Akhir Perang Dunia II di Asia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Akhir Perang Dunia II di Asia terjadi pada tanggal 14 dan 15 Agustus 1945, ketika angkatan perang Kekaisaran Jepang menyerah kepada Sekutu. Penyerahan itu terjadi 3 bulan setelah penyerahan Blok Poros di Eropa.

Pendahuluan[sunting | sunting sumber]

  • 28 November 1943 – Konferensi Teheran – Uni Soviet menyetujui untuk menyerang Jepang setelah runtuhnya Jerman – memulai penimbunan sumber daya di Timur Jauh.
  • 4 Februari 1945 – Konferensi Yalta – Uni Soviet menyetujui untuk menyerang Jepang dalam waktu 3 bulan dari penyerahan Jerman.
  • 5 April 1945 – Uni Soviet mengecam Pakta Netralitas Soviet–Jepang yang telah ditanda tangani pada 13 April 1941.
  • 29 April 1945 - Pasukan Republik Fasis Italia, dibawah komando Rodolfo Graziani, menyerah dalam "Rendition of Cazerta".
  • 8 Mei 1945 – Jerman menyerah.
  • 16 Juli 1945 – Konferensi Potsdam.
  • 26 Juli 1945 – Deklarasi Potsdam menuntut penyerahan tanpa syarat kepada Jepang.

Tahap Akhir[sunting | sunting sumber]

  • 3 Agustus 1945 – Jenderal Soviet Vasilevskii melapor kepada Stalin bahwa pasukan Soviet siap untuk penyerangan mulai dari 7 Agustus.
  • 6 Agustus 1945 – Sebuah Bom Atom, Little Boy, dijatuhkan Hiroshima dari sebuah pesawat B-29 Superfortress bernama Enola Gay, yang diterbangkan oleh Kol. Paul Tibbets. Peristiwa ini merupakan penggunaan senjata atom untuk pertama kali dalam pertempuran.
  • 8 Agustus 1945 – Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang.
  • 9 Agustus 1945 – Kedua, bom atom dengan ledakan plutonium dengan kekuatan yang lebih dahsyat, Fat Man, dijatuhkan di Nagasaki dari sebuah pesawat B-29 bernama Bockscar, yang diterbangkan oleh Mayor. Charles Sweeney
  • 9 Agustus 1945 – Tentara Soviet meluncurkan Invasi Soviet ke Manchuria.
  • 10 Agustus 1945 – 38 derajat lintang utara ditetapkan sebagai penggambaran antara zona pendudukan Soviet and Amerikat Serikat di Korea.
  • 14 Agustus 1945 – Keputusan Hirohito untuk menyerah diumumkan melalui radio.
  • 14 Agustus 1945 – Jenderal Douglas MacArthur ditunjuk untuk mengepalai pasukan pendudukan di Jepang.
  • 16 Agustus 1945 – Jenderal Jonathan Wainwright, seorang tahanan perang sejak 6 Mei 1942 setelah penyerahan Pasukan Amerika Serikat di Filipina dibawah komandonya, dilepaskan dari penjara tahanan perang di Manchuria.
  • 17 Agustus 1945 – Markas Besar Kekaisaran Jepang menerbitkan secara resmi gencatan senjata di Manchuria.
  • 17 Agustus 1945 – Jenderal MacArthur menerbitkan Perintah Jenderal Nomor 1.
  • 18 Agustus 1945 – Tentara Soviet menyerang Karafuto di selatan Sakhalin.
  • 18 Agustus 1945 – Amfibi Soviet mendarat di utara Korea.
  • 18 Agustus 1945 – Pilot Jepang menyerang 2 pesawat Consolidated B-32 Dominator dari Skuadron Pengebom 386,Grup Pengebom 312, dalam misi pengintaian foto terhadap Jepang. Sersan Anthony Marchione berusia 19 tahun, fotografer di pesawat B-32 Hobo Queen II, terluka parah dalam serangan. Marchione menjadi orang Amerika terakhir yang tewas dalam pertempuran udara di Perang Dunia kedua.
  • 18 Agustus 1945 – Invasi Soviet di Kepulauan Kuril dimulai dengan pendaratan amfibi di Shumshu.[1]
  • 19 Agustus 1945 – Markas tentara Kwantung mengirimkan perintah kapitulasi kepada tentara Jepang di Manchuria.
  • 23 Agustus 1945 – Tentara Jepang terakhir di Shumshu menyerah kepada pasukan Soviet.[2]
  • 25 Agustus 1945 – Jepang menyerah di Karafuto (selatan pulau Sakhalin).
  • 27 Agustus 1945 – Pesawat B-29s menjatuhkan persediaan untuk tahanan perang Sekutu di Tiongkok.
  • 29 Agustus 1945 – Pasukan Soviet menembak jatuh sebuah pesawat B-29 Superfortress yang sedang menjatuhkan persediaan untuk tahanan perang di Korea.
  • 29 Agustus 1945 – Tentara Amerika Serikat mendarat di dekat Tokyo untuk memulai pendudukan Jepang.
  • 30 Agustus 1945 – Britania Raya kembali menduduki Hong Kong.
  • 2 September 1945 – Upacara Resmi Penyerapan Jepang diatas USS Missouri di Teluk Tokyo; Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman mendeklarasikan Hari Kemenangan atas Jepang.

