Mazhab dan cabang Islam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Demografi Mazhab dan cabang Islam

  Sunni Hanafi (45%)
  Sunni Syafi'i (28%)
  Sunni Maliki (15%)
  Sunni Hambali (2%)
  Syiah Zaidiyah (0.5%)
  Syiah Ismailiyah (0.5%)
  Islam Ibadi (0.5%)

Mazhab dan cabang Islam memiliki pemahaman yang berbeda tentang Islam. Ada banyak sekte atau denominasi, mazhab, dan teologi atau aqīdah yang berbeda satu sama lain. Bahkan di dalam kelompok Islam yang sama itu sendiri mungkin terdapat perbedaan, seperti perbedaan tarekat (tariqah) dalam tasawuf, dan dalam Islam Sunni terdapat perbedaan mazhab teologi (Ahlul Hadits, Asy'ari, Maturidi) dan fikih (Ḥanafi, Maliki, Syafi'i, Ḥanbali).[1] Kelompok dalam Islam barangkali memiliki jumlah pengikut yang banyak (cabang terbesar adalah Syiah dan Sunni), atau ukurannya yang relatif kecil (Ibadi, Zaydi, Ismaili). Perbedaan antara kelompok-kelompok tersebut mungkin tidak diketahui dengan baik oleh umat Islam di luar lingkaran ilmiah, dan mungkin telah menimbulkan spirit kekerasan berdasarkan agama atau sektarian (Barelvi, Deobandi, Salafisme, Wahhabisme).[2][3][4][5] Terdapat pula gerakan-gerakan informal yang didorong berdasarkan ideologi (seperti modernisme Islam dan Islamisme) serta kelompok terorganisir yang memiliki badan pengatur (Ahmadiyah, Ismiliyah, Nation of Islam). Beberapa sekte dan kelompok Islam menganggap kelompok lain sebagai sesat atau menuduh mereka tidak benar-benar Muslim (misalnya, Sunni sering mendiskriminasi Ahmadiyah, Alawi, Quranis, dan Syiah).[2][3][4][5] Beberapa sekte dan kelompok Islam berasal dari sejarah awal Islam antara abad ke-7 dan ke-9 Masehi (Khawarij, Sunni, Syiah), sedangkan yang lain muncul jauh lebih baru (semacam aliran neo-tradisionalisme Islam, liberalisme dan progresivisme, modernisme Islam, Salafisme dan Wahhabisme) atau bahkan di abad ke-20 (Nation of Islam). Yang lain lagi berpengaruh pada masanya tetapi tidak lagi ada di masa sekarang (Khawarij non-Ibadi, Muktazilah, Murji'ah).

Ringkasan[sunting | sunting sumber]

Diagram yang menunjukkan berbagai cabang Islam: Sunni, Syiah, Ibadisme, Quranisme, Non-denominasi Muslim, Mahdaviah, Ahmadiyah, Nation of Islam, dan Sufisme.

Perpecahan asli antara Khawarij, Sunni, dan Syiah di antara umat Islam terjadi karena masalah suksesi politik dan agama untuk membimbing komunitas Muslim setelah kematian Nabi Muhammad.[6] Kelompok-kelompok tersebut yang pada awalnya bersifat politis, kemudian terpecah menjadi kelompok teologis ketika kaum Khawarij mengembangkan doktrin-doktrin ekstrim yang memisahkan mereka dari Muslim Sunni dan Syiah arus utama.[6] Syiah percaya bahwa Ali bin Abi Ṭhalib adalah penerus sejati Muhammad, sementara Sunni menganggap Abu Bakar yang layak memegang posisi tersebut. Kaum Khawarij memisahkan diri dari Syiah dan Sunni selama Fitnah Pertama (Perang Saudara Islam pertama),[6] mereka terkenal karena mengadopsi pendekatan radikal dengan melakukan takfiri (ekskomunikasi), di mana mereka menyatakan Muslim Sunni dan Syiah sebagai kafir (kuffār) atau Muslim palsu (munāfiḳūn), dan oleh karena itu orang-orang Khawarij menganggap mereka layak mati karena keyakinan mereka telah membuat mereka murtad (riddah).[6]

Selain itu, terdapat beberapa perbedaan dalam Islam Sunni dan Syiah: Islam Sunni terbagi menjadi empat mazhab fikih utama, yaitu Maliki, Ḥanafi, Syafi'i dan Ḥanbali yang mana mazhab-mazhab tersebut dinamai menurut pendirinya masing-masing, seperti Mālik ibn Anas, Abū Ḥanīfa al-Nuʿmān, Muḥammad ibn Idrīs al-Syāfiʿī, dan Aḥmad ibn Ḥanbal.[1] Islam Syiah, di sisi lain, dipisahkan menjadi tiga sekte utama: Dua Belas Imam (Imamiyah), Ismailiyah, dan Zaydiyah. Sebagian besar Muslim Syiah adalah Imamiyah (perkiraan tahun 2012 menempatkan angka 85%),[7] sehingga membuat istilah "Syiah" sering mengacu pada sekte Imamiyah secara umum. Semua arus utama Syiah Dua Belas Imam dan Syiah Ismailiyah mengikuti aliran pemikiran yang sama dalam hal fikih, yaitu Mazhab Jaʽfari yang dinamai menurut Jaʿfar al-Ṣādiq, Imam Syiah keenam.

