Ancaman nuklir selama invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Selama peristiwa invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022, telah banyak dibahas oleh para komentator di media, tentang kemungkinan Rusia menggunakan senjata nuklir taktis dan risiko eskalasi nuklir yang lebih luas. Beberapa politisi senior Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, membuat sejumlah pernyataan yang dianggap sebagai ancaman atas penggunaan senjata nuklir.[1]

Selain itu, pendudukan Rusia atas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhia, telah menyebabkan krisis terhadap keamanan pembangkit dan risiko terjadinya bencana nuklir.

Pernyataan Rusia[sunting | sunting sumber]

Presiden Vladimir Putin mengumumkan invasi Rusia pada 24 Februari 2022.

Empat hari setelah dimulainya invasi Rusia, pada 28 Februari, Presiden Putin memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk melakukan "mode tugas tempur khusus", dalam keadaan siaga tinggi.[2][3]

Pada 20 April 2022, Rusia melakukan uji perdana atas peluncuran baru rudal balistik antarbenua (Intercontinental Ballistic Missile-ICBM) jarak jauh RS-28 Sarmat. Putin menyatakan bahwa rudal baru tersebut dapat mengalahkan pertahanan rudal apa pun dan hal ini, membuat negara-negara yang mengancam Rusia akan "berpikir dua kali".[4] Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengonfirmasi bahwa Rusia telah memberi informasi sebelumnya tentang peluncuran ini kepada Amerika Serikat, sesuai dengan New START, sehingga berdasarkan hal tersebut, Amerika menganggap bahwa peluncuran tersebut sebagai uji rutin dan bukan ancaman.[5]

Sebagai tanggapan atas pertemuan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dengan Zelenskyy di Kyiv pada 23 April, keesokan harinya, pada 24 April Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa dukungan lebih lanjut terhadap Ukraina dapat menyebabkan ketegangan yang berpotensi mengarah pada skenario Perang Dunia III, yang melibatkan persenjataan penuh Rusia.[6] Sehari setelah komentar Lavrov, CNBC melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin menyebut retorika perang nuklir Rusia sebagai hal yang "berbahaya dan tidak membantu".[7]

Menanggapi pengerahan senjata tank oleh Jerman ke Ukraina, dalam forum Majelis Legislatif Utama Rusia, Putin mengumumkan bahwa Rusia akan menanggapi setiap provokasi militer agresif yang datang dari luar Ukraina, melalui tindakan yang harus segera direspons dengan persenjataan nuklir khas Rusia.[8] Sekretaris Pers Pentagon John Kirby mengutarakan bahwa pernyataan Putin tentang potensi nuklir, bertentangan dengan proses resolusi damai atas konflik yang terjadi di Ukraina.[9]

Pada tanggal 29 Mei, setelah menyangkal tuduhan terhadap Rusia mengenai kekejaman di Bucha, Duta Besar Rusia untuk Inggris Andrei Kelin, dalam sesi wawancara dengan BBC, menyatakan bahwa ia tidak percaya Rusia akan menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina hingga kedaulatan Rusia berada dalam situasi yang berbahaya.[3]

Pada 21 September, saat mengumumkan mobilisasi wajib militer sebagian pasukan cadangan, Putin menyatakan Rusia "akan menggunakan semua cara yang kita miliki." Hal ini secara luas ditafsirkan sebagai ancaman untuk menggunakan senjata nuklir, dalam mempertahankan wilayah negaranya.[10] Ia memperingatkan ancamannya "bukan gertakan", tanpa dasar menuduh NATO melakukan "pemerasan nuklir" yang mengancam akan menggunakan senjata nuklir terhadap Rusia dan Putin mengatakan bahwa senjata-senjata nuklir Rusia lebih maju daripada NATO.[11][12] Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tidak mengesampingkan penggunaan senjata nuklir untuk mempertahankan wilayah Ukraina yang dianeksasi.[13] Beberapa hari kemudian, mantan presiden Rusia dan sekutu Putin Dmitry Medvedev membuat ancaman serangan nuklir yang lebih nyata terhadap Ukraina.[14]

Pada tanggal 1 Oktober, Ramzan Kadyrov, kepala Republik Chechnya, meminta Rusia untuk menggunakan senjata nuklir berdaya ledak rendah di Ukraina, sebagai tanggapan atas hilangnya kekuasaan Rusia atas kota Lyman yang penting secara strategis di Ukraina.[15] Kadyrov merupakan pejabat terkemuka Rusia pertama yang secara langsung meminta penggunaan senjata nuklir.[16] Sekretaris pers Kremlin, Dmitry Peskov dalam menanggapi komentar Kadyrov, menyatakan bahwa penggunaan senjata nuklir akan ditentukan oleh doktrin militer Rusia dan bukan dengan emosi.[17]

