Lompat ke isi

Bandotan gabon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bandotan gabon (Bitis gabonica)

Bandotan gabon (Bitis gabonica) adalah salah satu spesies ular berbisa dari genus Bitis. Sub-spesies bandotan gabon ada dua yaitu bandotan gabon afrika timur dan bandotan gabon afrika barat, Bandotan gabon memiliki tubuh berukuran besar hingga sepanjang 2 meter dengan lingkat tubuh mencapai 47 sentimeter. Warna pada tubuhnya terutama cokelat pucat dan kekuningan dengan pola persegi panjang dan segitiga. Bandotan gabon merupakan spesies ular berbisa dengan taring terpanjang, kepala terbesar dan tubuh terberat di dunia.

Habitat alami dari bandotan gabon ialah di Afrika Sub-Sahara terutama di kawasan khatulistiwa yang berupa hutan hujan dan padang tiah. Bandotan gabon memiliki kemampuan envenomasi dan kamuflase untuk pemangsaan. Sebagian besar waktu dalam hidupnya digunakan untuk berdiam diri menunggu kedatangan mangsa terutama hewan berukuran sedang seperti kelinci dan merpati. Bandotan gabon mengalami masa kehamilan selama 1 tahun dengan musim bertelur pada akhir musim panas. Penduduk di kawasan Retakan Albertine memanfaatkan bandotan gabon sebagai bahan makanan dan bahan pakaian. Selain itu, bandotan gabon juga dijual sebagai hewan peliharaan.

Ciri fisik

[sunting | sunting sumber]

Deskripsi umum

[sunting | sunting sumber]
Tanduk hidung dan pola segitiga berwarna hitam di bagian bawah mata yang menjadi ciri khas dari bandotan gabon.

Ukuran tubuh bandotan gabon termasuk besar dan kekar.[1] Kebesaran ukuran bandotan gabon meliputi panjang dan lingkar tubuhnya.[2] Panjang tubuh bandotan gabon dapat mencapai 2 meter dengan lingkar tubuh mencapai 47 sentimeter.[1] Namun rata-rata bandotan gabon memiliki panjang tubuh 1,2 meter dengan panjang maksimum 1,8 meter.[3]

Pada tubuh bandotan gabon terdapat taring yang dapat mencapai panjang 5,5 sentimeter. Bandotan gabon memiliki suatu sisik-sisik tanduk hidung berukuran kecil dan sisik-sisik yang berbentuk segitiga berwarna hitam di bagian bawah setiap matanya.[1] Pada bagian punggung bandotan gabon terdapat pola persegi panjang warna cokelat pucat atau kekuningan dengan kondisi mengilap seperti karpet oriental. Ujung dari pola persegi panjang ada yang membulat dan ada pula yang meruncing. Pada bagian ujung anterior maupun posteriornya terdapat bentuk segitiga berwarna gelap.[4]

Serangkaian warna kuning atau cokelat pucat membentuk segitiga yang rumit pada sisi tubuh bandotan gabon. Tiap tepi sisik berwarna gelap dan dipisahkan oleh area berwarna cokelat, ungu, dan kuning. Bagian perut bandotan gabon berwarna kekuningan dengan bercak-bercak berwarna cokelat atau hitam. Warna pucat terdapat pada bagian punggung kepala bandotan gabon dengan garis tengah yang tipis berwarna gelap.[5]

Keunikan fisik

[sunting | sunting sumber]
Sebuah rangka bandotan gabon yang memperlihatkan panjang dari tubuhnya.

Bandotan gabon termasuk salah satu ular berbisa terberat di dunia.[6] Berat tubuh bandotan gabon dapat lebih dari 12 kg.[1] Pada bandotan gabon yang memiliki panjang tubuh sekitar 1,8 meter memiliki berat sekitar 16 kg.[3] Lebar kepala bandotan gabon sekitar 15 sentimeter sehingga menjadikannya spesies ular dengan kepala terbesar. Bandotan gabon juga memiliki taring sepanjang 4−5 sentimeter.[7] Panjang taring bandotan gabon yang mencapai 5 sentimeter menjadikannya sebagai spesies ular dengan taring terpanjang.[8]

Taksonomi dan sub-spesies

[sunting | sunting sumber]
Bandotan gabon afrika barat (Bitis gabonica rhinoceros)
Bandotan gabon afrika timur (Bitis gabonica gabonica)

Bandotan gabon tergabung sebagai salah satu dari 16 spesies dalam genus Bitis di Afrika.[9] Nama ilmiah untuk bandotan gabon adalah Bitis gabonica.[10] Bandotan gabon terdiri dari dua sub-spesies yaitu bandotan gabon afrika timur (Bitis gabonica gabonica) dan bandotan gabon afrika barat (Bitis gabonica rhinoceros).

