Lompat ke isi

Dampak pandemi Covid-19 terhadap jurnalistik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dampak Pandemi Covid-19 sangat terasa terhadap perkembangan industri jurnalistik. Pandemi COVID-19 menjadi peristiwa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi dunia. Segala bidang dan lini kehidupan terkena dampak Pandemi COVID-19, termasuk bidang jurnalistik. Banyak surat kabar lokal sangat terpengaruh oleh hilangnya pendapatan iklan akibat COVID-19; jurnalis telah diberhentikan, dan beberapa publikasi telah ditutup. Penerapan penjagaan jarak fisik oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diikuti seluruh negara termasuk Indonesia mengurangi tradisi mobilitas manusia. Pandemi menjadi awal dari "kepunahan" bagi jurnalistik karena ratusan outlet berita ditutup dan jurnalis diberhentikan di seluruh dunia, anggaran iklan dipotong, dan banyak yang terpaksa memikirkan kembali bagaimana melakukan pekerjaan mereka di tengah pembatasan pergerakan dan akses informasi atau pejabat publik. Wartawan menulis liputan tentang pandemi dan kesalahan informasi, menyediakan informasi terbaru tentang kesehatan masyarakat, dan menyediakan hiburan untuk mengatasi dampak virus. Durasi pandemi yang lama mengakibatkan penurunan informasi COVID-19 yang dapat menimbulkan tantangan bagi jurnalis.[1]

Kebiasaan baru saat pandemi Covid-19 melanda, seperti menjaga jarak fisik membuat pertemuan jurnalis dengan narasumber harus menggunakan fasilitas video conference. Pasalnya jika tetap mengikuti pola kerja normal dalam arti bertemu tatap muka, risikonya adalah keselamatan jurnalis (Ruwyastuti, 2020). Abdul Manan dari Tempo menuturkan bahwa ketiadaan pertemuan tatap muka dalam liputan menyulitkan jurnalis karena kebiasaan jurnalis di Indonesia adalah melakukan wawancara doorstop setiap selesai acara konferensi pers. Selain itu, jika jurnalis hendak menanyakan lebih lanjut berkaitan dengan penjelasan yang disampaikan narasumber lewat video conference, tidak semua narasumber langsung merespon panggilan telepon atau percakapan instan yang diajukan jurnalis. Kesulitan lain adalah pada jurnalis yang membutuhkan informasi berupa gambar, hal itu tidak memungkinkan dengan liputan jarak jauh.[2]

Jurnalistik dalam Pandemi

[sunting | sunting sumber]

Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak besar pada dunia jurnalisme. Karena krisis ini mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan, jurnalis di seluruh dunia. Banyak tantangan besar dalam melaporkan berita dan memberikan informasi yang akurat kepada publik. Beberapa dampak yang paling terlihat dari pandemi COVID-19 terhadap jurnalisme antara lain:

Pertama, Kesulitan Akses Informasi. Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan penguncian wilayah dan pembatasan perjalanan yang berdampak pada kesulitan akses jurnalis untuk melaporkan berita. Banyak sumber informasi tidak dapat diakses, dan banyak kegiatan dilakukan secara daring yang dapat membatasi akses jurnalis untuk mengambil foto dan video langsung. Kedua, Peningkatan Tekanan pada Jurnalis. Jurnalis juga menghadapi tekanan yang lebih besar selama pandemi. Mereka terus menghadapi risiko tinggi terkena COVID-19 saat melaporkan berita di lapangan. Selain itu, mereka juga menghadapi tekanan dari kelompok-kelompok yang merasa tidak puas dengan liputan mereka, serta peningkatan serangan dan ancaman terhadap mereka. Ketiga, Perubahan dalam Cara Melaporkan Berita. Banyak media telah beralih ke format daring dalam merespon pandemi COVID-19, yang mengakibatkan perubahan signifikan dalam cara melaporkan berita. Beberapa media menghentikan atau mengurangi distribusi cetak mereka, dan memperluas cakupan mereka secara daring. Selain itu, ada juga peningkatan dalam penggunaan konferensi pers dan wawancara jarak jauh. Keempat, Perubahan Fokus Berita. Pandemi COVID-19 telah mengubah fokus berita dan menyebabkan pergeseran signifikan dalam isu-isu yang dilaporkan oleh jurnalis. Banyak media menekankan pada berita terkait COVID-19 dan dampaknya pada masyarakat, ekonomi, dan kesehatan. Hal ini dapat mengurangi cakupan berita tentang topik lain yang tidak terkait dengan pandemi.

Dampak Pandemi terhadap Jurnalistik di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang signifikan pada industri jurnalistik di Indonesia. Berikut adalah beberapa dampak pandemi COVID-19 pada jurnalistik Indonesia:

Pertama, Penurunan Pendapatan. Industri jurnalistik Indonesia mengalami penurunan pendapatan selama pandemi COVID-19. Banyak perusahaan media yang mengurangi tenaga kerja dan bahkan menghentikan operasinya karena penurunan iklan dan pendapatan. Kedua, Kesulitan dalam Melakukan Peliputan. Pandemi COVID-19 mengubah cara jurnalis melaksanakan tugas peliputan mereka. Pembatasan perjalanan dan protokol kesehatan yang ketat membuat jurnalis sulit untuk melakukan peliputan di luar ruangan dan meliput acara besar seperti konferensi pers dan pertemuan umum. Sebagai hasilnya, banyak berita didasarkan pada sumber yang tidak terverifikasi dan tidak dapat diverifikasi. Ketiga, Perubahan Isi Berita. Pandemi COVID-19 menyebabkan banyak berita tentang COVID-19 yang menarik perhatian masyarakat. Hal ini menyebabkan pergeseran dalam fokus pemberitaan dan banyak topik lainnya terabaikan. Banyak media juga menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan memperbanyak pemberitaan tentang COVID-19. Keempat, Tantangan dalam Menghadapi Misinformasi. Pandemi COVID-19 juga menyebabkan banyak informasi palsu atau hoaks tentang COVID-19 yang menyebar di media sosial. Hal ini menimbulkan tantangan bagi jurnalis untuk memeriksa kebenaran informasi dan menyebarkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Masduki, Masduki; Prastya, Narayana Mahendra (2022-01-31). "Perubahan Pola Kerja Jurnalistik Pasca COVID-19 dan Penurunan Kualitas Berita di Indonesia". Jurnal Ilmu Komunikasi. 19 (3): 266–280. doi:10.31315/jik.v19i3.5058. ISSN 2407-8220. 
  2. ^ Erwanti, Marlinda Oktavia. "PWI Bicara Dampak Luar Biasa COVID-19 ke Jurnalisme". detiknews. Diakses tanggal 2023-04-10. 
  3. ^ Erwanti, Marlinda Oktavia. "PWI Bicara Dampak Luar Biasa COVID-19 ke Jurnalisme". detiknews. Diakses tanggal 2023-04-10.