji Muhammad Muslihuddin berputra-putri dari 2 isteri :
    1. KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Permaisuri Aji Ratu Tatin berputra :
      1. Aji Kuncar gelar Sultan Aji Muhammad Salehuddin I
      2. Aji Pangeran Praboe Kusuma Ningrat
    2. KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Mahadewi Ratu Pua Areng Putri Raja Bugis berputra-putri :
      1. Aji Kondang
      2. Aji Kupang
      3. Aji Unuk
      4. Aji Seman
  3. Aji Pangeran Beranata, nama isteri belum diketahui dan berputri :
    1. KDYMM Seri Paduka Baginda Ratu Leko Aji Ratu Zuziah. Isteri Ketiga dari Sultan Aji Muhammad Salehuddin I .
  4. Aji Pangeran Megan Gelar Aji Pangeran Marga Nata Kesuma menjadi Adipati Di Muara Gelumbang dan Muara Bengkal : Belum diketahui keturunannya
  5. Aji Pangeran Amjas Mas Aria gelar Aji Pangeran Seri Bangun I menjadi Adipati Kota Bangun inilah disebut sebagai Raja Seri Bangun berputra dari 1 orang isteri :
    1. Nama Isteri belum diketahui asalnya dari Orang Keluaran berputra :
      1. Aji Pangeran Raga gelar Aji Pangeran Seri Bangun II menjadi Adipati Kota Bangun beristeri Sim Luan Nio dan berputri : YM Selir Sang Nata Aji Soja Ibunda Aji Pangeran Mangkunegara (Selir Sultan Sultan Aji Muhammad Sulaiman)
  6. Aji Endot memiliki keturunan: Aji Siti Berawan, merupakan salah satu pahlawan perempuan terkenal di Kesultanan Kutai karena Aji Siti Berawan sangat terkenal jiwa kepahlawananya, dia memimpin Benuaq Sungai Ohong memerangi Suku Hiban di perbatasan Kerajaan di Banjarmasin dan Sungai Buhang (Kalsel), setelah wafatnya dikebumikan di Kampung Lakum di Perigi (Tanjung Isui).

Pertempuran[sunting | sunting sumber]

Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan menantu dari Sultan Wajo La Madukelleng berangkat ke tanah Wajo, Sulawesi Selatan untuk turut bertempur melawan VOC bersama rakyat Bugis. Dengan gagah berani Sultan Aji Muhammad Idris menggepur VOC dan akhirnya beliau gugur sebagai syuhada di medan perang, Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara untuk sementara dipegang oleh Dewan Perwalian.

Wafat[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1739, Sultan Aji Muhammad Idris gugur di medan perang. Sepeninggal Sultan Aji Muhammad Idris, terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo. Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin.

Sultan Aji Muhammad Idris dimakamkan bersama mertua sekaligus rekan seperjuangan beliau, yakni La Madukelleng di Wajo. Sultan Aji Muhammad Idris salah satu Pahlawan yang dikenang oleh masyarakat Wajo atas perjuangan beliau dan kawula Kutai mengusir penjajah dari tanah Wajo. Masyarakat setempat pun menggelari Sultan Aji Muhammad Idris sebagai La Darise Denna Parewosi Petta Arung Kutek Petta Matinroe ri Kawane, yang berarti “Idris, kakak Parewosi, tuan kita, Sultan Kutai yang beradu tidur di Kawane.”

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Penganugerahaan Gelar Pahlawan Nasional Oleh Pemerintah Republik Indonesia Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109/TK/TH 2021 tanggal 25 Oktober 2021.

Didahului oleh:
Aji Pangeran Anum Panji Mendapa ing Martapura
Sultan Kutai Kartanegara
1735—1778
Diteruskan oleh:
Sultan Aji Muhammad Aliyeddin

Pranala luar[sunting | sunting sumber]