Anikonisme dalam Kekristenan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambar cukil kayu dari tahun 1563 di dalam Buku Para Martir karangan John Foxe, sejarawan Protestan Inggris. Gambar ini menampilkan peristiwa perusakan citra-citra Katolik tampak (atas), sosok Raja Edward VI yang didesak Thomas Cranmer untuk meneladani tindakan Raja Yosia menyingkirkan berhala-berhala dari Bait Allah[1] (kiri bawah), dan acara kebaktian gereja Inggris berpedomankan Buku Doa Umum (kanan bawah).

Agama Kristen pada umumnya tidak mengamalkan anikonisme, yakni penolakan atau pengharaman terhadap pembuatan dan pemanfaatan segala macam bentuk citra. Agama Kristen justru memiliki tradisi pembuatan dan penghormatan citra-citra Allah dan tokoh-tokoh Kristen. Meskipun demikian, anikonisme pernah mewarnai perjalanan sejarah agama Kristen, terutama ketika Ikonoklasme Romawi Timur merebak pada abad ke-8, dan gerakan Reformasi Protestan berkobar pada abad ke-16, manakala umat Protestan, khususnya golongan Kalvinis, mengharamkan pemanfaatan segala macam citra di dalam gereja-gereja. Sampai sekarang gereja-gereja Kalvinis dan beberapa gereja Fundamentalis masih bersikukuh mengharamkan citra. Gereja Katolik senantiasa melangengkan pemanfaatan citra-citra suci di dalam gereja-gereja, tempat-tempat suci, maupun rumah-rumah tinggal, bahkan menganjurkan penghormatan terhadap citra-citra tersebut, tetapi sekaligus melaknat tindakan menyembah citra-citra suci sebagai penyembahan berhala.

Pemanfaatan ikon-ikon dan citra-citra keagamaan masih diperbolehkan para pucuk pimpinan denominasi-denominasi Kristen arus utama, misalnya denominasi Lutheran, Metodis, Anglikan Katolik, dan Gereja Katolik Roma.[2][3][4][5] Penghormatan ikon juga merupakan salah satu unsur penting dari doksologi Gereja Ortodoks Timur.[6][7] Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur menjunjung tinggi keputusan konsili ekumene yang melaknat ikonoklasme dan mengamanatkan pemanfaatan citra-citra suci, ikon-ikon orang kudus, dan krusifiks di gereja-gereja, tempat-tempat suci umum, dan rumah-rumah tinggal. Penjelasan tentang kesesuaian citra-citra suci dengan ajaran Kristen lebih banyak dilandaskan pada dalil-dalil yang dikemukakan Santo Yohanes dari Damsyik.

Sikap gereja Anglikan modern cukup unik, karena merangkul anikonisme maupun ikonodulisme. Sebagian jemaat Anglikan (lazimnya jemaat-jemaat gereja rendah) masih mengekalkan paham anikonisme warisan Reformasi Inggris yang terangkum di dalam titah-titah Raja Edward VI[8] dan Ratu Elizabeth I tentang tatanan hidup beragama,[9] maupun yang tersurat di dalam Khotbah Melawan Bahaya Penyembahan Berhala dan Penghiasan Gereja Secara Berlebihan.[10] Jemaat-jemaat Anglikan yang dipengaruhi Gerakan Oxford dan jemaat-jemaat Anglikan-Katolik yang terbentuk pascagerakan Oxford justru berusaha memulihkan pemanfaatan citra-citra keagamaan untuk keperluan devosi di dalam gereja Anglikan.

Berbeda dari anikonisme Islam, anikonisme Kristen jarang sekali melebar ke ranah citra-citra sekuler. Jemaat-jemaat Anabaptis semisal kaum Amisch merupakan kekecualian yang langka.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ https://queenanneboleyn.com/2017/02/20/godfathers-solemn-charge-coronation-king-edward-vi/
  2. ^ Lamport, Mark A. (31 August 2017). Encyclopedia of Martin Luther and the Reformation (dalam bahasa English). Rowman & Littlefield Publishers. hlm. 138. ISBN 9781442271593. 
  3. ^ "The Methodist Modern Art Collection" (dalam bahasa English). Methodist Church in Great Britain. 2018. Diakses tanggal 29 April 2018. 
  4. ^ Rowan Williams (2003). The Dwelling of the Light: Praying with Icons of Christ. W.B. Eerdmans. hlm. 83. ISBN 978-0-8028-2778-4. 
  5. ^ "Vatican website: General audience 29 October 1997". vatican.va. Diakses tanggal 2015-04-12. 
  6. ^ Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions by Merriam-Webster (Jan 2000) ISBN 0-87779-044-2 page 231
  7. ^ The Orthodox Christian World Augustine Casiday 2012 ISBN 0-415-45516-2 page 447
  8. ^ https://www.thereformation.info/injunctionsedvi/
  9. ^ https://history.hanover.edu/texts/engref/er78.html
  10. ^ http://www.anglicanlibrary.org/homilies/bk2hom02.htm

Sumber[sunting | sunting sumber]

  • Bryer, Anthony & Herrin, Judith, (penyunting), Iconoclasm, 1977, Centre for Byzantine Studies, Universitas Birmingham, ISBN 0-7044-0226-2
  • Finney, Paul Corby, The Invisible God: The Earliest Christians on Art, Lembaga Pers Universitas Oxford, 1997, ISBN 0-19-511381-0, 9780195113815
  • Freedberg, David, "The Structure of Byzantine and European Iconoclasm", dalam Bryer & Herrin (tersebut di atas)
  • Goody, Jack, Representations and Contradictions: Ambivalence Towards Images, Theatre, Fiction, Relics and Sexuality, London, Penerbit Blackwell, 1997. ISBN 0-631-20526-8.
  • Jensen, Robin Margaret, Understanding Early Christian Art, Routledge, 2000, ISBN 0-415-20454-2, 9780415204545, pratinjau google[pranala nonaktif permanen]
  • Kitzinger, Ernst, "The Cult of Images in the Age before Iconoclasm", Dumbarton Oaks Papers, jld. 8, (1954), hlmn. 83–150, Dumbarton Oaks, Badan Pengurus Dana Amanah untuk Universitas Harvard, JSTOR
  • Rudolph, Conrad, "La resistenza all'arte nell'Occidente," Arti e storia nel Medioevo, (penyunting) Enrico Castelnuovo dan Giuseppe Sergi, 4 jld. (Giulio Einaudi Editore, Turin, 2002-2004) jld. 3, hlmn. 49-84
  • Schiller, Gertrud, Iconography of Christian Art, Jld. II, 1972 (hasil terjemahan dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Inggris), Lund Humphries, London, ISBN 0853313245
  • Toynbee, Jocelyn (J. M. C.), Review of Frühchristliche Sarkophage in Bild und Wort by T. Klauser, The Journal of Roman Studies, Jld. 58, Bagian 1 dan 2 (1968), hlmn. 294–296, Society for the Promotion of Roman Studies, JSTOR