Bani Adnan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Bani Adnan
بنو عدنان
Cabang kedar dari Bani Ismail
Ka'bah pada tahun 1718, yang sebelumnya dikuasai oleh Suku Quraisy dari Bani Adnan di masa pra-Islam
Nisbahal-Adnani (maskulin)
al-Adnaniyyah (feminim)
Lokasi asal leluhurArabia Barat, kawasan Tihamah[1] (Saudi Arabia sekarang)
Diturunkan dariAdnan
AgamaIslam
Arabia pra-Islam: Hanif, agama politeisme Arab
Minoritas: Kristiani (Nestorian), Yahudi, Zoroastrianisme, dan lain-lain

Bani Adnan (Arab: عدنانيون) adalah kumpulan suku-suku dari Bani Ismail Arab yang merupakan keturunan Ismail, anak dari seorang Rasul, Ibrahim dan istrinya, Siti Hajar, melalui garis keturunan Adnan, yang berasal dari Hijaz. Nenek moyangnya dapat ditelusuri hingga Nuh dan Adam. Muhammad merupakan keturunan Suku Quraisy dari cabang Bani Adnan.[2]

Menurut tradisi orang-orang Arab, Bani Adnan berasal dari Arabia Utara, tidak seperti Suku Qahthan yang berasal dari Arabia Selatan, yang merupakan keturunan Hud.[3]

Tradisi silsilah Arab[sunting | sunting sumber]

Silsilah keluarga yang menggambarkan cabang-cabang Bani Adnan.
Silsilah keluarga keturunan Bani Adnan.

Menurut tradisi silsilah di Arab, Bani Adnan adalah keturunan dari Adnan yang diturunankan dari Ismail,[4][5][6] sementara Suku Qahthan di Arabia Selatan (Yaman) merupakan suku asli Arab.[7][8]

Historiografi modern[sunting | sunting sumber]

Menurut beberapa sejarawan modern, perbedaan antara kaum Adnan dan Qahtan tidak memiliki bukti dan mungkin telah berkembang dari faksi-faksi selanjutnya selama periode Umayyah.[3]

Bacaan lanjut[sunting | sunting sumber]

Lihat Juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ al-Bakri, Abdullah. Mu'jam mā ista'jam. 1. hlm. 87. 
  2. ^ "Family Tree of Muhammad". 26 December 2018. 
  3. ^ a b Parolin, Gianluca P. (2009). Citizenship in the Arab World: Kin, Religion and Nation-StateAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. hlm. 30. ISBN 978-9089640451. 
  4. ^ Parolin, Gianluca P. (2009). Citizenship in the Arab World: Kin, Religion and Nation-StateAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. hlm. 30. ISBN 978-9089640451. The ‘arabicised or arabicising Arabs’, on the contrary, are believed to be the descendants of Ishmael through Adnan, but in this case the genealogy does not match the Biblical line exactly. The label “arabized” has came about to use is due to the belief that Ishmael spoke Hebrew until he got to Mecca, where he married a Yemeni woman and learnt Arabic. Both genealogical lines go back to Sem, son of Noah, but only Adnanites can claim Abraham as their ascendant, and the lineage of Mohammed, the Seal of Prophets (khatim al-anbiya'), can therefore be traced back to Abraham. Contemporary historiography unveiled the lack of inner coherence of this genealogical system and demonstrated that it finds insufficient matching evidence; the distinction between Qahtanites and Adnanites is even believed to be a product of the Umayyad Age, when the war of factions (al-niza al-hizbi) was raging in the young Islamic Empire. 
  5. ^ Reuven Firestone (1990). Journeys in Holy Lands: The Evolution of the Abraham-Ishmael Legends in Islamic Exegesis. hlm. 72. ISBN 9780791403310. 
  6. ^ Göran Larsson (2003). Ibn García's Shuʻūbiyya Letter: Ethnic and Theological Tensions in Medieval al-Andalus. hlm. 170. ISBN 9004127402. 
  7. ^ Charles Sanford Terry (1911). A Short History of Europe, from the fall of the Roman empire to the fall of the Eastern empire. Taylor & Francis. ISBN 978-1112467356. Diakses tanggal 4 February 2013. 
  8. ^ Luwīs ʻAwaḍ (1987). The Literature of ideas in Egypt, Part 1. Indiana University. hlm. 146. ISBN 978-1555400651. Diakses tanggal 4 February 2013.