Pada bulan yang sama, para pejabat Rusia, termasuk Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu,[18] mulai menuduh Ukraina bersiap untuk menggunakan bom radioaktif yang disebut dengan "bom kotor" di wilayah Ukraina, memicu kekhawatiran Barat, bahwa Rusia sendiri mungkin berencana menggunakan bom kotor, lalu menyalahkan Ukraina. Tuduhan tersebut juga dikomunikasikan melalui panggilan telepon ke para pejabat Barat oleh dua pejabat tinggi Rusia.[19] Tanggal 24 Oktober, John Kirby menyatakan tidak ada bukti Rusia sedang mempersiapkan serangan bom kotor.[20] Sebuah tweet oleh Kementerian Pertahanan Rusia, yang konon menunjukkan bukti pembuatan bom kotor Ukraina, dibantah sebagai kumpulan foto-foto lama yang tidak berhubungan.[21] Atas permintaan Ukraina, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengirim penyelidikan IAEA ke Ukraina, yang tidak menemukan bukti bom kotor tengah dikembangkan atau aktivitas nuklir lain yang tidak dilaporkan.[22][23][24]

Pada 22 Januari 2023, Pemimpin Negara Bagian Duma, Federasi Rusia, Vyacheslav Volodin, menyatakan melalui aplikasi Telegram bahwa "Jika Washington dan negara-negara yang tergabung dalam NATO memasok persenjataan yang akan digunakan untuk menyerang kota-kota sipil, sebagaimana ancaman mereka yang berupaya untuk merampas teritorial kita, hal ini akan mengarah kepada tindakan pembalasan, dengan menggunakan persenjataan yang lebih kuat" dan "pernyataan bahwa kekuatan nuklir yang sebelumnya tidak digunakan sebagai senjata pemusnah massal dalam konflik-konflik lokal, tidak dapat dipertahankan. Karena negara-negara bagian ini, tidak menghadapi situasi ketika terdapat sebuah ancaman terhadap keamanan penduduknya dan ancaman integritas teritorial negara tersebut".[25] Pada bulan yang sama, Rusia berulang kali menuduh Ukraina menyimpan peralatan militernya di pembangkit-pembangkit listrik nuklir yang berada di bawah kendalinya. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang memiliki pengamat tetap diseluruh pembangkit listrik nuklir Ukraina sejak 2012, merilis pernyataan pada 24 Januari 2023, bahwa mereka tidak menemukan peralatan militer di pembangkit-pembangkit listrik nuklir Ukraina.[26]

Pada 21 Februari 2023, presiden Putin mengumumkan dalam Pidato Presiden Kepada Majelis Federal, bahwa Rusia akan menangguhkan keikutsertaannya dalam pakta nuklir New START antara Federasi Rusia dan Amerika Serikat. Putin menyatakan "[Rusia] tidak mundur dari perjanjian, tetapi menangguhkan keikutsertaannya".[27][28] Dalam sebuah wawancara pada 26 Februari 2023 di kanal televisi pemerintah Rusia Rossiya-1, Putin mengatakan bahwa Rusia tidak memiliki pilihan lain selain "mempertimbangkan" kemampuan nuklir NATO, juga pihak barat yang ingin "membubarkan" Rusia dengan memecah belah Rusia menjadi bagian-bagian yang terpisah. Sementara itu, presiden Joe Biden membantah pernyataan Putin dalam pidatonya di Warsawa, Polandia, bahwa "Amerika Serikat dan negara-negara Eropa tidak ingin mengendalikan atau menghancurkan Rusia dan tidak berencana untuk menyerang Rusia, sebagaimana yang Putin katakan hari ini. Jutaan rakyat Rusia hanya ingin hidup damai dengan negara tetangga mereka, bukan sebagai musuh".[29][30] Rusia mengatakan akan tetap memberitahu Amerika Serikat terhadap rencana peluncuran-peluncuran rudal balistik antarbenua maupun rudal balistik dari kapal selam, berdasarkan Perjanjian Pemberitahuan Peluncuran Peluru Kendali Balistik tahun 1988.[31]

Pada 25 Maret 2023, Putin mengumumkan rencananya untuk menempatkan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus.[32][33] Pada 29 Maret, Menteri Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa Rusia akan melakukan misi latihan nuklir yang meliputi pengujian terhadap peluru kendali berhulu ledak nuklir RS-24 Yars.[34]

Reaksi internasional[sunting | sunting sumber]

Pada 14 April, The New York Times memberitakan komentar yang disampaikan oleh direktur CIA William Burns, yang mengatakan bahwa, "keputusasaan potensial" dapat membuat Presiden Putin memerintahkan penggunaan senjata nuklir taktis.[35]

