Dhaka Metro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Metro Dhaka)
Metro Dhaka
Info
WilayahDhaka, Bangladesh
JenisAngkutan cepat
Jumlah jalur1 (sedang dibangun)
Jumlah stasiun16 (sedang dibangun)
Kantor pusatDhaka, Bangladesh
Situs webhttp://www.dmtc.org.bd/
Operasi
Akan dimulai2019
OperatorDhaka Mass Transit Company Ltd.
Teknis
Panjang sistem20,1 km
Peta rute
Unknown route-map component "uKINTa"
Uttara North
Urban stop on track
Uttara Centre
Urban stop on track
Uttara South
Urban stop on track
Pallabi
Urban stop on track
Mirpur 10
Urban stop on track
Mirpur 11
Urban stop on track
Kazipara
Urban stop on track
Shewrapara
Urban stop on track
Agargaon
Urban stop on track
Bijoy Sarani
Urban stop on track
Farmgate
Urban stop on track
Karwan Bazar
Urban stop on track
Shahbag
Urban stop on track
Universitas Dhaka
Urban stop on track
Bangladesh Secretariat
Urban End station
Motijheel

Metro Dhaka (bahasa Bengali: ঢাকা মেট্রো) adalah sistem angkutan massal kota Dhaka yang direncanakan siap beroperasi pada akhir 2019 awalnya dengan rute sepanjang 20,9 km menghubungkan stasiun Uttara North hingga stasiun Argagaon. Proyek ini juga disebut sebagai Mass Rapid Transit (MRT) Line 6 dan dioperasikan oleh Dhaka Mass Transit Company Limited (DMTCL).[1]

Saat beroperasi Metro Dhaka diharapkan mampu mengangkut 60 ribu penumpang setiap jamnya. Pada tahun 2021 Metro Dhaka diestimasikan akan mengangkut 500 ribu penumpang setiap harinya.[2]

Konsepsi dan pelaksanaan proyek[sunting | sunting sumber]

Proyek Metro Dhaka ditujukan untuk mengatasi permasalahan kemacetan di ibukota Bangladesh, Dhaka. Pada Desember 2012, Komite Eksekutif Badan Ekonomi Nasional Bangladesh menyetujui skema ini. Tiga bulan kemudian pada Februari 2013, Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA) menandatangani kesepakatan pemberian dana pinjaman konstruksi Metro Dhaka. Di penghujung tahun pada 19 November 2013, direktur eksekutif Otoritas Koordinasi Pengangkutan Dhaka (DTCA) Aftabuddin Talukder menandatangani perjanjian konsultasi proyek metro dengan perusahaan Jepang Nippon Koei.[1]

Untuk mendukung percepatan proyek ini Menteri Pengangkutan Darat dan Jembatan Bangladesh Obaidul Quader mengusulkan RUU Angkutan Metro pada 30 November 2014. Pada Januari 2015, tender pertama untuk menyediakan 24 lokomotif, 144 gerbong penumpang, dan peralatan untuk gardu kereta metro dimulai. Dua bulan kemudian pada 27 Maret 2015, pemerintah Bangladesh menandatangani kontrak pembangunan gardu kereta dengan perusahaan Jepang Tokyu Construction Company.[1]

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hassina meresmikan dimulainya konstruksi Metro Dhaka pada 26 Juni 2016. Proyek Metro Dhaka sempat tertunda selama enam bulan akibat tewasnya tujuh pekerja Jepang dalam serangan teroris Gulshan pada Juli 2016.[1]

Sepanjang 2017 ada enam penandatanganan kontrak terkait kelanjutan pembangunan Metro Dhaka dengan perusahaan-perusahaan dari China dan Thailand. Pada 2 Agustus 2017 konstruksi jembatan layang untuk kereta dan sembilan stasiun metro diresmikan oleh Obaidul Quader.[1]

MRT Line 1 dan Line 5[sunting | sunting sumber]

Sebuah brosur yang dipublikasikan oleh DMTCL, DTCA, dan Kementerian Pengangkutan Darat dan Jembatan Bangladesh mengindikasikan rencana untuk membangun lima jalur MRT dan dua jalur BRT di mana tertulis bahwa saat ini BRT Line 3 saat ini "tengah dibangun". Brosur tersebut sama sekali tidak menyebutkan tentang MRT Line 6. Tertulis pula bahwa pembangunan MRT Line 1 dan Line 5 merupakan prioritas pemerintah Bangladesh berikutnya di mana JICA tengah melakukan kajian untuk menentukan penjajaran dan lokasi stasiun tetapi tidak tercantum sama sekali kapan proyek MRT Line 1 dan Line 5 akan mulai dibangun atau diharapkan selesai.[3]

MRT Line 1 akan terdiri atas 19 stasiun dan akan menghubungkan Kamalapur di barat kota Dhaka dengan Future Park. Dari Future Park jalur MRT berlanjut dan akan bercabang menuju Bandara Internasional Dhaka di timur dan cabang lainnya menuju Purbachal di selatan kota Dhaka. Panjang dari MRT Line 1 ialah 30,6 km di mana 18,8 km di antaranya berada di bawah tanah. Jarak tempuh dari Kamalapur menuju Bandara diperkirakan sekitar 24 menit 40 detik, sementara dari Kamalapur menuju Purbachal diperkirakan sekitar 36 menit 10 detik.[3]

Sementara itu MRT Line 5 akan menghubungkan Hemayetpur di utara Dhaka dengan Vatara di mana stasiun Notun Bazar akan menjadi stasiun pertukaran antara MRT Line 1 dengan MRT Line 5. MRT Line 5 akan memiliki panjang 20 km di mana 13,5 km di antaranya berada di bawah tanah dan akan terdiri atas 13 stasiun. Jarak tempuh dari Hemayetpur menuju Vatara diperkirakan sekitar 30 menit 30 detik. Jika melihat daftar stasiun yang direncanakan, stasiun Mirpur 10 akan menjadi stasiun pertukaran antara MRT Line 5 dengan MRT Line 6.[3]

Operasional[sunting | sunting sumber]

Pada akhir 2019 stasiun Uttara North hingga stasiun Agargaon diharapkan sudah siap beroperasi sementara stasiun-stasiun antara Bijoy Sarani hingga Motijheel diharapkan sudah siap beroperasi pada tahun 2020.[1]

Kritik[sunting | sunting sumber]

Menurut pengamat transportasi perkotaan Alon Levy, biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah Bangladesh untuk membangun metro layang menggunakan pendanaan Jepang adalah yang tertinggi di dunia dan bahkan lebih parah daripada biaya pembangunan angkutan massal serupa di Amerika Serikat yang terkenal dengan biaya tingginya.[4] Biaya per kilometer metro Dhaka di atas 400 juta dolar AS yang untuk sistem metro bawah tanah sepenuhnya sudah terbilang tinggi, apalagi jika sistem metro tersebut menggunakan jembatan layang seperti Metro Dhaka yang seharusnya biaya per kilometernya bisa lebih rendah lagi.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f "Fact box: All you need to know about Bangladesh metro rail project". The Daily Star. 30 April 2018. 
  2. ^ Mamun, Shohel (19 Juli 2018). "Metro rail progresses ahead of schedule". Dhaka Tribune. 
  3. ^ a b c "Mass Rapid Transit (Line 1 and Line 5)" (PDF). 
  4. ^ Levy, Alon (11 Juli 2017). "A Marshall Plan for Third-World Infrasructure?". Pedestrian Observations. 
  5. ^ Levy, Alon (12 Desember 2014). "Quick Note: High Third-World Construction Cost Examples". Pedestrian Observations.