Pola warna pada subspesies bandotan gabon hampir seluruhnya identik. Namun bandotan gabon afrika barat memiliki warna kulit yang terlihat lebih lembut dibandingkan dengan bandotan gabon afrika timur. Perbedaan yang jelas antara bandotan gabon afrika timur dan bandotan gabon afrika barat terlihat pada bagian kepala. Pada bandotan gabon afrika timur terdapat garis-garis subokuler ganda pada kepalanya. Sedangkan bandotan gabon afrika barat memiliki hidung tanduk yang ukurannya lebih besar dibandingkan milik bandotan gabon afrika timur.[11]

Bandotan gabon afrika barat memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan tubuh bandotan gabon afrika timur. Tubuh bandotan gabon afrika timur jarang mencapai panjang 1,5 meter. Sedangkan bandotan gabon afrika barat dapat memiliki tubuh hingga melebihi 2 meter. [12] Pola pada tubuh bandotan gabon afrika timur menyerupai karpet persia dengan pola pada kepala menyerupai daun berukuran besar.[13]

Habitat dan daerah jelajah

[sunting | sunting sumber]
Penyebaran bandotan gabon di Afrika Barat, Afrika Tengah hingga ke Afrika Timur.

Bandotan gabon hidup di sekitar khatulistiwa.[14] Bandotan gabon dapat ditemukan di Afrika Sub-Sahara.[15] Habitat dari bandotan gabon berada di daratan yaitu sabana dan hutan.[9] Namun bandotan gabon lebih menyukai hidup di hutan hujan dan padang tiah.[6] Bandotan gabon dewasa dapat ditemukan berkeliaran secara melimpah di lingkungan dengan suhu 20–22 °C dengan kondisi basah dan kurang terkena cahaya.[14] Gurun tidak menjadi habitat bagi bandotan gabon. Keberadaan bandotan gabon di gurun dianggap sebagai kasus keluar jangkauan dari daerah jelajah.[16]

Bandotan gabon afrika timur tersebar secara meluas di hutan primer dalam kawasan Afrika Tengah termasuk di Cekungan Kongo. Penyebarannya juga mencapai bagian pesisir barat hingga selatan Nigeria.[17] Sementara itu, bandotan gabon afrika barat tersebar pada hutan tropis mulai dari bagian barat negara Ghana menuju ke Pantai Gading, Sierra Leona hingga ke negara Guinea. Penyebaran secara menyeluruh terdapat di Sierra Leona. Sedangkan di negara Ghana, Pantai Gading dan Guinea, bandotan gabon afrika barat tersebar hanya menyebar di bagian selatan saja.[18]

Kemampuan

[sunting | sunting sumber]

Envenomasi

[sunting | sunting sumber]

Bandotan gabon termasuk jenis ular berbisa yang berbahaya karena memiliki bisa yang mematikan.[19] Sekitar 5% dari kasus gigitan ular di sabana Afrika disebabkan oleh bandotan gabon. Selain itu, bandotan gabon juga menyebabkan sekitar 10% dari kasus gigitan ulat di hutan Afrika.[9]

Kamuflase

[sunting | sunting sumber]
Seekor bandotan gabon yang melakukan kamuflase di serasah.

Bandotan gabon memiliki kulit berwarna cokelat terang dan cokelat gelap. Gabungan warna ini memudahkan bandotan gabon untuk melakukan kamuflase.[20] Pada habitat alami, bandotan gabon dapat melakukan kamuflase pada daun dan ranting pohon yang telah mati sehingga keberadaannya hampir tidak terlihat. Kamuflase ini dilakukan sebagai sebagian besar kegiatan bandotan gabon untuk mencari mangsa sebagai makanan.[7]

Pola hidup

[sunting | sunting sumber]

Bandotan gabon menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk berdiam diri sambil melakukan kamuflase untuk menunggu mangsanya. Berdiam diri tidak menjadikan bandotan gabon mengalami stres seperti ular lainnya. Bandotan gabon hanya akan bergerak pada siang hari ketika merasa haus dan lapar. Pada kasus jantan, bergerak pada siang hari merupakan perilaku kawin.[7] Pada penangkaran, bandotan gabon dapat hidup hingga umur 18 tahun.[6]

Kebiasaan makan

[sunting | sunting sumber]

Pemangsaan

[sunting | sunting sumber]
Seekor bandotan gabon yang di dalam lehernya terdapat mangsa yang ditelannya.

Sifat dari bandotan gabon adalah tidak agresif.[6] Selama kamuflase, bandotan gabon hanya akan menunggu kedatangan hewan yang menjadi mangsanya. Bandotan gabon hanya memakan mangsa yang mencapai jangkauan gigitannya. Sebagian besar masa hidup bandotan gabon hanya melakukan kegiatan ini.[7] Bandotan gabon biasanya menahan mangsanya dibandingkan hanya menggigit lalu melepaskan mangsanya.[6]

Ketika lapar, bandotan gabon menyerang mangsanya secara ganas. Pada mangsa yang masih hidup setelah digigit, bandotan gabon akan tetap menahan mangsanya dengan rahang dan taringnya dengan posisi kepala tidak menyentuh tanah. Dosis bisa bandotan gabon akan bertambah pada mangsa yang berukuran lebih besar darinya. Proses penelanan mangsa dilakukan menggunakan taring yang mendorong mangsa ke bagian leher bandotan gabon.[21]

Seekor bandotan gabon yang sedang menelan tikus.