Pada 4 Mei, Senat Amerika Serikat menyelenggarakan "Dengar Pendapat tentang Kesiapan Nuklir di Tengah Kancah Perang Rusia-Ukraina" ketika Laksamana Charles A. Richard menyatakan bahwa, kemampuan pertahanan triad nuklir[a] di Amerika saat ini, beroperasi pada tingkat kapasitas operasional minimal yang dapat diterima, dengan cadangan stok Rusia dan Tiongkok saat ini lebih besar daripada yang ada di Amerika Serikat.[38] Kemudian, pada 6 Mei, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexei Zaitsev menyatakan, Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina, menggambarkan penggunaannya seperti "tidak berlaku untuk 'operasi militer khusus' Rusia".[39]

Pada 23 Mei, diplomat Rusia Boris Bondarev mengundurkan diri dari posisinya dan melayangkan kritik terhadap invasi tersebut, khususnya kedudukan Lavrov tentang potensi penggunaan senjata nuklir Rusia: "Dalam 18 tahun, dia (Lavrov) beralih dari seorang profesional dan intelektual terpelajar. ... kepada seseorang yang terus-menerus menyiarkan pernyataan yang bertentangan dan mengancam dunia dengan senjata nuklir!".[40]

Pada 1 Juli, dalam lawatan Lavrov ke Belarusia, presiden Belarusia Alexander Lukashenko menunjukkan dukungannya bagi Moskow untuk menggunakan senjata nuklir melawan ancaman luas hegemoni Barat terhadap Rusia dan sekutunya, yang ditunjukkan selama terjadinya konflik di Ukraina.[41]

Pada 13 Agustus, dalam sebuah wawancara dengan BBC, seorang mantan kepala Intelijen Militer Inggris, Jim Hockenhull, menyatakan bahwa ia beranggapan kemungkinan Rusia "tidak mungkin" akan menggunakan senjata nuklir dalam waktu dekat.[42]

Dalam sebuah wawancara pada September 2022, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden merespons pertanyaan jurnalis mengenai konsekuensi Rusia jika menggunakan senjata nuklirnya dengan menjawab "Anda pikir saya akan memberi tahu Anda, jika saya tahu persis apa yang akan terjadi?, tentu saja, saya tidak akan memberi tahu Anda. Hal tersebut akan menjadi konsekuensi... Mereka akan menjadi lebih paria di dunia daripada sebelumnya. Dan tergantung dari cakupan apa yang akan mereka lakukan, akan menentukan respons yang akan terjadi."[43] Pada tanggal 26 September, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, berbicara tentang "konsekuensi bencana" jika Rusia menggunakan senjata nuklir, menambahkan bahwa "di kanal privat, kami telah menjelaskan secara lebih rinci (ke Rusia) apa artinya hal tersebut". Menteri Luar Negeri Antony Blinken juga merujuk pada respons "bencana" Amerika Serikat.[44]

Pada 21 September, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, menyatakan, NATO "tidak akan terlibat dalam retorika nuklir gegabah dan berbahaya yang sama seperti Presiden Putin".[45] Kemudian, pada 4 Oktober, Menteri Luar Negeri Inggris, James Cleverly menyatakan, setiap penggunaan senjata nuklir oleh Rusia akan menimbulkan konsekuensi.[46] Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau telah menyatakan, tanggapan NATO seharusnya "sangat efektif", tapi non-nuklir. Dalam pernyataannya tanggal 5 Oktober, Rau juga menyatakan bahwa, ia telah meminta Amerika Serikat untuk menempatkan senjata-senjata nuklirnya di wilayah Polandia, hal ini sebagian dimungkinkan sebagai tanggapan atas ancaman nuklir Rusia baru-baru ini dan sebagian lagi sebagai tanggapan atas kemungkinan Rusia menempatkan senjata-senjata nuklirnya di Belarusia.[47]

Pada 6 Oktober 2022, ketika berpidato dalam sebuah acara penggalangan dana privat di New York, Biden mengatakan, untuk "[pertama] kalinya sejak Krisis Rudal Kuba, kita memiliki ancaman langsung penggunaan senjata nuklir jika, pada kenyataannya, hal-hal berlanjut ke arah mana perginya... Coba pikirkan, Kita belum pernah menghadapi kemungkinan terjadinya Holokaus nuklir, sejak Kennedy dan Krisis Rudal Kuba. Kita punya seseorang yang saya kenal cukup baik, namanya Vladimir Putin. Saya menghabiskan cukup banyak waktu bersamanya. Ia tidak bercanda ketika berbicara tentang potensi penggunaan senjata taktis dan nuklir, atau senjata biologis atau kimia, karena dapat dikatakan militernya berkinerja buruk... Saya kira tidak ada hal seperti kemampuan untuk dengan mudahnya, [menggunakan] senjata nuklir taktis dan tidak berakhir dengan kiamat." [48][49][50] Menurut Associated Press, Biden terkadang tidak menjaga pembicaraan, dari hanya catatan kasar, dalam acara penggalangan dana privat semacam itu.[51] Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre kemudian mengatakan, komentar Biden tidak didasarkan pada intelijen atau informasi baru.[52] Dalam sebuah wawancara dengan seorang jurnalis CNN Jake Tapper yang ditayangkan pada 11 Oktober 2022, Biden mengatakan, ia tidak percaya Putin pada akhirnya akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina, tetapi mengkritik pernyataan Putin tentang topik tersebut sebagai hal yang "tidak bertanggung jawab".[53]

