Domestikasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Anjing dan domba merupakan hewan-hewan yang pertama kali didomestikasi, masing-masing setidaknya 15.000 dan 11.000 tahun yang lalu.[1]
Padi didomestikasi di Tiongkok sekitar 13.500 hingga 8.200 tahun yang lalu.[2]

Domestikasi merupakan pengadopsian suatu makhluk hidup (misalnya tumbuhan dan hewan) yang semula hidup secara liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Hubungan antara manusia dan organisme lain ini bersifat mutualistik yang berlangsung multigenerasi. Proses domestikasi terjadi secara bertahap dan tersebar secara geografis.

Hewan pertama yang didomestikasi adalah anjing, yaitu setidaknya 15.000 tahun yang lalu. Hewan-hewan lain seperti kambing, domba, dan sapi didomestikasi sejak sekitar 11.000 tahun yang lalu. Ayam didomestikasi di Asia Timur sekitar 7.000 tahun yang lalu dan diduga untuk sabung ayam. Kuda mulai didomestikasi sekitar 5.500 tahun yang lalu di Asia Tengah sebagai hewan pekerja. Di antara invertebrata, ngengat sutra dan lebah madu barat didomestikasi lebih dari 5.000 tahun yang lalu untuk diambil sutra dan madunya.

Domestikasi tumbuhan dimulai sekitar 13.000–11.000 tahun yang lalu, dimulai dengan serealia seperti gandum dan jali di Timur Tengah, bersama dengan tanaman seperti lentil, ercis, dan flaks. Padi pertama kali dibudidayakan di Tiongkok sekitar 13.500 hingga 8.200 tahun yang lalu. Sejak sekitar 10.000 tahun yang lalu, masyarakat adat di benua Amerika mulai menanam kacang tanah, labu, jagung, kentang, kapas, dan singkong. Di Afrika, tanaman seperti sorgum didomestikasi. Pertanian berkembang di 13 lokasi utama di seluruh dunia, disertai dengan proses domestikasi berbagai tumbuhan dan hewan.

Domestikasi memengaruhi gen yang mengatur perilaku hewan sehingga hewan domestik menjadi kurang agresif. Pada tumbuhan, domestikasi memengaruhi gen yang mengatur morfologi sehingga terjadi peningkatan ukuran benih dan menghentikan hancurnya kepala benih seperti pada gandum. Perubahan-perubahan tersebut membuat organisme domestik lebih mudah ditangani manusia dan membuat kemampuan mereka untuk bertahan hidup di alam liar menjadi turun.

Definisi[sunting | sunting sumber]

Domestikasi (berbeda dengan penjinakan hewan secara individual[3][4][5]), berasal dari bahasa Latin domesticus, 'dimiliki oleh rumah'.[6] Istilah ini masih didefinisikan secara longgar hingga abad ke-21, saat arkeolog Amerika Serikat Melinda A. Zeder mendefinisikannya sebagai "hubungan jangka panjang ketika manusia mengambil alih kendali dan perawatan organisme lain untuk mendapatkan pasokan sumber daya yang dapat diprediksi, sehingga menghasilkan keuntungan bersama".[7] Ia juga menyatakan bahwa domestikasi tidak identik dengan pertanian karena pertanian bergantung pada organisme hasil domestikasi, tetapi domestikasi tidak secara otomatis menghasilkan pertanian.[7][8]

Sindrom domestikasi adalah rangkaian sifat fenotipe yang muncul selama proses domestikasi awal dan membedakan tumbuhan domestik dari nenek moyangnya yang liar.[9][10] Istilah sindrom domestikasi juga dapat berarti rangkaian perbedaan yang dapat diamati pada hewan domestik, tetapi belum tentu mencerminkan proses domestikasi awal. Perbedaan antara hewan domestik dengan nenek moyangnya yang liar meliputi meningkatnya kejinakan, perubahan warna bulu, pengecilan ukuran gigi, perubahan morfologi kraniofasial, perubahan bentuk telinga dan ekor (misalnya telinga terkulai), perubahan siklus estrus, perubahan kadar hormon adrenokortikotropik dan neurotransmiter, pemanjangan perilaku remaja, serta berkurangnya ukuran otak dan wilayah otak tertentu.[11]

