Miana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Miana
Plectranthus scutellarioides

Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
Kladasterids
Kladlamiids
OrdoLamiales
FamiliLamiaceae
SubfamiliNepetoideae
GenusSolenostemon
SpesiesPlectranthus scutellarioides
R.Br., 1810
Tata nama
BasionimOcimum scutellarioides (en)
Sinonim taksonSolenostemon scutellarioides (en)

Miana,[1] iler[2] atau Coleus atropurpureus[1] (Plectranthus scutellarioides) adalah tanaman semak dengan tinggi dapat mencapai 1,5 m. Daunnya berkhasiat sebagai obat wasir, obat bisul, obat demam nifas, obat radang telinga dan obat haid tidak teratur. Tanaman ini memiliki nama lain, yaitu Sigresing (Batak), Adong-adong (Palembang), Jawek Kotok (Sunda), Iler (Jawa Tengah), Ati-ati (Bugis) , Bulunangko (Toraja) dan Serewung (Minahasa).[3]

Nama lokal dan taksonomi[sunting | sunting sumber]

Miana merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di Indonesia.[4] Dalam taksonomi, nama spesies untuk miana adalah Coleus scutellarioides. Spesiesnya termasuk dalam genus Coleus dari famili Lamiaceae.[5] Orang Sunda menyebut miana dengan nama jawer kotok. Orang Jawa menyebut miana dengan nama iler. Orang Madura menyebut miana dengan nama dhinkamandhinan. Orang Batak menyebut miana dengan nama si gresing. Orang Palembang menyebut miana dengan nama adang-adang. Penduduk di Sumatera Barat menyebut miana dengan nama pilado. Orang Minahasa menyebut miana dengan nama serewung. Di Kota Manado, miana disebut sebagai majana. Sedangkan orang Bugis menyebut miana dengan nama panci-panci. Selain itu, miana disebut dengan nama mayana atau maliana di Filipina.[6]

Morofologi[sunting | sunting sumber]

Akar[sunting | sunting sumber]

Miana tumbuh dengan akar tunggang. Warna akarnya kuning keputih-putihan.

Batang[sunting | sunting sumber]

Batang miana dapat tumbuh hingga ketinggian 1 meter. Bagian batangnya basah.[7] Batang miana berwarna hijau pucat dan sifatnya lunak. Bentuk batang miana bersegi.[8]

Daun[sunting | sunting sumber]

Daun miana berbentuk hati dan merupakan daun tunggal. Pada bagian pangkal daun miana terdapat lekukan yang membentuk bulatan yang menyerupai jantung. Tepi daun miana memiliki lekukan tipis yang bersambung-sambung. Tangkai daun miana memiliki panjang antara 3–4 cm dengan warna yang beragam.[9] Daun miana dalam pengamatan makroskopis berwarna ungu. Variasi warnanya antara ungu kecokelatan hingga ungu kehitaman.[10]

Bunga[sunting | sunting sumber]

Bunga miana merupakan bunga majemuk berbentuk tandan di ujung batang. Kelopaknya berbentuk corong berwarna hijau muda. Mahkota bunga berbentuk bibir berwarna ungu keputih-putihan. Memiliki dua benang sari berwarna putih dan putik kecil yang berwarna ungu.

Buah[sunting | sunting sumber]

Buah miana yang masih muda berwarna hijau dan berubah menjadi cokelat pada saat matang atau berusia tua. Bentuknya kotak dan bulat dan mengandung biji kecil, pipih, mengkilat serta berwarna hitam.

Komposisi kimia[sunting | sunting sumber]

Daun miana yang telah diekstrak mengandung senyawa kimia bernama antosianin. Pada tumbuhan, antosianin merupakan pembawa pigmen merah, biru dan ungu.[11]

Pertumbuhan[sunting | sunting sumber]

Miana dapat tumbuh secara liar di dataran tinggi dan dataran rendah. Di dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1500 meter di atas permukaan laut, miana tumbuh dengan subur. Pada dataran rendah, miana ditemukan tumbuh di sekitar sungai, pematang sawah, ladan dan kebun.[12]

Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]

Pengobatan[sunting | sunting sumber]