Dalam wawancara dengan BBC pada 11 Oktober 2022, Direktur GCHQ Jeremy Fleming mengatakan, agensi tersebut tidak melihat adanya indikasi bahwa Rusia sedang mempersiapkan penggunaan senjata nuklir taktis.[54] Belakangan, dalam pernyataan yang dirilis pada 18 Oktober, Kepala Direktorat Utama Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, Mayor Jenderal Kyrylo Budanov, mengatakan ia tidak yakin Rusia akan menggunakan senjata nuklirnya di Ukraina.[55]

Pertemuan dan konferensi[sunting | sunting sumber]

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyatakan, Jepang akan mendukung diskusi internasional lebih lanjut tentang Rusia dan ancaman senjata nuklirnya selama invasi Ukraina, pada pertemuan non-proliferasi nuklir yang akan diselenggarakan pada bulan Agustus.[56][57] Pada tanggal 20 Juni, "Konferensi tentang Dampak Kemanusiaan dari Senjata Nuklir" dibuka di Wina untuk membahas potensi dampak bencana senjata nuklir, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan penggunaan senjata nuklir Rusia selama terjadinya peristiwa invasi Ukraina tahun 2022.[58]

Analisis[sunting | sunting sumber]

Cadangan Senjata nuklir terbesar dengan jangkauan global (warna biru gelap).

Pada 22 Juni 2022, Eric Schlosser, menulis untuk majalah The Atlantic menyatakan, perang senjata nuklir oleh Rusia selama invasi sepertinya memberi kesan target serangan nuklir yang paling memungkinkan adalah: (1) Detonasi nuklir di atas Laut Hitam yang tidak mengakibatkan adanya korban, tetapi menunjukkan ketetapan, telah melewati batas nuklir dan menandakan bahwa hal yang lebih buruk akan terjadi. (2) Serangan untuk memenggal kepemimpinan Ukraina, berupaya untuk membunuh Presiden Volodymyr Zelenskyy dan para penasihatnya di dalam bunkernya. (3) Serangan nuklir terhadap target militer Ukraina, mungkin Pangkalan Udara atau depot perbekalan yang tidak dimaksudkan untuk merugikan warga sipil dan (4) Penghancuran kota Ukraina, mengakibatkan jatuhnya korban sipil secara massal dan menciptakan teror untuk mempercepat penyerahan diri, hal ini merupakan tujuan yang sama dengan motivasi terjadinya Serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki."[59] Pakar militer CSIS Mark Cancian menyarankan kemungkinan untuk meledakkan nuklir pada ketinggian atmosfer untuk menghasilkan getaran elektromagnetik (electromagnetic pulse) dan melumpuhkan perangkat elektronik.[60]

Pada tanggal 7 September, The Washington Post melaporkan bahwa komando tinggi militer Rusia telah menerbitkan sebuah analisis yang mengatakan, senjata nuklir taktis tetap menjadi pilihan yang paling mungkin, untuk digunakan melawan Ukraina, sebagaimana yang disampaikan oleh Panglima Tertinggi Ukraina Valeriy Zaluzhnyi, yang menyatakan "Ada ancaman langsung dari penggunaan senjata nuklir taktis oleh Angkatan Bersenjata Rusia dalam keadaan tertentu... Juga tidak mungkin untuk sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan keterlibatan langsung negara-negara terkemuka dunia dalam konflik nuklir "terbatas", ketika kemungkinan Perang Dunia III sudah terlihat di depan mata." [61]

Direktur Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika Hans M. Kristensen mengatakan, "jika Anda memulai detonasi senjata nuklir di wilayah tersebut, Anda berpotensi mendapatkan luruhan radioaktif yang tidak dapat Anda kendalikan. Hal tersebut juga dapat menghujani pasukan Anda sendiri, sehingga melakukan hal tersebut di lapangan, bukan merupakan suatu keuntungan." Ia juga mengatakan bahwa masalah utamanya, kedua belah pihak berada dalam sistem Rusia, tetapi juga di masyarakat pada umumnya, ketika mereka membayangkan tentang senjata nuklir taktis sebagai sesuatu yang kecil, sederhana atau sesuatu yang hampir biasa saja." [62] Pada 1 Oktober 2022, Institute for the Study of War berpendapat bahwa tentara Rusia "hampir dipastikan tidak akan mampu beroperasi di medan tempur nuklir", karena disorganisasi mereka dan ketidakmampuan ini untuk maju ke lingkungan nuklir, mengurangi kemungkinan penggunaan senjata nuklir taktis Rusia di awal.[63][64]

