Estivasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Estivasi adalah kondisi ketidakaktifan hewan sebagai bentuk respon terhadap suhu lingkungan yang sangat panas. Hewan yang melakukan estivasi akan mengalami penurunan laju metabolisme di dalam tubuhnya untuk dapat bertahan hidup tanpa makanan dan air. Hewan-hewan tersebut biasanya akan berdiam diri di lubang, gua, atau tempat teduh lainnya hingga hujan turun. Estivasi sering disandingkan dengan hibernasi karena sama-sama kondisi ketidakaktifan hewan, tetapi hibernasi terjadi pada suhu lingkungan yang sangat dingin. Hewan yang mengalami estivasi diantaranya buaya dan katak serta beberapa jenis siput darat.[1][2][3]

Keong Rawa[sunting | sunting sumber]

Salah satu hewan yang mengalami estivasi adalah keong rawa. Keong rawa spesies Pomacea canaliculta yang dapat ditemukan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia, mampu bertahan pada lingkungan ekstrem dengan tingkat keasaman 4-4,5. Keong rawa jenis ini berestavasi terhadap kekeringan di perairan yang tidak mengalir dan sangat berlumpur dengan cara membenamkan diri ke dalam lumpur. Keong rawa dapat bertahan selama lebih dari satu tahun tanpa makan dengan tingkat mortalitas yang rendah. Hal ini dapat dijumpai pada lahan-lahan gambut yang terbakar.[4]

Plankton[sunting | sunting sumber]

Plankton spesies Cepapoda diocious melakukan estivasi dengan cara membungkus diri dengan selubung organik yang keras dan menjadi siste. Hal tersebut berlanjut hingga hewan ini berhasil melahirkan keturunan baru. Masa estivasi hewan ini dapat berlangsung selama 6 bulan hingga hingga lebih dari satu tahun di lingkungan air tawar.[5]

Ikan paru-paru[sunting | sunting sumber]

Ikan paru-paru, terutama spesies Protopterus aethiopicus, yang mendiami aliran Sungai Nil dan beberapa danau seperi Danau Tanganyika terkenal karena keistimewaanya dalam berestivasi. Ikan tersebut mampu bertahan hidup pada lingkungan bersuhu 25o-30o C. Protopterus aethiopicus berestivasi dengan menggali lubang untuk bersembunyi. Protopterus aethiopicus betina akan bersembunyi hingga telur yang dieraminya menetas.[6]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Tok, Panji (02-11-2015). "TORPOR, HIBERNASI, DAN ESTIVASI". edubio.info. Diakses tanggal 14-06-2020. 
  2. ^ Edison, Lampu (30-09-2018). "Hibernasi Di Musim Panas". kumparan.com. Diakses tanggal 14-06-2020. 
  3. ^ Piantadosi, Claude (2003). The BIOLOGY of HUMAN SURVIVAL: Life and Death in Extreme Environtments. New York: Oxford University Press. hlm. 111-112. ISBN 0-19-516-501-2. 
  4. ^ Dharmawati, Siti, dkk., (2016). "BIOLOGI KEONG RAWA (Pomacea glauca dan Pomacea canaliculata) DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN". Media Sains. 9 (1): 108. ISSN 2355-9136. 
  5. ^ Agustini, Maria; Madyowati, Sri Oetami (2017). "BIODIVERSITAS PLANKTON PADA BUDIDAYA POLIKULTUR DI DESA SAWOHAN KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan. Universitas Trunojoyo Madura. III: 301. 
  6. ^ Dewantoro, Gema Wahyu; Rachmatika, Ike (2016). Jenis Ikan Introduksi dan Invasif Asing di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. hlm. 24–25. ISBN 978-979-799-848-6.