Akibat[sunting | sunting sumber]

  • 3 September 1945 – Komandan Jepang di Filipina, Jenderal Yamashita, menyerah kepada Jenderal Jonathan Mayhew Wainwright IV di Baguio.
  • 4 September 1945 – Tentara Jepang di Pulau Wake menyerah.
  • 5 September 1945 – Inggris mendarat Singapura.
  • 5 September 1945 – Soviet menyelesaikan pendudukannya di Kepulauan Kuril.[3]
  • 8 September 1945 – MacArthur memasuki Tokyo.
  • 8 September 1945 – Pasukan Amerika Serikat mendarat di Incheon untuk menduduki Korea sebelah selatan dari "the 38th Parallel" (38 derajat lintang utara)
  • 9 September 1945 – Jepang di Korea menyerah.
  • 13 September 1945 – Jepang di Burma menyerah.
  • 25 Oktober 1945 – Jepang di Taiwan menyerah kepada Generalissimo Chiang Kai-shek sebagai bagian dari Perintah Jenderal Nomor 1, yang kemudian menyebabkan status politik Taiwan menjadi ambigu dan belum terselesaikan.

Thailand (Siam)[sunting | sunting sumber]

Setelah kekalahan Jepang pada tahun 1945, dengan bantuan Seri Thai, Thailand diperlakukan sebagai negara yang kalah oleh Inggris dan Prancis, walaupun dukungan Amerika diperlemah ketentuan Sekutu. Thailand tidak diduduki oleh Sekutu, melainkan dipaksa untuk mengembalikan wilayah yang telah kembali kepada Inggris dan Prancis. Pada periode setelah perang, Thailand memiliki hubungan dengan Amerika Serikat, yang dilihatnya sebagai pelindung dari revolusi komunis di negara-negara tetangga.

Pendudukan Jepang[sunting | sunting sumber]

Pada akhir Perang Dunia II, Jepang diduduki oleh Sekutu, dipimpin oleh Amerika Serikat dengan kontribusi dari Australia, India, Selandia Baru dan Britania Raya. Kehadiran asing ini menandai pertama kalinya dalam sejarah bahwa negara kepulauan telah diduduki oleh kekuatan asing.[4] Perjanjian San Francisco, ditanda tangani pada tanggal 8 September 1951, ditandai dengan berakhirnya pendudukan Sekutu, dan setelah itu mulai berlaku pada tanggal 28 April 1952, Jepang sekali lagi menjadi negara merdeka.

Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh[sunting | sunting sumber]

Selama pendudukan penjahat perang Jepang terkemuka diadili di Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh (Pengadilan Kejahatan Perang Tokyo). Pengadilan diselenggarakan pada 29 April 1946, untuk mengadili pemimpin Kekaisaran Jepang untuk 3 jenis kejahatan: "Kelas A" kejahatan yang diperuntukan untuk mereka yang berpartisipasi dalam konspirasi bersama untuk memulai dan berperang, and dibawa terhadap mereka di badan pengambilan keputusan tertinggi; "Kelas B" kejahatan yang diperuntukan untuk mereka yang melakukan kekejaman "konvensional" atau kejahatan terhadap kemanusiaan; "Kelas C" kejahatan yang diperuntukan untuk mereka di "perencanaan, memerintahkan, otorisasi, atau kegagalan untuk mencegah pelanggaran tersebut pada tingkat yang lebih tinggi dalam struktur komando."

Dua puluh delapan pemimpin militer dan politik Jepangwere didakwa dengan kejahatan Kelas A, dan lebih dari 5,700 warga Jepang didakwa dengan kejahatan Kelas B dan C, sebagian besar terlibat dalam penyiksaan tawanan. Tiongkok mengadakan 13 pengadilan sendiri, mengakibatkan 504 keyakinan dan 149 eksekusi.

Kaisar Hirohito dan semua anggota keluarga kekaisaran seperti Pangeran Yasuhiko Asaka, tidak dituntut untuk keterlibatan dalam tiga kategori kejahatan. Herbert P. Bix menjelaskan bahwa "Pemerintahan Harry S.Truman dan Jenderal MacArthur keduanya mempercayai reformasi pendudukan akan dilaksanakan dengan lancar jika mereka mengandalkan Hirohito untuk melegitimasi perubahan mereka."[5] Sebanyak 50 tersangka, seperti Nobusuke Kishi, yang kemudian menjadi Perdana Menteri, dan Yoshisuke Aikawa, kepala zaibatsu Nissan, serta pemimpin masa depan Chuseiren,[butuh klarifikasi] didakwa namun dibebaskan tanpa pernah dibawa ke pengadilan pada 1947 dan 1948. Shiro Ishii menerima kekebalan dalam pertukaran data yang dikumpulkan dari eksperimennya on pada tahanan hidup. Hakim yang berbeda pendapat untuk membebaskan semua terdakwa adalah ahli hukum India Radhabinod Pal.

Pengadilan ditunda pada 12 November 1948.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Russell, Richard A., Project Hula: Secret Soviet-American Cooperation in the War Against Japan, Washington, D.C.: Naval Historical Center, 1997, ISBN 0-945274-35-1, pp. 30-31.
  2. ^ Russell, Richard A., Project Hula: Secret Soviet-American Cooperation in the War Against Japan, Washington, D.C.: Naval Historical Center, 1997, ISBN 0-945274-35-1, p. 31.
  3. ^ Russell, Richard A., Project Hula: Secret Soviet-American Cooperation in the War Against Japan, Washington, D.C.: Naval Historical Center, 1997, ISBN 0-945274-35-1, pp. 33, 34.
  4. ^ The Metropolitan Museum of Art. "Heilbrunn Timeline of Art History: Japan, 1900 a.d.–present". Diakses tanggal 2009-02-01. 
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-22. Diakses tanggal 2015-11-14.