Pada 2 Oktober 2022, The Jerusalem Post menyatakan "Sebagian besar ahli tidak berpikir, Presiden Rusia Vladimir Putin akan benar-benar menggunakan senjata nuklir di Ukraina pada akhirnya, tetapi jumlah orang yang berpikir ia akan atau mungkin (menggunakan) akan bertambah." Para analis lain menghipotesiskan awal tanggapan Barat yang berbeda, sebagian bergantung pada sifat serangan nuklir awal Rusia di Ukraina. Tanggapan awal hipotetis termasuk: peningkatan sanksi-sanksi, serangan konvensional atau serangan nuklir terhadap pasukan Rusia di Ukraina atau serangan nuklir di Belarus. Para analis menambahkan, bahkan jika Rusia menggunakan senjata nuklir, "masih ada kemungkinan tidak" bahwa itu akan mengarah pada perang nuklir penuh.[65] Mark Cancian telah menyarankan peningkatan pengiriman senjata, termasuk senjata yang sebelumnya dibatasi, seperti pesawat NATO, baterai anti-rudal canggih dan rudal jarak jauh ATACMS.[60]

Krisis pembangkit nuklir Zaporizhia[sunting | sunting sumber]

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhia telah menjadi pusat krisis keselamatan nuklir yang tengah berlangsung, selama terjadinya peristiwa invasi Rusia ke Ukraina yang digambarkan oleh Ukraina sebagai tindakan terorisme nuklir oleh Rusia.[66]

Dari pembangkit listrik nuklir yang sejenis, PLTN Zaporizhia merupakan pembangkit listrik terbesar di Eropa, dalam kondisi infrastruktur yang telah hancur dan kerusakan pada saluran transmisi listriknya akibat penembakan. Situasi ini disebut sebagai kejadian sejenis yang terbesar dalam sejarah. Potensi bencana nuklirnya dapat melebihi skala bencana nuklir sebelumnya.[67][68]

Menurut sebuah laporan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), "Situasi di Ukraina belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya konflik militer terjadi di tengah fasilitas program "tenaga nuklir besar".[69] Pakar keamanan nuklir Attila Aszódi sambil menyerukan langkah-langkah mendesak untuk memastikan keamanan pabrik, ia mengatakan, peristiwa serupa dalam jenis dan skala bencana Chernobyl secara teknis dan fisik tidak mungkin terjadi di pembangkit Zaporizhia.[70]

