Pemilihan umum Presiden Indonesia 2009

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pemilihan Umum Presiden Indonesia 2009
8 Juli 2009 (2009-07-08)
Terdaftar176.367.056 jiwa
Kehadiran pemilih127.983.655 (72,56%)
Kandidat
Pasangan calon Partai Koalisi
60,80%
Demokrat Sekretariat Gabungan Partai Koalisi Pendukung Pemerintahan
Suara populer: 73.874.562

   

26,79%
PDI-P Koalisi PDI-P
Suara populer: 32.548.105

   

12,41%
Golkar Koalisi Golkar
Suara populer: 15.081.814

   

Hasil suara




Peta persebaran suara
Hasil pemilu menunjukkan kandidat dengan mayoritas suara di masing-masing 33 provinsi di Indonesia. Mega-Prabowo: merah; SBY-Boediono: biru; JK-Wiranto: kuning.[1]
Presiden petahana
Susilo Bambang Yudhoyono

Demokrat

Presiden terpilih

Susilo Bambang Yudhoyono
Demokrat

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009 (biasa disingkat Pilpres 2009) diselenggarakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2009-2014. Pemungutan suara diselenggarakan pada 8 Juli 2009.[2] Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono berhasil menjadi pemenang dalam satu putaran langsung dengan memperoleh suara 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.[3]

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Ketentuan[sunting | sunting sumber]

Pasangan calon terpilih adalah pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50% dari jumlah suara dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari 50% jumlah provinsi di Indonesia. Dalam hal tidak ada pasangan calon yang perolehan suaranya memenuhi persyaratan tersebut, 2 pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dipilih kembali dalam pemilihan umum (putaran kedua). Dalam hal perolehan suara terbanyak dengan jumlah yang sama diperoleh oleh 2 pasangan calon, kedua pasangan calon tersebut dipilih kembali oleh rakyat dalam pemilihan umum. Dalam hal perolehan suara terbanyak dengan jumlah yang sama diperoleh oleh 3 pasangan calon atau lebih, penentuan dari peringkat pertama dan kedua dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara yang lebih luas secara berjenjang. Dalam hal perolehan suara terbanyak kedua dengan jumlah yang sama diperoleh oleh lebih dari 1 pasangan calon, penentuannya dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara yang lebih luas secara berjenjang.

Calon[sunting | sunting sumber]

Desain surat suara yang berisi pasangan calon dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2009

Kandidat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan[sunting | sunting sumber]

Kandidat nomor urut 1
Megawati Prabowo Subianto
Calon Presiden Calon Wakil Presiden
Presiden ke-5 Indonesia (2001–2004) Panglima Kostrad (1998)
21,42%
Kampanye

Setelah beroposisi selama lima tahun, Presiden ke-5 Indonesia periode 2001–2004 sekaligus mantan wakil presiden era Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri pada 2007 menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan sebagai kandidat presiden.[4] Kemudian, dia diberi mandat oleh partainya, PDI-P untuk kembali berkontestasi dalam pemilihan presiden 2009.[5] Megawati merupakan peserta pilpres 2004 yang kalah saing dengan rivalnya yang juga mantan menteri di kabinetnya, Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 2009, SBY kembali menjadi rivalnya setelah ditetapkan maju sebagai kandidat presiden.[6] Beberapa nama diusulkan untuk menjadi pendamping bagi Megawati, salah satunya Sri Sultan Hamengkubuwono X dari Golkar.[7] Dari nama-nama yang ada, Prabowo Subianto dari Gerindra dipilih oleh Megawati sebagai pendampingnya. Prabowo merupakan peserta konvensi calon presiden dari Golkar untuk mencalonkan diri dalam pilpres 2004. Pada 2008, Prabowo diberi mandat sebagai calon presiden dari partainya.[8] Setelah berkoalisi dengan PDI-P, ia menjadi wakil bagi Megawati.[9] Kandidat ini mendeklarasikan pencalonannya pada 15 Mei 2009 di Jalan Teuku Umar, Jakarta.[10]

Kesepakatan koalisi tersebut diperkuat melalui Kesepakatan Batutulis yang menyepakati pengusungan Mega-Prabowo dalam kontestasi pilpres 2009.[11] Selain itu terdapat kesepakatan dalam kebutuhan kampanye hingga wewenang di pemerintahan. Pada butir terakhir terdapat pernyataan bahwa Megawati akan mendukung Prabowo dalam pencalonannya pada pilpres 2014. Akan tetapi, hal itu disanggah oleh politikus PDI-P, Sabam Sirait yang mengklaim pernyataan tersebut tidak termasuk ke dalam isi kesepakatan yang dimuat.[12] Dalam pernyataan resminya, PDI-P mengesahkan bahwa perjanjian tersebut tidak relevan mengingat pasangan calon ini kalah dari SBY-Boediono.[13]

Kandidat dari Partai Demokrat[sunting | sunting sumber]