Penyebab dan waktu[sunting | sunting sumber]

Domestikasi hewan dan tumbuhan dipicu oleh perubahan iklim dan lingkungan yang terjadi setelah puncak Glasial Maksimum Terakhir dan berlanjut hingga saat ini. Perubahan-perubahan ini membuat manusia sulit memperoleh makanan dengan berburu dan meramu.[12] Anjing merupakan hewan pertama yang didomestikasi, yaitu setidaknya 15.000 tahun yang lalu.[1] Masa Dryas Terkini pada 12.900 tahun yang lalu merupakan periode musim dingin dan kekeringan ekstrem yang memberikan tekanan pada manusia untuk mengintensifkan strategi mencari makan, tetapi tidak mendukung pertanian. Pada awal Holosen 11.700 tahun yang lalu, kondisi iklim yang menguntungkan dan peningkatan populasi manusia menginisiasi domestikasi hewan dan tumbuhan dalam skala kecil, yang memungkinkan manusia menambah persediaan makanan mereka.[13]

Garis waktu beberapa peristiwa domestikasi utama
Peristiwa Pusat asal Tujuan Waktu

(berapa tahun lalu)

Perambahan tumbuhan liar Asia Makanan > 23.000
Anjing Eurasia Komensal > 15.000
Padi Tiongkok Makanan 13.500–8.200
Gandum, jali Timur Dekat Makanan 13.000–11.000
Flaks Timur Dekat Tekstil 13.000–11.000[14]
Kambing, domba, babi, sapi Timur Dekat, Asia Selatan Makanan 11.000–10.000
Ayam Asia Timur Sabung ayam 7.000
Kuda Asia Tengah Pekerja, tunggangan 5.500

Munculnya anjing domestik dalam catatan arkeologi diikuti oleh domestikasi hewan ternak dan tanaman seperti gandum dan jali, penemuan pertanian, dan transisi dari pemburu-pengumpul menjadi bertani di berbagai tempat dan waktu di seluruh planet ini.[1][15][16] Di Hilal Subur 11.000–10.000 tahun yang lalu, zooarkeologi menunjukkan bahwa kambing, babi, domba, dan sapi taurin merupakan hewan-hewan ternak pertama yang didomestikasi. Dua ribu tahun kemudian, sapi zebu berpunuk didomestikasi di tempat yang sekarang disebut Balochistan di Pakistan. Di Asia Timur 8.000 tahun yang lalu, babi didomestikasi dari babi hutan yang secara genetik berbeda dengan babi yang ditemukan di Hilal Subur. Kuda didomestikasi di padang rumput Asia Tengah 5.500 tahun yang lalu.[1] Kucing didomestikasi di Hilal Subur, mungkin 10.000 tahun yang lalu.[17] Pasokan makanan yang stabil dari pertanian, ketergantungan pada spesies tumbuhan dan hewan peliharaan, serta perubahan-perubahan besar yang disebut sebagai transisi Neolitikum, masyarakat pertanian pun terbentuk di seluruh Eurasia, Afrika Utara, serta Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Hal ini melibatkan perubahan-perubahan besar pada masyarakat manusia: populasi dengan kepadatan lebih tinggi di pusat-pusat domestikasi,[1][18] perluasan ekonomi pertanian, dan pengembangan komunitas perkotaan.[1][19]

Pusat asal-usul dan penyebaran pertanian pada revolusi Neolitikum seperti yang dipahami pada tahun 2003[20]

Domestikasi hewan[sunting | sunting sumber]

Hewan domestik cenderung lebih kecil dan kurang agresif dibandingkan leluhurnya, satwa liar; banyak hewan domestik yang memiliki ciri lain seperti moncong yang lebih pendek.[21] Tengkorak serigala abu-abu (kiri), anjing chihuahua (kanan)

