Imperialisme budaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Negara Dunia Pertama (negara industri) mendominasi ekonomi dan budaya di Negara Dunia Ketiga

Imperialisme budaya merupakan hegemoni ekonomi, teknologi dan budaya dari negara-negara industri yang akhirnya menentukan arah kemajuan ekonomi dan sosial serta mendefinisikan nilai-nilai budaya di dunia.[1] Dunia menjadi pasar budaya dimana terdapat kesamaan pengetahuan, mode dan musik yang diproduksi, dibeli dan dijual.[1] Selain itu, terdapat kesamaan ideologi, keyakinan politik, pandangan mengenai kecantikan dan makanan di dunia.[1] Teori yang dikemukakan oleh Herb Schiller ini menyatakan bahwa negara-negara Barat mendominasi media di dunia yang kembali memiliki efek powerful pada budaya Dunia Ketiga dengan cara memaksa mereka dengan pandangan-pandangan Barat dan akhirnya menghancurkan budaya asli mereka.[2]

Negara Barat memproduksi mayoritas dari media, seperti film, berita dan komik.[2] Hal itu bisa dilakukan karena mereka mempunyai uang untuk memproduksinya, sedangkan negara Dunia Ketiga membeli produksi-produksi tersebut karena lebih murah dibandingkan dengan memproduksi sendiri.[2] Oleh karena itu, negara Dunia Ketiga menonton media yang berisi cara hidup, kepercayaan dan pemikiran Barat.[2] Lalu, budaya Negara Dunia Ketiga mulai melakukan hal yang sama dengan Barat dan akhirnya merusak budaya mereka sendiri.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Istilah imperialisme muncul pada tahun 1960-an dan telah menjadi fokus penelitian setidaknya sejak tahun 1970-an.[3] Istilah-istilah seperti imperialisme media, imperialisme struktural, ketergantungan budaya dan dominasi, sinkronisasi budaya, imperialisme ideologi dan imperialisme ekonomi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan gagasan dasar mengenai imperialisme budaya.[3] Menurut Salwen, isu imperialisme budaya terutama muncul dari literatur komunikasi yang meliputi pembangunan dan ekonomi politik.[4] Imperialisme budaya mengemuka pada tahun 1970-an.[4] Teori ini menjadi salah satu konsep utama dibalik pergerakan untuk tatanan informasi dan komunikasi dunia baru, meliputi organisasi internasional seperti UNESCO dan fokus pada arus informasi di antara negara-negara di dunia.[4] Pada saat yang sama, para pelajar mengusulkan pengelompokan berbagai arus dari penelitian kritis dalam komunikasi internasional di bawah imperialisme media.[4] Salah satu di antara mereka adalah J.Oliver Boyd-Barrett yang mendefinisikan imperialisme media sebagai proses di mana kepemilikan, struktur, distribusi atau konten dari media di negara mana pun secara sendiri atau bersama-sama tunduk pada tekanan eksternal dari kepentingan media di negara lain tanpa pengaruh atau balasan serupa oleh negara yang terpengaruh.[4]

Bentuk imperialisme[sunting | sunting sumber]

Tabel di bawah ini merupakan bentuk imperialisme yang dikemukakan oleh Galtung.[5]

Bentuk [5] Periode [5] Istilah [5]
I Dahulu Kolonialisme
II Saat ini Neo Kolonialisme
III Masa depan Neo Neo Kolonialisme

Asumsi[sunting | sunting sumber]

Asumsi dari imperialisme budaya adalah media memainkan peran utama dalam menciptakan budaya.[4] Asumsi lain menyatakan bahwa teori ini menggunakan pendekatan terpusat untuk pengembangan dan distribusi produk media.[4] Hal ini berarti semua produk media berasal dari negara-negara sentral yang mempunyai motif untuk mendominasi media di negara-negara periferi.[4] Esensi dari imperialisme budaya adalah dominasi oleh suatu negara ke negara lainnya.[4] Dominasi tersebut bisa secara langsung ataupun tidak langsung dan didasarkan pada campuran kontrol politik dan ekonomi.[4]

Kritik[sunting | sunting sumber]

Komponen ekonomi dari imperialisme media dapat dinyatakan dalam statistik, tetapi komponen budaya jauh lebih sulit untuk diukur.[4] Selain itu, teori ini tidak memahami kemampuan khalayak untuk memproses informasi dan menginterpretasikannya berdasarkan latar belakang masing-masing individu.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c (Inggris) Matti Sarmela. "What is Cultural Imperialism?" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-05-02. Diakses tanggal 1 Mei 2014. 
  2. ^ a b c d e (Inggris) "Cultural Imperialism". Diakses tanggal 1 Mei 2014. 
  3. ^ a b (Inggris) "Cultural Imperialism". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-02. Diakses tanggal 1 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l (Inggris) Livingston A. White. "Reconsidering Cultural Imperialism Theory". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-04. Diakses tanggal 1 Mei 2014. 
  5. ^ a b c d (Inggris) Johan Galtung. "A Structural Theory of Imperialism" (PDF). Journal of Pearce Research. Diakses tanggal 1 Mei 2014. 

dsdsadararr