Kebudayaan Buni

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kebudayaan Buni adalah kebudayaan tembikar tanah liat prasejarah yang berkembang di pesisir utara Jawa Barat, Jakarta, dan Banten sekitar tahun 400 SM sampai 100 Masehi[1] dan mungkin bertahan sampai 500 Masehi.[2] Kebudayaan ini dinamai berdasarkan situs arkeologi pertama yang ditemukan, yakni di desa Buni, Babelan, Bekasi, sebelah timur Jakarta.

Kebudayaan Buni dikenal dengan tembikarnya yang khas dengan dekorasi geometris yang ditorehkan, dan fakta bahwa itu menghasilkan barang dagang India pertama yang tercatat dari Asia Tenggara.[3] Tembikar tanah liat kemudian dikembangkan dengan bukti yang ditemukan di Anyer hingga Cirebon.[4] Artefak seperti wadah makanan dan minuman, bertanggal dari 400 SM hingga 100 M telah ditemukan, sebagian besar sebagai hadiah penguburan.[1]

Karakteristik[sunting | sunting sumber]

Ada ahli yang menggambarkan budaya Buni sebagai proto-Batawi bukan proto-Jawa.[5] Batawi berhubungan dengan orang Betawi yang berbahasa Melayu dan mendiami Jakarta dan sekitarnya. Juga disarankan bahwa budaya itu sendiri dimulai sebagai komunitas prasejarah tetapi berkembang menjadi budaya lain saat berasimilasi Hindu selama abad keempat dan kelima Masehi.[6] Kedua budaya ini, yang dipisahkan oleh 100 hingga 200 tahun, digambarkan dalam kompleks candi yang dibangun di Percandian Batujaya dan sistem kompleks candi Hindu yang dibangun kemudian. Kedua budaya ini tidak dapat dilihat secara individual karena kesinambungan komunal.[6]

Budaya tembikar tanah liat Buni memiliki kemiripan dengan gaya Sa Huỳnh di Vietnam dan daerah di sekitar Laut Cina Selatan serta gaya tembikar yang digali di Plawangan di utara Jawa Tengah.[7] Artefak tembikar ditemukan seperti piring tanah liat, periuk, tempayan, dan peralatan sehari-hari lainnya.

Peninggalan Megalitik juga dapat ditemukan, seperti manik-manik sebagai hadiah penguburan, dan juga menhir dan meja batu. Orang-orang yang mendukung budaya Buni telah menjalin perdagangan dengan orang asing. Hal ini ditunjukkan dengan ditemukannya alat rolet India di Kobak Kendal dan Cibutak, yang berasal dari abad pertama dan kedua Masehi.[7] Kerajaan Tarumanagara kemungkinan merupakan penerus kebudayaan Buni setelah adopsi agama Hindu. Sisa-sisa tembikar Buni juga telah ditemukan di Situs Purbakala Batujaya dan Situs Kendaljaya di Karawang.[2]

Artefak[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  • Manguin, Pierre-Yves dan Agustijanto Indrajaya, "The Archaeology of Batujaya (West Java, Indonesia):an Interim Report", in Uncovering Southeast Asia's past: selected papers from the 10th International Conference of the European Association of Southeast Asian Archaeologists (Elisabeth A. Bacus, Ian Glover, Vincent C. Pigott eds.), 2006, NUS Press, ISBN 9971-69-351-8
  • Miksic, John N., The Buni Culture, In: Southeast Asia, from prehistory tons history (Ian Glover dan Peter Bellwood eds.), London 2004, ISBN 0-415-29777-X
  • Simanjuntak, Truman, M. Hisyam, Bagyo Prasetyo, Titi Surti Nastiti, Archaeology: Indonesian perspective : R.P. Soejono's festschrift, LIPI, 2006, ISBN 979-26-2499-6

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Zahorka, Herwig (2007). The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, Over 1000 Years of Propsperity and Glory. Yayasan cipta Loka Caraka. 
  2. ^ a b "Batujaya Temple complex listed as national cultural heritage". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 8 April 2019. Diakses tanggal 2020-10-26. 
  3. ^ Manguin, Pierre-Yves and Agustijanto Indrajaya (2006). The Archaeology of Batujaya (West Java, Indonesia):an Interim Report, in Uncovering Southeast Asia's past. ISBN 9789971693510. 
  4. ^ Manguin, Pierre-Yves; Mani, A.; Wade, Geoff (2011). Early Interactions Between South and Southeast Asia: Reflections on Cross-cultural Exchange (dalam bahasa Inggris). Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 9789814345101. 
  5. ^ Ooi, Keat Gin (2004). Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor. Santa Barbara, CA: ABC-CLIO. hlm. 878. ISBN 1576077705. 
  6. ^ a b Festschrift, R.P. Soejono (2006). Archaeology: Indonesian Perspective. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 134. ISBN 9792624996. 
  7. ^ a b Glover, Ian; Bellwood, Peter; Bellwood, Peter S. (2004). Southeast Asia: From Prehistory to History. Oxfordshire: RoutledgeCurzon. hlm. 237. ISBN 041529777X. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]