Pada tanggal 11 September, reaktor terakhir yang beroperasi di pembangkit tersebut dalam kondisi cold shutdown, yaitu suatu kondisi ketika reaktor membutuhkan lebih sedikit energi untuk pendinginan, mengurangi dampak bahaya yang ditimbulkan oleh kerusakan sambungan pembangkit tersebut, ke jaringan energi yang lebih luas. Namun, bahan bakar bekas di lokasi pembangkit, masih dapat berpotensi menimbulkan risiko yang signifikan jika penyimpanan atau sistem pendinginnya rusak akibat pertempuran.[71]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Triad nuklir adalah tiga cabang struktur kekuatan militer yang terdiri dari rudal nuklir yang diluncurkan dari darat, kapal selam bersenjata rudal nuklir dan pesawat strategis dengan bom nuklir dan rudal.[36][37]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Gressel, Gustav (7 Juli 2022). "Shadow of the bomb: Russia's nuclear threats – European Council on Foreign Relations". European Council on Foreign Relations (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2022. Diakses tanggal 10 September 2022. 
  2. ^ Roth, Andrews; Walker, Shaun; Rankin, Jennifer; Borger, Julian (28 Februari 2022). "Putin signals escalation as he puts Russia's nuclear force on high alert". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Februari 2022. Diakses tanggal 10 September 2022. 
  3. ^ a b "Russia won't use tactical nuclear weapons in Ukraine, says ambassador to UK". BBC News (dalam bahasa Inggris). 29 Mei 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Mei 2022. Diakses tanggal 2 Juni 2022. 
  4. ^ "Russia to deploy new intercontinental nuclear missiles by autumn" (dalam bahasa Inggris). Al Jazeera. 23 April 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2022. Diakses tanggal 10 September 2022. 
  5. ^ "Pentagon says Russia notified U.S. ahead of 'routine' ICBM test-launch" (dalam bahasa Inggris). Reuters. 20 April 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Oktober 2022. Diakses tanggal 12 Oktober 2022. 
  6. ^ "Russia's Lavrov Warns of 'Real' Danger of World War III". Moscow Times (dalam bahasa Inggris). 25 April 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 April 2022. Diakses tanggal 10 September 2022. 
  7. ^ Ellyatt, Holly; Turak, Natasha; Macias, Amanda (26 April 2022). "Pentagon chief calls Russia nuclear rhetoric 'dangerous'; U.S. to send diplomats back to Ukraine" (dalam bahasa Inggris). CNBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 April 2022. Diakses tanggal 10 September 2022. 
  8. ^ Wolfgang, Ben (27 April 2022). "Angry Putin wields energy, nuclear threats against West". The Washington Times (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2022. Diakses tanggal 10 September 2022. 
  9. ^ "Pentagon press secretary John Kirby holds a news briefing". PBS News Hour (dalam bahasa Inggris). 27 April 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Mei 2022. Diakses tanggal 10 September 2022. 
  10. ^ Ishaan Tharoor (2022-09-21). "Russia pushes the panic button and raises risk of nuclear war". The Washington Post (dalam bahasa Inggris). Washington, D.C. ISSN 0190-8286. OCLC 1330888409. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 September 2022. Diakses tanggal 21 September 2022. 
  11. ^ Schofield, Kevin (21 September 2022). "'I'm Not Bluffing': Vladimir Putin Warns The West He Is Willing To Use Nuclear Weapons". HuffPost UK (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2022. Diakses tanggal 30 September 2022. 
  12. ^ Faulconbridge, Guy; Osborn, Andrew (28 September 2022). "Analysis: Truth or bluff? Why Putin's nuclear warnings have the West worried". Reuters (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2022. Diakses tanggal 30 September 2022. 
  13. ^ "Lavrov, at the UN, pledges 'full protection' for any territory annexed by Russia". Reuters (dalam bahasa Inggris). 24 September 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2022. 
  14. ^ Faulconbridge, Guy; Davis, Caleb (27 September 2022). "Medvedev raises spectre of Russian nuclear strike on Ukraine". Reuters (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2022. Diakses tanggal 30 September 2022. 
  15. ^ "Chechen's Kadyrov: Russia should use low-yield nuclear weapon in Ukraine". Al Arabiya English (dalam bahasa Inggris). Reuters. 1 Oktober 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2022. Diakses tanggal 1 Oktober 2022. 
  16. ^ Sanger, David E.; Troianovski, Anton; Barnes, Julian E. (1 Oktober 2022). "In Washington, Putin's Nuclear Threats Stir Growing Alarm". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Oktober 2022. Diakses tanggal 2 Oktober 2022. 
  17. ^ "Peskov, in response to Kadyrov's words about nuclear weapons, pointed out that emotions should not prevail". TASS (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Oktober 2022. Diakses tanggal 3 Oktober 2022. 
  18. ^ "Russia claims Ukraine 'dirty bomb' in final stages". France 24 (dalam bahasa Inggris). 24 Oktober 2022. Diakses tanggal 28 November 2022. 
  19. ^ Ioanes, Ellen (30 Oktober 2022). "What to expect after Russia's latest escalatory nuclear rhetoric". Vox (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2 November 2022. 
  20. ^ "US says Russia's 'dirty bomb' claims are pretext for escalation in Ukraine". ABC News (dalam bahasa Inggris). 24 Oktober 2022. Diakses tanggal 2 November 2022. 
