Pemberontakan di Kalimantan Barat (1823)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Benteng Belanda di Sambas, dibangun pada tahun 1823.

Pada tahun 1823, orang Tionghoa di sejumlah kota di Kalimantan Barat, seperti Pontianak, Mandor, dan Monterado melancarkan pemberontakan terhadap Belanda.

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Di pantai barat Kalimantan, orang Tionghoa melancarkan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda; mereka tergabung dalam jumlah besar yang tersebar di sejumlah kesultanan di Kalbar. Mereka mengembangkan sejumlah pertambangan emas dan berada di bawah pemerintahan Belanda menurut perjanjian yang telah disepakati antara Belanda dan pemerintah setempat. Mereka menolak menerima hasil perjanjian tersebut karena terdapat pajak perseorangan menurut permintaan dan juga pemerintah telah memberi nilai harga pada garam dan candu. Terdapat usaha dari orang Tionghoa mewajibkan pembayaran bangkai kapal. Di saat yang bersamaan, sekelompok Tionghoa melancarkan serangan ke benteng di Pontianak namun berhasil dihalau meski sempat menduduki benteng itu.

Ekspedisi[sunting | sunting sumber]

Godert van der Capellen memerintahkan komisaris Tobias mengadakan penyelidikan pada tahun 1821; sejumlah usulan untuk mengendalikan keadaan dengan pengiriman ekspedisi agar memperingatkan orang Tionghoa mengemuka pada bulan Maret 1822. Ekspedisi yang terdiri atas 300 pasukan di bawah pimpinan Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers itu bertolak ke Pontianak; tanpa perlawanan menduduki basis Tionghoa di Mandor; namun rekan seperjuangannya di Monterado melancarkan perlawanan. Pada tanggal 20 Januari 1823, benteng pertama di Lara (yang sudah diperkuat) berhasil ditaklukkan setelah perjuangan berat. Orang-orang Tionghoa melarikan diri ke Monterado, dan De Stuers tak mau mengejar mereka. Setelah pertahanan itu diduduki, pasukan Belanda maju ke Monterado yang berhasil diduduki tanpa perlawanan.

Buntut[sunting | sunting sumber]

Perubahan keadaan terjadi pada tanggal 1 Mei di Sambas melalui permintaan pimpinan yang baru; namun orang-orang Tionghoa menolak menerima perubahan dan akibat kurangnya pasukan, pemerintah harus membiarkan persoalan tersebut seperti mereka. Di bagian selatan Kalimantan, Tobias berhasil mendapatkan apliatie kontrak yang ada dari sultan, yang dengan itu Belanda mendapatkan sejumlah daerah, kecualis pesisir selatan dan timur. Di saat bersamaan, pemerintah berhasil mengatasi perompakan yang kebanyakan atas dorongan, yang kadang-kadang dikendalikan dalam skala besar atas perintah penguasa Kalimantan.

Bacaan lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Terwogt WA. 1900. Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië. Hoorn: P. Geerts.
  • Kepper G. 1900. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900. Den Haag: M.M. Cuvee.
  • Gerlach AJA. 1876. Nederlandse heldenfeiten in Oost IndIë. 3 jilid. Den Haag: Gebroeders Belinfante.