Kebijakan anti-Kristen di dalam Kekaisaran Romawi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kebijakan anti-Kristen di Kekaisaran Romawi terjadi dalam kurun waktu berselang selama sekitar tiga abad hingga tahun 313 ketika Kaisar Romawi Konstantinus Agung dan Lisinius bersama-sama mengundangkan Maklumat Milan yang mengesahkan agama Kristen atau Kristiani. Penganiayaan terhadap umat Kristiani di Kekaisaran Romawi dilakukan oleh negara serta juga oleh otoritas setempat secara sporadis dan ad hoc, sering kali dilakukan atas kemauan masyarakat setempat. Dimulai pada tahun 250, penganiayaan atau penindasan yang berlangsung di seluruh kekaisaran berlangsung karena dekret yang dikeluarkan oleh Kaisar Decius. Maklumat tersebut berlaku selama 18 bulan, dan selama masa tersebut beberapa umat Kristiani dibunuh sementara yang lainnya mengkhianati iman mereka untuk menghindari eksekusi.

Penganiayaan-penganiayaan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan Kekristenan, terbentuknya teologi Kristen dan struktur Gereja. Di antara hal lainnya, penganiayaan menimbulkan banyak kultus orang kudus yang mungkin telah berkontribusi pada pesatnya penyebaran Kekristenan serta menghasilkan berbagai pembelaan dan penjelasan tertulis atas agama Kristen.

Durasi dan ruang lingkup[sunting | sunting sumber]

Kebijakan-kebijakan anti-Kristiani yang menyasar Gereja perdana terjadi secara sporadis dan berlangsung terlokalisir di berbagai daerah sejak awal mulanya. Peristiwa penganiayaan pertama terhadap umat Kristiani yang diorganisir oleh pemerintah Romawi berlangsung di bawah pemerintahan Kaisar Nero pada tahun 64 M setelah peristiwa Kebakaran Besar Roma. Dengan disahkannya Maklumat Milan pada tahun 313 M, kebijakan-kebijakan anti-Kristiani oleh pemerintah Romawi yang menyasar umat Kristiani berhenti.[1] Jumlah keseluruhan umat Kristiani yang kehilangan nyawa mereka karena penganiayaan-penganiayaan ini tidak diketahui, kendati sejarawan Gereja perdana yang bernama Eusebius—yang berbagai karyanya merupakan satu-satunya sumber untuk banyak dari peristiwa ini—menyampaikan kalau "banyak sekali" yang kehilangan nyawanya. Banyak akademisi masa kini yang beranggapan bahwa Eusebius telah membesar-besarkan jumlah mereka.[1][2]:217–233 Para gubernur provinsi memiliki banyak keleluasaan secara pribadi dalam masing-masing yurisdiksi mereka serta dapat memerintahkan kekerasan massa dan penganiayaan setempat terhadap umat Kristiani. Bagaimanapun, pada hampir sepanjang tiga ratus tahun pertama sejarah Kekristenan, umat Kristiani dapat hidup dalam kedamaian, mempraktikkan iman mereka, dan memegang berbagai jabatan. Hanya selama sekitar sepuluh tahun dari tiga ratus tahun pertama sejarah Gereja terjadi berbagai eksekusi terhadap umat Kristiani karena perintah-perintah seorang kaisar Romawi.[2]:129

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Persecution in the Early Church". Religion Facts. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-25. Diakses tanggal 2014-03-26. 
  2. ^ a b Moss, Candida (2013). The Myth of Persecution. HarperCollins. ISBN 978-0-06-210452-6. 

Sumber[sunting | sunting sumber]

ISBN 0-19-927812-1

Historiografi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]