Domestikasi hewan terjadi ketika manusia memengaruhi cara suatu hewan hidup dan bereproduksi selama banyak generasi.[7] Dalam bukunya yang terbit tahun 1868, The Variation of Animals and Plants Under Domestication, Charles Darwin menuliskan sejumlah kecil sifat yang membuat spesies domestik berbeda dari nenek moyangnya di alam liar. Ia juga merupakan orang pertama yang mengenali perbedaan antara seleksi buatan yang dilakukan secara sadar (saat manusia memilih sifat-sifat yang diinginkan) dan seleksi tak sadar (saat suatu organisme berevolusi dan mengalami perubahan sifat sebagai hasil dari seleksi alam atau dari seleksi sifat-sifat lain).[22][23][24]

Ada perbedaan antara populasi hewan domestik dan satwa liar; perbedaan-perbedaan ini disebut dengan sindrom domestikasi, baik berupa perubahan-perubahan sifat yang terjadi pada tahap awal domestikasi maupun sifat-sifat perbaikan yang muncul pada tahap lanjut dari domestikasi.[9][25][26] Hewan domestik cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dan sifatnya kurang agresif dibandingkan hewan liar; ciri umum lainnya adalah telinga yang terkulai, otak yang berukuran lebih kecil, dan moncong yang lebih pendek.[21] Sifat-sifat domestikasi pada umumnya sudah menetap pada semua hewan domestik dan terpilih pada tahap awal domestikasi hewan atau tumbuhan tersebut, sedangkan sifat-sifat perbaikan hanya terdapat pada sebagian hewan domestik, meskipun sifat-sifat perbaikan tersebut mungkin menetap pada galur tertentu atau pada populasi regional.[25][26][27]

Menurut ahli biologi Jared Diamond, hewan perlu memenuhi enam kriteria agar lebih mudah didomestikasi: (1) pakannya mudah didapatkan; hewan tersebut harus mau memakan makanan yang berada di luar piramida makanan manusia (seperti gandum atau jagung), pakannnya tidak digunakan oleh manusia (seperti rumput), dan ekonomis untuk penyimpanannya; (2) tumbuh dewasa dengan cepat sehingga mempercepat proses perkembangbiakkan dan pemanfaatannya oleh manusia; (3) dapat dikembangbiakkan dalam penangkaran; (4) tidak agresif; (5) tidak mudah stres; dan (6) memiliki hierarki sosial yang dapat dimodifikasi.[28]

Beberapa penulis lain menyatakan bahwa spesies hewan tertentu, dan individu tertentu dalam spesies tersebut, merupakan kandidat yang lebih baik untuk didomestikasi karena beberapa karakteristik seperti (1) sifat organisasi dan besarnya struktur sosial hewan; (2) ketersediaan pasangan dan tingkat selektivitas hewan dalam memilih pasangan; (3) kemudahan dan kecepatan ikatan induk hewan dengan anak mereka, serta tingkat kedewasaan dan mobilitas anak hewan saat ia lahir; (4) tingkat fleksibilitas dalam pola makan dan toleransi habitat; serta (5) respons hewan terhadap manusia dan lingkungan baru, termasuk berkurangnya respons melarikan diri dan reaktivitas terhadap rangsangan eksternal.[29][30][31]

Domestikasi tumbuhan[sunting | sunting sumber]