  21. ^ Norton, Tom (27 Oktober 2022). "Fact Check: Russia's claim that photo shows 'dirty bomb' in Ukraine". Newsweek (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2 November 2022. 
  22. ^ "Inspectors To Look For Evidence Of Dirty Bomb Production In Ukraine This Week, IAEA Says". RadioFreeEurope/RadioLiberty (dalam bahasa Inggris). 27 Oktober 2022. Diakses tanggal 2 November 2022. 
  23. ^ "'No sign' of Ukrainian 'dirty bomb', says UN nuclear watchdog". euronews (dalam bahasa Inggris). 3 November 2022. Diakses tanggal 20 November 2022. 
  24. ^ "IAEA Inspectors Complete In-Field Verification Activities at Three Ukraine locations, No Indications of Undeclared Nuclear Activities and Materials". IAEA (dalam bahasa Inggris). 3 November 2022. Diakses tanggal 20 November 2022. 
  25. ^ Kelly, Lidia (22 Januari 2023). Kerry, Frances, ed. "Putin ally says new weapons for Kyiv will lead to global catastrophe". Reuters (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  26. ^ Gray, Andrew (24 Januari 2023). De Clercq, GV; Potter, Mark, ed. "UPDATE 1-No military equipment found in Ukrainian nuclear plants - IAEA". Reuters (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  27. ^ "Putin Says Moscow Suspending Participation In New START Nuclear Treaty". Agence France-Presse (dalam bahasa Inggris). barrons. 21 Februari 2023. Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  28. ^ Sapto Adhi, Irawan (22 Februari 2023). "Putin Putuskan Rusia Tangguhkan Partisipasi dalam Perjanjian Nuklir START". Kompas.com. Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  29. ^ Agustin, Dwina; Satria, Lintar (27 Februari 2023). Zuraya, Nidia, ed. "Putin: Rusia tidak Dapat Abaikan Kemampuan Nuklir NATO". Republika.co.id. Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  30. ^ "Vladimir Putin says the US-led military alliance in Ukraine seeks defeat and liquidation of Russia". Reuters (dalam bahasa Inggris). ABC News. 26 Februari 2023. Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  31. ^ Roth, Andrew; Borger, Julian (21 Februari 2023). "Putin says Russia will halt participation in New Start nuclear arms treaty". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 Juli 2023. 
  32. ^ Chen, Heather; Humayun, Hira; Knight, Mariya; Carey, Andrew; Gigova, Radina; Kostenko, Maria (26 Maret 2023). "Russia plans to station tactical nuclear weapons in Belarus, Putin says". CNN (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  33. ^ Ferida, Khairisa (26 Mei 2023). "Sah, Rusia Akan Simpan Senjata Nuklir Taktis di Belarus". Liputan6.com. Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  34. ^ Glenn, Mike (29 Maret 2023). "Russia stages nuke missile drill as fighting continues in Ukraine". The Washington Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 Juni 2023. 
  35. ^ Sanger, David E.; Barnes, Julian E. (14 April 2022). "C.I.A. Director Airs Concern That Putin Might Turn to Nuclear Weapons". The New York Times (dalam bahasa Inggris). Washington, D.C. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2022. Diakses tanggal 28 Mei 2022. 
  36. ^ Pelkkanen, Saadia M.; Ravenhill, John; Foot, Rosemary (2019). Handbook Hubungan Internasional ASIA. Nusamedia. ISBN 978-602-691366-1. 
  37. ^ S.S. Kurniawan, ed. (11 November 2020). "Dengan triad nuklir, Putin: Membuat upaya pemerasan terhadap Rusia menjadi sia-sia". Kontan. Diakses tanggal 28 November 2022. 
  38. ^ "Hearing on Nuclear Readiness Amid Russia-Ukraine War" (dalam bahasa Inggris). C-SPAN. 4 Mei 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Mei 2022. Diakses tanggal 2 Juni 2022. 
  39. ^ "Russian will not use nuclear weapons in Ukraine, foreign ministry says". Reuters (dalam bahasa Inggris). 6 Mei 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Mei 2022. Diakses tanggal 2 Juni 2022. 
  40. ^ Keaten, Jamey (23 May 2022). "'Never have I been so ashamed': Russian envoy criticizes war". Associated Press (dalam bahasa Inggris). Davos. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Juni 2022. Diakses tanggal 11 Juni 2022. 
  41. ^ Nuke tensions heighten amid Ukraine war as Belarus says Russia must ready Nuke weapons | WION (dalam bahasa Inggris). WION. 2 Juli 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Juli 2022. 
  42. ^ Beale, Jonathan (13 August 2022). "Ukraine war: Predicting Russia's next step in Ukraine". BBC (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Agustus 2022. Diakses tanggal 13 Agustus 2022. 
  43. ^ "Ukraine war: Biden warns Putin not to use tactical nuclear weapons". BBC News (dalam bahasa Inggris). 17 September 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2022. Diakses tanggal 3 Oktober 2022. 
  44. ^ "Russia faces 'catastrophic' consequences if it uses nuclear weapons, U.S. warns". NBC News (dalam bahasa Inggris). 2022. Diakses tanggal 6 Oktober 2022. 
  45. ^ Meredith, Sam (September 2022). "Putin's 'incredibly dangerous' nuclear threats raise the risk of an unprecedented disaster". CNBC (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Oktober 2022. Diakses tanggal 3 Oktober 2022. 
  46. ^ "UK warns Russia of consequences for any nuclear weapon use". Reuters (dalam bahasa Inggris). 4 Oktober 2022. Diakses tanggal 6 Oktober 2022. 