Zaydiyah, juga dikenal sebagai Syiah Lima Imam, mengikuti aliran pemikiran Zaydi (dinamai menurut Zayd ibn Ali). Ismailiyah adalah cabang lain dari Islam Syiah yang kemudian terpecah menjadi banyak kelompok seperti Nizari dan Musta'li, dan kelompok Musta'li selanjutnya dibagi menjadi Ḥāfiẓi dan Ṭayyibi.[8] Ṭayyibi kemudian juga dikenal sebagai "Bohra", terbagi lagi antara Dawudi Bohra, Sulaymani Bohras, dan Alavi Bohras.[9]

Demikian pula, Khawarij pada awalnya dibagi menjadi lima cabang utama: Sufri, Azariqah, Najdat, Adjarites, dan Ibadi. Dari kelima jumlah tersebut, Muslim Ibadi adalah satu-satunya cabang Khawarij yang masih hidup. Selain kelompok-kelompok tersebut di atas, aliran pemikiran dan gerakan baru seperti Muslim Ahmadiyah, Muslim Quranis, dan Muslim Afrika-Amerika kemudian muncul secara mandiri.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Geaves, Ronald (2021). "Part 1: Sunnī Traditions – Sectarianism in Sunnī Islam". Dalam Cusack, Carole M.; Upal, M. Afzal. Handbook of Islamic Sects and Movements. Brill Handbooks on Contemporary Religion. 21. Leiden and Boston: Brill Publishers. hlm. 25–48. doi:10.1163/9789004435544_004alt=Dapat diakses gratis. ISBN 978-90-04-43554-4. ISSN 1874-6691. 
  2. ^ a b Poljarevic, Emin (2021). "Theology of Violence-oriented Takfirism as a Political Theory: The Case of the Islamic State in Iraq and Syria (ISIS)". Dalam Cusack, Carole M.; Upal, M. Afzal. Handbook of Islamic Sects and Movements. Brill Handbooks on Contemporary Religion. 21. Leiden and Boston: Brill Publishers. hlm. 485–512. doi:10.1163/9789004435544_026alt=Dapat diakses gratis. ISBN 978-90-04-43554-4. ISSN 1874-6691. 
  3. ^ a b Giles, Howard, ed. (October 2019). "Conspiratorial Narratives in Violent Political Actors' Language" (PDF). Journal of Language and Social Psychology. Sage Publications. 38 (5–6): 706–734. doi:10.1177/0261927X19868494. ISSN 1552-6526. Diakses tanggal 3 January 2022. 
  4. ^ a b Rickenbacher, Daniel (August 2019). Jikeli, Gunther, ed. "The Centrality of Anti-Semitism in the Islamic State's Ideology and Its Connection to Anti-Shiism". Religions. Basel: MDPI. 10 (8: The Return of Religious Antisemitism?): 483. doi:10.3390/rel10080483. ISSN 2077-1444. 
  5. ^ a b Badara, Mohamed; Nagata, Masaki; Tueni, Tiphanie (June 2017). "The Radical Application of the Islamist Concept of Takfir" (PDF). Arab Law Quarterly. Leiden: Brill Publishers. 31 (2): 134–162. doi:10.1163/15730255-31020044. ISSN 1573-0255. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 11 July 2019. Diakses tanggal 25 October 2021. 
  6. ^ a b c d Izutsu, Toshihiko (2006) [1965]. "The Infidel (Kāfir): The Khārijites and the origin of the problem". The Concept of Belief in Islamic Theology: A Semantic Analysis of Imān and Islām. Tokyo: Keio Institute of Cultural and Linguistic Studies at Keio University. hlm. 1–20. ISBN 983-9154-70-2. 
  7. ^ Guidère, Mathieu (2012). Historical Dictionary of Islamic Fundamentalism. Scarecrow Press. hlm. 319. ISBN 978-0-8108-7965-2. 
  8. ^ Öz, Mustafa, Mezhepler Tarihi ve Terimleri Sözlüğü (The History of madh'habs and its terminology dictionary), Ensar Publications, İstanbul, 2011.
  9. ^ "Branches of Shia Islam: Ismailis, Twelvers, and Bohras". Ismailimail. 23 August 2017. Diakses tanggal 28 November 2018.