Petani dengan gandum dan ternak pada lukisan Mesir Kuno 3.400 tahun yang lalu

Domestikasi tumbuhan "memaksa" manusia untuk menghentikan perilaku pengembaraan dan mulai menetap sehingga melahirkan peradaban dan teknologi budidaya pertanian. Tumbuhan yang dibudidayakan biasanya disebut sebagai tanaman. Manusia merambah serealia, biji-bijian, dan kacang-kacangan liar selama ribuan tahun sebelum tumbuhan-tumbuhan tersebut didomestikasi. Gandum dan jali liar, misalnya, dirambah di Levant setidaknya 23.000 tahun yang lalu.[32] Masyarakat Neolitikum di Asia Barat mulai membudidayakan dan kemudian mendomestikasi sebagian tumbuhan tersebut sekitar 13.000 hingga 11.000 tahun yang lalu.[32] Tanaman awal yang didomestikasi di Asia Barat pada masa Neolitikum di antaranya serealia (gandum emmer, einkorn, dan barli), kacang-kacangan (lentil, kacang polong, kacang arab, ervil), dan flaks.[14][33] Tumbuhan-tumbuhan lain didomestikasi secara mandiri di 13 pusat asal (yang dibagi lagi menjadi 24 wilayah) di Amerika, Afrika, dan Asia (Timur Tengah, Asia Selatan, Timur Jauh, serta Nugini dan Wallacea); di sekitar tiga belas wilayah ini, orang-orang mulai menanam rumput dan biji-bijian.[34][35] Padi pertama kali dibudidayakan di Asia Timur.[2][36] Sorgum dibudidayakan secara luas di Afrika sub-Sahara,[37] sementara kacang tanah,[38] labu,[38][39] kapas,[38] jagung,[40] kentang,[41] dan singkong[42] dibudidayakan di Amerika.[38]

Bulir gandum liar pecah saat matang, tetapi gandum domestik harus dirontokkan (seperti pada gambar) untuk melepaskan bulirnya. Gambar oleh Harold Weston, Iran, 1920-an

Domestikasi yang berkelanjutan dilakukan secara bertahap dan tersebar secara geografis—terjadi dalam banyak tahap kecil dan tersebar di wilayah yang luas—berdasarkan bukti arkeologi dan genetika.[43] Domestikasi tumbuhan merupakan proses coba-coba yang terjadi secara berkala dan sering kali menghasilkan sifat dan karakteristik yang berbeda[44]

Jika domestikasi hewan paling berdampak pada gen yang mengendalikan perilaku, domestikasi tumbuhan paling berdampak pada gen yang mengendalikan morfologi (ukuran benih, arsitektur tanaman, mekanisme penyebaran) dan fisiologi (waktu perkecambahan atau pematangan),[29][16] seperti dalam domestikasi gandum. Bulir gandum liar hancur dan jatuh ke tanah untuk disemai kembali ketika sudah matang, tetapi gandum domestik tetap berada di batangnya agar lebih mudah dipanen. Perubahan ini dimungkinkan karena adanya mutasi acak pada populasi gandum liar pada awal penanaman gandum. Gandum yang mengalami mutasi ini lebih sering dipanen dan menjadi benih untuk tanaman berikutnya. Oleh karena itu, tanpa disadari, petani-petani zaman dahulu memilih mutasi ini. Hasilnya adalah gandum domestik yang bergantung pada petani untuk reproduksi dan penyebaran gandum.[32]

Domestikasi fungi[sunting | sunting sumber]

