Furisode

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wanita muda mengenakan furisode

Furisode (振袖) adalah kimono berlengan lebar yang dikenakan wanita muda yang belum menikah. Dibuat dari bahan berwarna cerah, motif kain berupa bunga dan tanaman, keindahan musim, binatang, atau burung yang digambar dengan tangan memakai teknik yuzen. Kain bisa bertambah mewah dengan tambahan bordiran benang emas.

Bukaan di bagian lengan kimono yang berdekatan dengan ketiak disebut furiyatsuguchi (振八つ口). Bukaan tersebut sengaja tidak dijahit hingga membentuk kantong lengan baju yang disebut tamoto () hingga ke bagian ujung lengan kimono. Lebar tamoto pada furisode bisa mencapai 114 cm atau menjuntai hingga sekitar pergelangan kaki.

Menurut urutan tingkat formalitas, furisode adalah kimono paling formal setara dengan kurotomesode, irotomesode, dan homongi. Furisode dikenakan sebagai pakaian terbaik untuk pesta perkawinan (ketika hadir sebagai tamu atau sebagai baju pengantin wanita), miai, dan upacara resmi, seperti seijin shiki, wisuda, atau resepsi sesudah wisuda (shaonkai).

Alas kaki untuk furisode adalah zōri berhak tinggi.

Jenis[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan lebar lengan, furisode terdiri dari tiga jenis: ōburisode (furisode besar, lebar lengan sekitar 114 cm), chūburisode (furisode sedang, lebar lengan dari 90 cm hingga sekitar 102 cm), dan koburisode (furisode kecil, lebar lengan dari 70 cm hingga sekitar 80 cm).[1]

Jenis furisode yang paling umum adalah chūburisode. Wanita berusia 20 tahun mengenakan chūburisode untuk menghadiri seijin shiki. Ketika diundang ke pesta perkawinan, tamu mengenakan chūburisode berwarna lebih gelap dan menghindari corak berwarna cemerlang. Pesta tidak formal dan upacara minum teh (hatsugama) dihadiri dengan mengenakan koburisode.

Busana pengantin wanita tradisional Jepang adalah kimono serba putih shiromuku dengan penutup kepala watabōshi, atau irouchikake dengan penutup kepala tsunokakushi. Kimono shiromuku dan irouchikake keduanya tergolong ōburisode. Dalam resepsi pernikahan zaman sekarang, kedua mempelai memiliki kesempatan mengganti busana dalam acara ironaoshi. Bila shiromuku dipakai dalam upacara pernikahan, pengantin wanita tampil kembali dengan mengenakan ōburisode berwarna cerah, gaun malam, atau baju pengantin ala Barat sesuai keinginan.

Setelah menikah, sesuai tradisi, wanita tidak lagi memakai furisode. Pada zaman dulu, lengan furisode yang lebar dipotong, dan dijahit kembali untuk membuat tomesode. Istri dulunya hanya tinggal di rumah, sehingga pakaian wanita yang sudah menikah disebut tomesode (dari kata todomaru, berhenti, tetap, tinggal).[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Bukaan pada bagian lengan kimono (furiyatsugichi) mulanya berasal dari kimono (kosode) untuk anak-anak yang sengaja dibiarkan terbuka lebar di bagian ketiak. Baju anak tidak dijahit di bagian ketiak agar anak merasa sejuk karena mereka lebih banyak bergerak dibandingkan orang dewasa. Dalam lukisan Chigotaishi asal zaman Kamakura terlihat seorang anak mengenakan kosode yang memiliki furiyatsuguchi.[3]

Model kimono dari Cina mulanya berlengan sempit. Bagian lengan berbentuk pipa seperti halnya lengan baju pakaian Barat. Kimono berlengan sempit kurang nyaman dikenakan di Jepang yang beriklim lembap. Bagian lengan kemudian dibuat makin lebar supaya angin bebas keluar masuk. Furisode berlengan lebar yang dikenal orang zaman sekarang berasal dari model furisode awal zaman Edo. Ketika itu, furisode dibuat dengan mencontoh kostum berlengan lebar yang dikenakan penari.[4]

Pada paruh pertama zaman Edo, wanita muda memakai kimono dengan bagian lengan (tamoto) yang dibuat makin lebar seiring perkembangan mode. Dari 1658 hingga sekitar 1672, lebar tamoto sekitar 45 cm, namun dari 1684 hingga sekitar 1687, makin melebar hingga 60 cm. Pada periode 1716-1735, lebarnya sekitar 75 cm, dan makin melebar hingga 87 cm antara tahun 1751 dan 1763.[5] Setelah kehidupan rakyat di pertengahan zaman Edo makin makmur, furisode populer sebagai pakaian kalangan gadis anak pengusaha. Walaupun demikian, baru sejak zaman Meiji, furisode diterima secara luas sebagai pakaian formal wanita muda yang belum menikah.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "振袖編4 振袖の種類 (Furisode hen 4 furisode no shurui)". Kimono Akinai (Gofukuya). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-27. Diakses tanggal 2009-06-07. 
  2. ^ 美しい日本の習慣 (Utsukushii nihon no shūkan). Tokyo: PHP研究所. 2008. hlm. 146. ISBN 4-5696-6958-1. 
  3. ^ "室町時代 14-15世紀". Miho Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-08-14. Diakses tanggal 2009-06-07. 
  4. ^ "振袖編3 振袖の歴史 (Furisode hen 3 furisode no rekishi)". Kimono Akinai (Gofukuya). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-16. Diakses tanggal 2009-06-07. 
  5. ^ Nakae, Katsumi (2001). お江戸の意外な生活事情: 衣食住から商売・教育・遊びまで (O-edo no igai na seikatsu jōhō: ishokujū kara shōbai, kyōiku, asobi made). PHP研究所. hlm. 24. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]