Lompatan Jauh ke Depan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Lompatan Besar ke Depan)

Lompatan Jauh ke Depan (Hanzi Sederhana: 大跃进, Hanzi tradisional: 大躍進, pinyin: Dà yuè jìn) adalah sebuah program yang disusun oleh Partai Komunis Tiongkok di Republik Rakyat Tiongkok, yang berlangsung dari tahun 1958 hingga 1960 dengan tujuan membangkitkan ekonomi Tiongkok melalui industrialisasi secara besar-besaran dan memanfaatkan jumlah tenaga kerja murah.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Sepanjang tahun 1950-an, Tiongkok telah melakukan program redistribusi tanah bagi penduduk Tiongkok dibarengi dengan industrialisasi di bawah sistem kepemilikan negara. Proses ini dilakukan dengan bantuan teknis dari Uni Soviet.

Masalah timbul ketika pemimpin Soviet pasca-Stalin, yaitu Nikita Khruschev dalam Kongres ke dua puluh Partai Komunis Uni Soviet, mencanangkan langkah untuk "mengejar dan menyusul" Barat, sehingga ekonomi Soviet tidak lagi tertinggal. Oleh Mao Zedong hal ini dirasakan sebagai ancaman, karena kemajuan ekonomi Uni Soviet akan berarti semakin tergantungnya Tiongkok pada kekuatan luar.

Program[sunting | sunting sumber]

Lompatan Jauh ke Depan menjiplak sistem yang telah dilakukan Uni Soviet, sambil memasukkan unsur tradisional Tiongkok. Pelaksanaan program ini dilakukan melalui dua jalur, yaitu pada peningkatan produksi baja sebagai bahan baku, pendirian industri ringan serta konstruksi.

Bencana[sunting | sunting sumber]

Program ambisius Mao ini akhirnya menuai bencana karena kurang realistisnya rencana program ini dari sejak semula. Lompatan jauh ke depan resmi menjadi salah satu bencana ekonomi yang direncanakan yang terbesar pada abad ke-20.

Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan ini adalah:

  • Tenaga kerja produktif di bidang agraris ditransfer seluruhnya ke bidang industri, menyebabkan otomatis tidak ada petani yang menanam tanaman untuk stok bahan pangan.
  • Angka-angka statistik yang dilambungkan dan tidak sesuai kenyataan di lapangan. Faktor ini menyebabkan para petinggi Beijing mengira program ini sangat sukses yang lebih lanjut menuai bencana yang lebih besar.

Pemerintah RRT mengumumkan program ini menyebabkan kematian tidak wajar sekitar 21 juta orang lebih. Lembaga-lembaga non pemerintah lainnya juga mengeluarkan statistik yang tidak jauh sekitar 20 juta orang lebih meninggal karena kelaparan.