Beberapa spesies fungi telah didomestikasi untuk dikonsumsi langsung sebagai makanan atau difermentasikan untuk menghasilkan makanan dan obat-obatan. Jamur kancing Agaricus bisporus banyak dibudidayakan untuk dijadikan makanan. Khamir Saccharomyces cerevisiae telah digunakan selama ribuan tahun untuk memfermentasi bir dan anggur, serta sebagai ragi untuk roti.[45] Kapang, termasuk Penicillium, digunakan untuk mematangkan keju dan produk susu lainnya, serta membuat obat-obatan seperti antibiotik.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f MacHugh, David E.; Larson, Greger; Orlando, Ludovic (2017). "Taming the Past: Ancient DNA and the Study of Animal Domestication". Annual Review of Animal Biosciences. 5 (1): 329–351. doi:10.1146/annurev-animal-022516-022747. ISSN 2165-8102. 
  2. ^ a b Normile, Dennis (1997). "Yangtze Seen as Earliest Rice Site". Science. 275 (5298): 309–309. doi:10.1126/science.275.5298.309. ISSN 0036-8075. 
  3. ^ Price, Edward O. (2008). Principles and applications of domestic animal behavior: an introductory text. Cambridge University Press. ISBN 9781780640556. Diakses tanggal 21 Januari 2016. 
  4. ^ Driscoll, Carlos A.; Macdonald, David W.; O'Brien, Stephen J. (2009). "From wild animals to domestic pets, an evolutionary view of domestication". Proceedings of the National Academy of Sciences. 106 (supplement_1): 9971–9978. doi:10.1073/pnas.0901586106. ISSN 0027-8424. 
  5. ^ Diamond, Jared (2012). "Chapter 1". Dalam Gepts, P. Biodiversity in Agriculture: Domestication, Evolution, and Sustainability. Cambridge University Press. hlm. 13. 
  6. ^ "Domesticate". Oxford Dictionaries. Oxford University Press. 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Juli 2012. 
  7. ^ a b c Zeder, Melinda A. (2015). "Core questions in domestication research". Proceedings of the National Academy of Sciences. 112 (11): 3191–3198. doi:10.1073/pnas.1501711112. ISSN 0027-8424. 
  8. ^ Purugganan, Michael D. (2022). "What is domestication?". Trends in Ecology & Evolution. 37 (8): 663–671. doi:10.1016/j.tree.2022.04.006. 
  9. ^ a b Olsen, Kenneth M.; Wendel, Jonathan F. (2013). "A Bountiful Harvest: Genomic Insights into Crop Domestication Phenotypes". Annual Review of Plant Biology. 64 (1): 47–70. doi:10.1146/annurev-arplant-050312-120048. ISSN 1543-5008. 
  10. ^ Hammer, Karl (1984). "Das Domestikationssyndrom". Die Kulturpflanze. 32 (1): 11–34. doi:10.1007/BF02098682. ISSN 0075-7209. 
  11. ^ Wilkins, Adam S; Wrangham, Richard W; Fitch, W Tecumseh (2014). "The "Domestication Syndrome" in Mammals: A Unified Explanation Based on Neural Crest Cell Behavior and Genetics". Genetics. 197 (3): 795–808. doi:10.1534/genetics.114.165423. ISSN 1943-2631. PMC 4096361alt=Dapat diakses gratis. PMID 25024034. 
  12. ^ Platt, Daniel E.; Haber, Marc; Dagher-Kharrat, Magda Bou; Douaihy, Bouchra; Khazen, Georges; Ashrafian Bonab, Maziar; Salloum, Angélique; Mouzaya, Francis; Luiselli, Donata (2017). "Mapping Post-Glacial expansions: The Peopling of Southwest Asia". Scientific Reports. 7 (1). doi:10.1038/srep40338. ISSN 2045-2322. PMC 5216412alt=Dapat diakses gratis. PMID 28059138. 
  13. ^ McHugo, Gillian P.; Dover, Michael J.; MacHugh, David E. (2019). "Unlocking the origins and biology of domestic animals using ancient DNA and paleogenomics". BMC Biology. 17 (1). doi:10.1186/s12915-019-0724-7. ISSN 1741-7007. PMC 6889691alt=Dapat diakses gratis. PMID 31791340. 
  14. ^ a b Zohary, Hopf & Weiss 2012, hlm. 139.
