Amirul Mukminin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Amirul Mu'minin
Arab: أَمِير ٱلْمُؤْمِنِين
PelafalanAmir al-Mu'minin,
Emir al-Muminin
Jenis kelaminPria
BahasaBahasa Arab
Asal usul
ArtiPemimpin orang-orang beriman
Daerah asalArabia
Kekhalifahan Islam

Amirul Mu'minin (Arab: أمير المؤمنين, 'amīrul mu'minīn) adalah sebuah gelar dalam tradisi awal Islam yang berarti "Pemimpin Orang-Orang Beriman". Secara umum kaum Sunni berpendapat bahwa semua khalifah di segala zaman dapat menyandang gelar Amirul Mu'minin; sementara kalangan Syiah Muslim berpandangan gelar itu eksklusif milik Ali bin Abi Thalib.[1][2]

Penyandang gelar tersebut memang tidak selamanya berperan sebagai khalifah, ataupun sebaliknya. Seperti ditunjukkan di masa kekaisaran Turki Utsmani yang mana gelar tersebut tidak pernah digunakan oleh para sultan Ottoman, malah dilekatkan kepada orang lain yang bukan menduduki jabatan khalifah.[3]

Penggunaan Istilah[sunting | sunting sumber]

Amirul Mukminin diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai Miramolinus, lalu diserap ke dalam bahasa Italia menjadi Miramolino, Perancis Miramolin, Spanyol Miramolín, dan Portugis Miramolim. Adapun dalam bahasa Yunani Bizantium diterjemahkan sebagai Amermoumnês (ἀμερμουμνῆς).

Istilah "amir", meski lebih lazim diterjemahkan sebagai "pemimpin", kadang diterjemahkan sebagai "pangeran"; sehingga istilah Amirul Mukminin dapat diterjemahkan sebagai "Pangeran Orang-Orang Beriman".

Penggunaan di Masa Modern[sunting | sunting sumber]

Istilah Amirul Mukminin masih digunakan hingga sekarang di beberapa bagian dunia muslim. Berikut di antaranya:

  • Raja Maroko, berdasarkan konstitusi negaranya, mendapat gelar Amirul Mukminin.
  • Kekhalifahan Sokoto yang sekarang berada di Nigeria, sejak abad ke-19 menganggap para pemimpinnya sebagai "Sarkin Musulmi" (terjemahan Amirul Mukminin dalam bahasa Hausa).
  • Para pemimpin Ahmadiyah disebut sebagai Amirul Mukminin.

pandangan syiah[sunting | sunting sumber]

Muslim Syiah menerapkan gelar tersebut secara eksklusif kepada Imam Ali[1], menantu laki-laki Muhammad, yang dianggap sebagai Imam pertama oleh Syiah dan secara resmi ditunjuk sebagai penerus Muhammad. Syiah berpendapat bahwa dia adalah satu-satunya yang diberi gelar selama masa hidup Muhammad.[2]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Gibb 1960, hlm. 445.
  2. ^ a b Majlesi, Bahar al-Anwar, Vol. 37, P. 339, hadith 81
  3. ^ Pennell, Richard (11 March 2016). "What is the significance of the title 'Amīr al-mu'minīn?'". The Journal of North African Studies. 21 (4): 623–644. doi:10.1080/13629387.2016.1157482. 

Rujukan[sunting | sunting sumber]