Gunung Guntur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gunung Guntur
Gunung Guntur dilihat dari kawasan pemandian Cipanas, Garut
Titik tertinggi
Ketinggian2.249 m (7.378 kaki)
Koordinat7°08′35″S 107°50′24″E / 7.143°S 107.84°E / -7.143; 107.84Koordinat: 7°08′35″S 107°50′24″E / 7.143°S 107.84°E / -7.143; 107.84
Geografi
Peta
Lokasi Kawah Gunung Galunggung (tengah) dan Puncak Gunung Guntur (kiri atas)
LetakGarut, Jawa Barat, Indonesia
Geologi
Jenis gunungStratovolcano
Letusan terakhir1847

Gunung Guntur (Aksara Sunda Baku: ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮌᮥᮔ᮪ᮒᮥᮁ) adalah gunung berapi kerucut aktif yang terdapat di Kelurahan Pananjung dan Desa Pasawahan, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, dan memiliki ketinggian 2.249 meter dpl.

Gunung Guntur berdekatan dengan gunung-gunung lainya yang mengelilingi kota Garut. Di sebelah selatan Gunung Guntur, ada Gunung Putri yang berhadapan dengan Gunung Cikuray dan Gunung Papandayan, kemudian di sebelah barat ada Gunung Masigit, Gunung Parupuyan, dan gunung lainnya. Di sekitar kaki Gunung Guntur tepatnya di daerah Kecamatan Tarogong Kaler ada banyak hotel dan penginapan dengan dilengkapi fasilitas pemandian air panas yang sumber air panasnya didapatkan dari Gunung Guntur.

Letusan[sunting | sunting sumber]

Gunung Guntur pernah menjadi gunung berapi paling aktif di Pulau Jawa pada dekade 1800-an. Namun, sejak itu aktivitasnya kembali menurun.[butuh rujukan] Bataviasche Courant pada 7 November 1818 melaporan peristiwa letusan yang terjadi pada 21 Oktober 1818. Letusan tersebut diperkirakan terjadi pada malam hari antara pukul 22.00 dan 23.00. Sebwlumnya, Thomas Horsfield menulis, "Pada malam hari antara tanggal 6 dan 7 April 1803, dan selama beberapa jam di hari akhir, semacam benda halus, hitam, seperti pasir di Kota, dan di sekitar Batavia, jatuh sangat lambat dari udara". Pada tahun-tahun berikutnya, Gunung Guntur meletus beberapa kali. Bataviasche Courant melaporkan kembali peristiwa letusan Gunung Guntur yang terjadi pada 14 Juni 1825 dengan kerusakan yang ditimbulkan cukup besar. Javasche Courant pada 4 Desember 1841 melaporkan bahwa Gunung Guntur kembali meletus pada 14 November pada tahun yang sama. Letusan juga kembali terjadi pada 4 Januari dan 26 November 1843.[1]

Karakteristik[sunting | sunting sumber]

Geologi[sunting | sunting sumber]

Gunung Guntur memiliki beberapa kerucut-kerucut bekas titik erupsi tua di tengahnya, jadi gunung ini tidak berdiri sebagai satu kerucut tunggal. Di gunung ini juga terdapat 2 buah kaldera, Kaldera Gandapura di sebelah timur dan Kaldera Pangkalan di barat. Kemiringan di gunung guntur bervariasi antara 2 derajat hingga 75 derajat. Hasil erupsi gunung guntur berupa aliran lava bongkah yang masih baru dan tumpang tindih. Sebagian besar punggung gunung dibangun oleh material dari erupsi eksplosif dan efusif.[2]

Vegetasi[sunting | sunting sumber]

Gunung Guntur sendiri mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Di kawasan puncak Gunung Guntur terdapat kaldera yang sangat besar dan dalam yang berasal dari bekas letusan. Karakteristik Gunung Guntur umunya berpasir sehingga tidak banyak ditumbuhi tanaman dan tampak gersang. Sebagian kawasan banyak ditumbuhi dengan ilalang dan terlihat seperti padang savana. Di puncak hanya ada beberapa tanaman cantigi yang tumbuh. Selain cantigi, pohon pinus lebih banyak tumbuh di gunung ini.

Mitos[sunting | sunting sumber]

Gunung Guntur dilukis oleh Franz Wilhelm Junghuhn (1856)

Gunung Guntur mulai ramai didaki oleh para pendaki gunung dari berbagai daerah. Volume jumlah pendaki semakin bertambah pada tahun 2013-an hingga saat ini.

Seiring perjalanan waktu, juga mulai banyak warung-warung yang ada di tiap pos pendakian. Selain itu juga banyak terdapat isu banyaknya barang hilang karena dicuri oleh oknum sekitar.

Gunung Guntur meliki banyak Kisah Mistis, Banyak Kejadian Pendaki yang Hilang secara misterius di Gunung Guntur ini. Namun pendaki yang hilang itu bisa Selamat dan sehat setelah di temukan.[3]

Galeri[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Jaelani, Gani; Febriani, Rima; Mawarrani, Ratna (2023-04-30). "ANTARA EKSPEDISI SAINTIFIK DAN ANCAMAN EKONOMI KOLONIAL: LETUSAN GUNUNG DI PRIANGAN PADA PARUH PERTAMA ABAD KE-19". Paradigma: Jurnal Kajian Budaya. 13 (1). doi:10.17510/paradigma.v13i1.1138. ISSN 2503-0868. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-30. Diakses tanggal 2023-06-15. 
  2. ^ "G. Guntur". vsi.esdm.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-18. Diakses tanggal 2021-10-18. 
  3. ^ Ika, Aprillia, ed. (2021-09-26). "Kisah Gibran Hilang 6 Hari di Gunung Guntur hingga Alami Hal Mistis, Kejadian Serupa Timpa Afrizal Pada Juli 2020". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-03. Diakses tanggal 2021-10-18. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]