  47. ^ "Poland suggests hosting US nuclear weapons amid growing fears of Putin's threats". The Guardian (dalam bahasa Inggris). 5 Oktober 2022. Diakses tanggal 6 Oktober 2022. 
  48. ^ Collinson, Stephen (7 Oktober 2022). "Biden's chilling 'Armageddon' warning sharpens the stakes with Putin". CNN (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 9 Oktober 2022. 
  49. ^ "Pentagon spokesperson tamps down concerns over nuclear 'armageddon'". The Guardian (dalam bahasa Inggris). 9 Oktober 2022. Diakses tanggal 9 Oktober 2022. 
  50. ^ "Remarks by President Biden at Democratic Senatorial Campaign Committee Reception". whitehouse.gov (dalam bahasa Inggris). 6 Oktober 2022. Diakses tanggal 9 Oktober 2022. 
  51. ^ "Biden: Russia's Ukraine invasion puts threat of nuclear 'Armageddon' at highest level since 1962". ABC7 Chicago (dalam bahasa Inggris). Associated Press. 7 Oktober 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-21. Diakses tanggal 9 Oktober 2022. 
  52. ^ Borger, Julian; Rankin, Jennifer (7 Oktober 2022). "Biden's 'Armageddon' warning wasn't based on new intelligence, US says". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 12 Oktober 2022. 
  53. ^ Liptak, Kevin (11 Oktober 2022). "Biden says Putin 'totally miscalculated' by invading Ukraine but is a 'rational actor' | CNN Politics". CNN (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 12 Oktober 2022. 
  54. ^ Sabbagh, Dan (11 Oktober 2022). "No signs Russia is preparing to use nuclear weapon, says GCHQ boss". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 12 Oktober 2022. 
  55. ^ "Ukrainian defense intel chief predicts victory by next summer: 'Russia's loss is inevitable'". CNN (dalam bahasa Inggris). 18 Oktober 2022. Diakses tanggal 18 Oktober 2022. 
  56. ^ Yamaguchi, Mari; Zain, Syawalludin (11 Juni 2022). "Japan Vows Bigger Security Role in Region to Tackle the Threads". stltoday.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Juni 2022. Diakses tanggal 29 November 2022. 
  57. ^ "Japan PM Kishida eyes attending NPT review conference in August". Kyodo News (dalam bahasa Inggris). 11 Juni 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Juni 2022. Diakses tanggal 29 November 2022. 
  58. ^ "Conference on catastrophic effects of nuclear arms to open in Vienna". NHK (dalam bahasa Inggris). 20 Juni 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Juni 2022. Diakses tanggal 29 November 2022. 
  59. ^ Schlosser, Eric (22 Juni 2022). "What if Russia uses nuclear weapons in Ukraine?". The Atlantic (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Juli 2022. Diakses tanggal 10 September 2022. 
  60. ^ a b "What could happen if Putin used nuclear weapons in Ukraine?". France 24 (dalam bahasa Inggris). 24 September 2022. Diakses tanggal 6 Oktober 2022. 
  61. ^ Berger, Miriam (7 September 2022). "Ukraine military chief says 'limited' nuclear war cannot be ruled out". The Washington Post (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 September 2022. Diakses tanggal 1 Desember 2022. 
  62. ^ "Nuclear weapons expert says we should be 'extraordinarily concerned' about Putin nuking Ukraine". Business Insider (dalam bahasa Inggris). 30 September 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Oktober 2022. Diakses tanggal 2 Oktober 2022. 
  63. ^ "Ukraine celebrates recapturing key town, Putin ally raises nuclear jitters". CNBC (dalam bahasa Inggris). 2022. Diakses tanggal 6 Oktober 2022. 
  64. ^ "Russian Offensive Campaign Assessment, October 1". Institute for the Study of War (dalam bahasa Inggris). 1 Oktober 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Oktober 2022. Diakses tanggal 3 Oktober 2022. 
  65. ^ "Russia Ukraine War: Will Putin spark nuclear war by using tactical nuke?". The Jerusalem Post (dalam bahasa Inggris). 2 October 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Oktober 2022. Diakses tanggal 3 Oktober 2022. 
  66. ^ "'Russian nuclear terror': Ukraine atomic plant attacked again". Aljazeera (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 September 2022. 
  67. ^ "Російські військові обстрілюють ЗАЕС, щоб знищити її інфраструктуру та відімкнути від енергосистеми України" [Militer Rusia menembaki ZNPP untuk menghancurkan infrastrukturnya dan memutusnya dari sistem energi Ukraina] (dalam bahasa Ukraina). Енергоатом. Diakses tanggal 26 Agustus 2022. 
  68. ^ "Місія МАГАТЕ на Запорізьку АЕС має вирушати з Києва, але має бути згода України та Росії ‒ Ґутерріш" [Misi IAEA ke PLTN Zaporizhzhya harus berangkat dari Kyiv, tapi harus ada kesepakatan Ukraina dan Rusia - Guterres] (dalam bahasa Ukraina). Радіо Свобода. 18 August 2022. Diakses tanggal 26 Agustus 2022. 
  69. ^ "U.N. nuclear watchdog calls for a 'security protection zone' around the Russian-held Zaporizhzhia power plant". NBC News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal September 7, 2022. 
  70. ^ Diaz-Maurin, François (2 September 2022). "A nuclear safety expert's view on the crisis at the Zaporizhzhia nuclear power plant". Bulletin of the Atomic Scientists (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 8 September 2022. 
  71. ^ Meshkati, Najmedin (13 September 2022). "Cold shutdown reduces risk of disaster at Zaporizhzhia nuclear plant – but combat around spent fuel still poses a threat". The Conversation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2 Oktober 2022.