Daun miana dapat dibuat menjadi ramuan untuk menyembuhkan bisul. Caranya dengan mencampurkan 10 lembar daun miana yang telah ditumbuk halus dengan air secukupnya. Ramuan ini dibuat menggunakan daun miana yang masih segar. Setelah menjadi adonan, ramuan ini kemudian dibalutkan ke bisul. Balutan diganti sebanyak 2-3 kali sehari.[13] Cara lain menggunakan daun miana untuk mengobati bisul adalah memanaskannya menggunakan api. Daun ini dipanaskan tidak sampai gosong. Setelah itu, daun ditempelkan pada bisul dan dikompres selama beberapa menit.[14]

Daun miana juga dapat menyembuhkan batuk. Penyembuhan ini merupakan akibat dari kemampuan miana dalam menghambat virus dan bakteri karena adanya sifat antimikroba dan antibakterial.[15] Meminum air rebusan daun miana juga dapat mengurangi rasa nyeri dan panas bagi penderita wasir. Sebanyak 7-10 lembar daun miana direbus lalu disaring airnya dan diminum dalam keadaan hangat.[16]

Tanaman hias[sunting | sunting sumber]

Miana menjadi salah satu jenis tanaman yang menjadi bagian dari lapisan tanaman pada pola taman terapi. Warna merah pada miana akan membuat taman terlihat lebih berwarna.[17]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata miana pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-10-5. 
  2. ^ (Indonesia) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Arti kata iler pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 2019-10-5. 
  3. ^ Wjiayakusuma, M. Hembing (2008). Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing. Jakarta: Niaga Swadaya. hlm. 67. ISBN 979-3567-92-9. 
  4. ^ Ilmu Dasar Mengenai Jamu Tradisional dan Herba Terstandar. Ahmad Zaeni Dahlan. hlm. 34. 
  5. ^ Agustina, Risna (2021). Tim Qiara Media, ed. Kekayaan Alam Bumi Borneo dan Khasiatnya Sebagai Obat. Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media. hlm. 34. ISBN 978-623-555-143-2. 
  6. ^ Wjiayakusuma, M. Hembing (2008). Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing. Jakarta: Niaga Swadaya. hlm. 67. ISBN 979-3567-92-9. 
  7. ^ Harmanto, Ning (2007). Jus Herbal Segar dan Menyehatkan. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 23. ISBN 978-979-27-0321-4. 
  8. ^ Subagia, I. N., dkk. (Desember 2021). Manuaba, Ida Bagus Arya Lawa, ed. Tanaman Upakara. Badung: Nilacakra. hlm. 179. ISBN 978-623-5609-63-8. 
  9. ^ Surahmaidah dan Umarudin (Oktober 2019). Reny H., Nuria, ed. Aplikasi Miana, Kemangi dan Kumis Kucing Sebagai Pestisida Nabati. Gresik: Graniti. hlm. 27. ISBN 978-602-5811-40-1. 
  10. ^ Mawadah, S., dkk. (Mei 2022). Dewi, Dinar, ed. Uniknya Inovasi Manusia Pascapandemi. CV. Anagraf Indonesia. hlm. 77. 
  11. ^ Nelindah (November 2022). "Miana Pewarna Bibir". Majalah Trubus. 636: 112. 
  12. ^ Nasrudin, Juhana (April 2020). Nurachma, Shara, ed. Refleksi Keberagaman dalam Sistem Pengobatan Tradisional Masyarakat Perdesaan. Depok: Murai Kencana. hlm. 106. ISBN 978-623-231-399-6. 
  13. ^ Hariana, A., dkk. (2015). Kitab Resep Herbal. Jakarta: Penebat Swadaya. hlm. 5. ISBN 978-979-002-661-2. 
  14. ^ Abna, N., dan Nirwana (7 Desember 2020). "Budidaya Tanaman Obat Keluarga melalui Pemanfaatan Lahan Pekarangan Kelompok Karang Taruna di Desa Borikamase". Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Islam Malang: 85. ISBN 978-602-462-579-5. 
  15. ^ Ahmad, A. R., dkk. (2021). Tumbuhan Berpotensi Obat: Desa Sanrobone, Kabupaten Takalar. Makassar: Penerbit Nas Media Pustaka. hlm. 67. ISBN 978-623-351-241-1. 
  16. ^ Pramono, JE. Djoko (2008). 143 Tips Cerdas Seputar Kesehatan, Rumah dan Masakan. Jakarta Selatan: DeMedia Pustaka. hlm. 8. ISBN 979-1471-46-0. 
  17. ^ Pramukanto, Q., dkk. (September 2013). Taman Terapi Mandiri: Diabetes Melitus. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 34. ISBN 978-979-493-564-4.