Minal 'Aidin wal-Faizin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Minal 'Aidin wal-Faizin (Jawi: مِنَ الْعَائِدِيْن وَالْفَائِزِيْن) adalah idiom dalam bahasa Arab yang dipopulerkan dalam dakwah di Indonesia. Kalimat ini biasa diucapkan oleh seluruh rakyat Indonesia saat merayakan Idulfitri, setelah menunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadan.

Kalimat ini menjadi doa dengan terjemahan umum "(semoga kita semua) tergolong orang yang kembali (ke fitrah) dan menunai kemenangan (dengan meraih surga)".[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sekarang keluarlah semuanya kain yang bagus, tanda memuliakan hari raya. Tua muda, besar kecil, bersalamlah ketika itu sambil bermaaaf-maafan dan mengucapkan selamat hari raya, "Minal aidin wal faizin."

Berita Koto Gedang, No. 2, Februari 1933

Kalimat perkataan ini mulanya berasal dari seorang penyair pada masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Hilli, ketika dia membawakan syair yang mengkisahkan dendang para wanita menyambut hari raya pada jaman itu.[2]

Pengucapan[sunting | sunting sumber]

Menurut Muhammad Quraish Shihab dalam buku Lentera Hati, kata ‘aidin dan faizin jangan sampai disebut aidzin, aidhin, atau faidzin, faidhin.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Nurcholish Madjid, Prisma Pergeseran Budaya Jawa ke Budaya Indonesia [1]
  2. ^ Dawawin Asy-Syi’ri Al-’Arabi ‘ala Marri Al-Ushur, 19:182.
  3. ^ Lentera Hati: Kisah dan Hikmah kehidupan https://books.google.co.id/books?id=LFLGT-4_OCkC&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false