  15. ^ Fuller, Dorian Q; Willcox, George; Allaby, Robin G. (2011). "Cultivation and domestication had multiple origins: arguments against the core area hypothesis for the origins of agriculture in the Near East". World Archaeology. 43 (4): 628–652. doi:10.1080/00438243.2011.624747. ISSN 0043-8243. 
  16. ^ a b Zeder, Melinda A. (2006). "Archaeological approaches to documenting animal domestication". Dalam Zeder, M. A.; Bradley, D. G.; Emshwiller, E.; Smith, B. D. Documenting Domestication: New Genetic and Archaeological Paradigms. Berkeley: University of California Press. hlm. 209–227. 
  17. ^ Driscoll, Carlos A.; Clutton-Brock, Juliet; Kitchener, Andrew C.; O'Brien, Stephen J. (2009). "The Taming of the Cat". Scientific American. 300 (6): 68–75. doi:10.1038/scientificamerican0609-68. ISSN 0036-8733. 
  18. ^ Bocquet-Appel, Jean-Pierre (2011). "When the World's Population Took Off: The Springboard of the Neolithic Demographic Transition". Science. 333 (6042): 560–561. doi:10.1126/science.1208880. ISSN 0036-8075. 
  19. ^ Barker, G. (2006). The Agricultural Revolution in Prehistory: Why Did Foragers Become Farmers?. Oxford University Press. 
  20. ^ Diamond, Jared; Bellwood, P. (2003). "Farmers and Their Languages: The First Expansions". Science. 300 (5619): 597–603. Bibcode:2003Sci...300..597D. CiteSeerX 10.1.1.1013.4523alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1126/science.1078208. PMID 12714734. 
  21. ^ a b Frantz, Laurent A. F.; Bradley, Daniel G.; Larson, Greger; Orlando, Ludovic (2020). "Animal domestication in the era of ancient genomics". Nature Reviews Genetics. 21 (8): 449–460. doi:10.1038/s41576-020-0225-0. ISSN 1471-0056. 
  22. ^ Darwin, Charles (1868). The Variation of Animals and Plants Under Domestication. London: John Murray. OCLC 156100686. 
  23. ^ Diamond 2005, hlm. 130.
  24. ^ Larson, Greger; Piperno, Dolores R.; Allaby, Robin G.; Purugganan, Michael D.; Andersson, Leif; Arroyo-Kalin, Manuel; Barton, Loukas; Climer Vigueira, Cynthia; Denham, Tim (2014). "Current perspectives and the future of domestication studies". Proceedings of the National Academy of Sciences. 111 (17): 6139–6146. doi:10.1073/pnas.1323964111. ISSN 0027-8424. 
  25. ^ a b Doust, Andrew N.; Lukens, Lewis; Olsen, Kenneth M.; Mauro-Herrera, Margarita; Meyer, Ann; Rogers, Kimberly (2014). "Beyond the single gene: How epistasis and gene-by-environment effects influence crop domestication". Proceedings of the National Academy of Sciences. 111 (17): 6178–6183. doi:10.1073/pnas.1308940110. ISSN 0027-8424. 
  26. ^ a b Larson, Greger; Fuller, Dorian Q. (2014-11-23). "The Evolution of Animal Domestication". Annual Review of Ecology, Evolution, and Systematics (dalam bahasa Inggris). 45 (1): 115–136. doi:10.1146/annurev-ecolsys-110512-135813. ISSN 1543-592X. 
  27. ^ Meyer, Rachel S.; Purugganan, Michael D. (2013). "Evolution of crop species: genetics of domestication and diversification". Nature Reviews Genetics. 14 (12): 840–852. doi:10.1038/nrg3605. ISSN 1471-0056. 
  28. ^ Diamond, Jared M. (1998). Guns, Germs and Steel: A Short History of Everybody for the Last 13,000 Years. Vintage. ISBN 978-0-09-930278-0. 
  29. ^ a b Zeder, Melinda A. (2012). "The Domestication of Animals". Journal of Anthropological Research. 68 (2): 161–190. doi:10.3998/jar.0521004.0068.201. ISSN 0091-7710. 