Mangsa utama dari bandotan gabon ialah hewan berukuran sedang. Namun bandotan gabon dewasa mampu memangsa hewan yang cukup besar seperti kelinci dan merpati. Pada beberapa laporan, bandotan gabon memangsa monyet dan antelop. Bandotan gabon akan memuntahkan hewan yang berukuran lebih besar jika sulit ditelan.[14]

Perkembangbiakan

[sunting | sunting sumber]

Masa kehamilan pada bandotan gabon selama satu tahun. Pada habitat alami, bandotan gabon akan bertelur selama akhir musim panas.[6] Proses bertelur pada bandotan gabon berlangsung secara apatis.[7] Bandotan gabon dapat bertelur hingga 60 butir. Namun telur yang berhasil menetas dan bertahan hidup jarang melebihi dari 24 ekor.[6]

Pemanfaatan

[sunting | sunting sumber]

Penduduk di kawasan Retakan Albertine memanfaatkan bandotan gabon sebagai salah satu sumber penghasilan. Di kawasan ini, bandotan gabon dijadikan sebagai bahan makanan dan bahan pakaian serta diperjualbelikan sebagai hewan peliharaan.[22] Bandotan gabon digunakan sebagai bahan makanan oleh penduduk di Hutan Ituri.[23]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Ministry of Health 2019, hlm. 3.
  2. ^ Gianelloni, M., McCoy, D., dan Lipsey, R. (2015). "The Gaboon Viper". 2014-15 Backyard Action Hero Guidebook (PDF). The Louisville Zoo. hlm. 6. 
  3. ^ a b McCullough, Jay, ed. (2017). The Ultimate Guide to U.S. Army Survival Skills, Tactics, and Techniques. New York: Skyhorse Publishing. hlm. 402. ISBN 978-1-60239-050-8. 
  4. ^ Ministry of Health 2019, hlm. 3-4.
  5. ^ Ministry of Health 2019, hlm. 4.
  6. ^ a b c d e f g Christy, M. T. (2016). National Incursion Response Plan for Terrestrial Snakes (PDF) (dalam bahasa Inggris). Canberra: Invasive Animals Cooperative Research Centre. hlm. 47. ISBN 978-0-6480088-6-6. 
  7. ^ a b c d e John dan Bakker 1999, hlm. 107.
  8. ^ Fern, E., dan Tulloch, F., ed. (2007). The Great Book of Questions and Answers (PDF). Slough: Foulsham. hlm. 76. ISBN 978-0-572-03335-4. 
  9. ^ a b c Chippaux, Jean-Phillippe. Snake Venooms and Envenomations [Venins de Serpent et Envenimations] (PDF) (dalam bahasa Inggris). Diterjemahkan oleh Huchzermeyer, F. W. Malabar: Krieger Publishing Company. hlm. 37. ISBN 1-57524-272-9. 
  10. ^ Spawls, Stephen (2017). A Guide to Amphibians and Reptiles of the Maasai Mara Ecosystem (PDF) (dalam bahasa Inggris). Nairobi. hlm. 37. 
  11. ^ John dan Bakker 1999, hlm. 106.
  12. ^ John dan Bakker 1999, hlm. 106-107.
  13. ^ O’Shea, Mark (2023). The Book of Snakes. University of Chicago Press. hlm. 22. doi:10.7208/chicago/9780226832869-005. 
  14. ^ a b c John dan Bakker 1999, hlm. 108.
  15. ^ Everything You Need to Know about Frogs and Other Slippery Creatures (PDF). New York: DK Publishing. 2011. hlm. 76. ISBN 978-0-7566-8232-3. 
  16. ^ Spawls dan Branch 2020, hlm. 15.
  17. ^ Shupe 2013, hlm. 166.
  18. ^ Shupe 2013, hlm. 167.
  19. ^ Spawls dan Branch 2020, hlm. 13.
  20. ^ Lewis, Brenda Ralph (2018). Tim Elex Kids, ed. Monster Alam Mengerikan: Hiu dan Ular Berbisa [Nature's Monster: Sharks and Poisonous Snakes]. Diterjemahkan oleh Kurniawan B., dan Kurnia, A. Jakarta: Elex Media Komputindo. hlm. 38. ISBN 978-602-04-8582-9. Ringkasan. 
  21. ^ John dan Bakker 1999, hlm. 107-108.
  22. ^ Carr, dkk. 2013, hlm. 127.
  23. ^ Carr, dkk. 2013, hlm. 129.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]