  30. ^ Price, Edward O. (2002). Animal Domestication and Behavior (PDF). Wallingford, UK: CABI Publishing. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal May 17, 2017. Diakses tanggal February 29, 2016. 
  31. ^ Price, Edward O. (2002). Animal Domestication and Behavior (PDF). Wallingford, UK: CABI Publishing. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 17 Mei 2017. Diakses tanggal 29 Februari 2016. 
  32. ^ a b c Purugganan, Michael D.; Fuller, Dorian Q. (2009). "The nature of selection during plant domestication". Nature. 457 (7231): 843–848. doi:10.1038/nature07895. ISSN 0028-0836. 
  33. ^ Banning 2002.
  34. ^ Zohary, Daniel; Hopf, Maria; Weiss, Ehud (2013). Domestication of plants in the Old World: the origin and spread of domesticated plants in south-west Asia, Europe, and the Mediterranean basin (edisi ke-4). Oxford: Oxford Univ. Press. ISBN 978-0-19-968817-3. 
  35. ^ Harris, David R., ed. (1996). The Origins and Spread of Agriculture and Pastoralism in Eurasia. London: UCL Press. hlm. 142–158. ISBN 978-1-85728-537-6. 
  36. ^ Zhao, Zhijun (2011). "New Archaeobotanic Data for the Study of the Origins of Agriculture in China". Current Anthropology. 52 (S4): S295–S306. doi:10.1086/659308. ISSN 0011-3204. 
  37. ^ Carney, Judith Ann; Rosomoff, Richard Nicholas (2011). In the Shadow of Slavery: Africa’s Botanical Legacy in the Atlantic World. Berkeley: Univ. of California Press. hlm. 16. ISBN 978-0-520-26996-5. 
  38. ^ a b c d Dillehay, Tom D.; Rossen, Jack; Andres, Thomas C.; Williams, David E. (2007). "Preceramic Adoption of Peanut, Squash, and Cotton in Northern Peru". Science. 316 (5833): 1890–1893. doi:10.1126/science.1141395. ISSN 0036-8075. 
  39. ^ Smith, Bruce D. (2006). "Eastern North America as an independent center of plant domestication". Proceedings of the National Academy of Sciences. 103 (33): 12223–12228. doi:10.1073/pnas.0604335103. ISSN 0027-8424. 
  40. ^ Piperno, Dolores R. (2011). "The Origins of Plant Cultivation and Domestication in the New World Tropics: Patterns, Process, and New Developments". Current Anthropology. 52 (S4): S453–S470. doi:10.1086/659998. ISSN 0011-3204. 
  41. ^ Spooner, David M.; McLean, Karen; Ramsay, Gavin; Waugh, Robbie; Bryan, Glenn J. (2005). "A single domestication for potato based on multilocus amplified fragment length polymorphism genotyping". Proceedings of the National Academy of Sciences. 102 (41): 14694–14699. doi:10.1073/pnas.0507400102. ISSN 0027-8424. PMC 1253605alt=Dapat diakses gratis. PMID 16203994. 
  42. ^ Olsen, Kenneth M.; Schaal, Barbara A. (1999). "Evidence on the origin of cassava: Phylogeography of Manihot esculenta". Proceedings of the National Academy of Sciences. 96 (10): 5586–5591. doi:10.1073/pnas.96.10.5586. ISSN 0027-8424. 
  43. ^ Gross, Briana L.; Olsen, Kenneth M. (2010). "Genetic perspectives on crop domestication". Trends in Plant Science. 15 (9): 529–537. doi:10.1016/j.tplants.2010.05.008. 
  44. ^ Hughes, Aoife; Oliveira, Hugo R.; Fradgley, Nick; Corke, Fiona M. K.; Cockram, James; Doonan, John H.; Nibau, Candida (2019). "μCT trait analysis reveals morphometric differences between domesticated temperate small grain cereals and their wild relatives". The Plant Journal. 99 (1): 98–111. doi:10.1111/tpj.14312. ISSN 0960-7412. 
  45. ^ Legras, Jean‐Luc; Merdinoglu, Didier; Cornuet, Jean‐Marie; Karst, Francis (2007). "Bread, beer and wine: Saccharomyces cerevisiae diversity reflects human history". Molecular Ecology. 16 (10): 2091–2102. doi:10.1111/j.1365-294X.2007.03266.x. ISSN 0962-1083.