Kandidat nomor urut 2
Yudhoyono Boediono
Calon Presiden Calon Wakil Presiden
Presiden ke-6 Indonesia (2004–2014) Gubernur ke-13 Bank Indonesia (2008–2009)
56,60%
Kampanye

Presiden petahana Susilo Bambang Yudhoyono mengesahkan dirinya mempertahankan kursi dengan maju sebagai calon presiden pada 2009.[14] Ia pun diusung oleh Partai Demokrat di rapat kerja nasional pada 26 April 2009.[15] Ini menjadi kedua kalinya SBY mencalonkan diri setelah kontestasi pertamanya pada 2004. Ia diusung oleh Demokrat yang berkoalisi dengan PKB, PAN, dan PKS. Meski awalnya tidak menominasikan SBY,[16] PKS akhirnya memberi dukungan kepada SBY-Boediono.[17] Sebelumnya, Hidayat Nur Wahid dari PKS didorong untuk menjadi pendamping bagi SBY.[18] Selain itu, nama Hatta Rajasa, Aburizal Bakrie, Sri Mulyani, Boediono, dan Kuntoro Mangkusubroto turut masuk dalam bursa pencalonan.[19] Pada akhirnya, nama Hidayat tidak diumumkan, melainkan seorang ekonom yang menjabat Gubernur Bank Indonesia, Boediono sebagai wakilnya.[20] Bersamaan dengan itu, dideklarasikan pula kandidat SBY-Boediono pada 15 Mei 2009 di Bandung, Jawa Barat.[21] Saat deklarasi, SBY tampil mengenakan kemeja merah bersama dengan Boediono.

Kandidat dari Partai Golongan Karya[sunting | sunting sumber]

Kandidat nomor urut 3
Jusuf Kalla Wiranto
Calon Presiden Calon Wakil Presiden
Wakil Presiden ke-10 Indonesia (2004–2009) Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (1999–2000)
21,96%
Kampanye

Perhitungan suara[sunting | sunting sumber]

Lembar hasil pemungutan suara di salah satu TPS.

Pada hari Sabtu, 25 Juli 2009, KPU menetapkan hasil rekapitulasi perolehan suara nasional Pilpres 2009 yang telah diselenggarakan pada 22 - 23 Juli 2009. Hasil Pilpres 2009 berdasarkan penetapan tersebut adalah sebagai berikut.[3][22][23]

No. Pasangan calon Jumlah suara Persentase suara
1 Megawati-Prabowo 32.548.105 26,79%
2 SBY-Boediono 73.874.562 60,80%
3 JK-Wiranto 15.081.814 12,41%
Jumlah 121.504.481 100,00%
Statistik
Jumlah suara sah 121.504.481
Jumlah suara tidak sah 6.479.174
Jumlah suara peserta 127.983.655
Jumlah suara pemilih 176.367.056

Sengketa[sunting | sunting sumber]

Pasangan JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo mengajukan keberatan terhadap hasil rekapitulasi perolehan suara Pilpres 2009 yang telah ditetapkan KPU ke Mahkamah Konstitusi (MK), masing-masing dengan perkara nomor 108/PHPU.B-VII/2009 dan 109/PHPU.B-VII/2009. Isi keberatan yang diajukan kedua pasangan antara lain sebagai berikut:[24]

  • Kekacauan masalah penyusunan dan penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT)
  • Regrouping dan/atau pengurangan jumlah TPS
  • Adanya kerjasama atau bantuan IFES
  • Adanya spanduk buatan KPU mengenai tata cara pencontrengan
  • Beredarnya formulir ilegal model “C-1 PPWP”
  • Adanya berbagai pelanggaran administratif maupun pidana
  • Adanya penambahan perolehan suara SBY-Boediono serta pengurangan suara Mega-Prabowo dan JK-Wiranto

KPU berikut KPUD seluruh Indonesia menjadi termohon dan Bawaslu serta pasangan SBY-Boediono menjadi pihak terkait. Sidang kedua perkara ini digabungkan oleh MK karena melihat adanya kesamaan pokok perkara. Persidangan terbuka dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu pada tanggal 4 Agustus 2009 (pemeriksaan perkara[25][26]), 5 Agustus 2009 (mendengar keterangan termohon, pihak terkait, keterangan saksi, dan pembuktian[27][27][28]), dan 6-7 Agustus 2009 (pembuktian[29][30]). Pada tanggal 12 Agustus 2009, majelis hakim konstitusi membacakan putusannya, dimana dalam amar putusan menyatakan bahwa permohonan ditolak seluruhnya. Putusan ini diambil secara bulat oleh seluruh hakim konstitusi, tanpa dissenting opinion.[31]

Penetapan[sunting | sunting sumber]

Setelah keluarnya putusan MK tersebut, pada 18 Agustus 2009, KPU menetapkan SBY-Boediono sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2009-2014.[32] Penetapan ini kemudian diikuti dengan ucapan selamat dari para calon presiden dan wakil presiden peserta Pilpres 2009 lainnya.[33][34] Dalam pidato penerimaannya, SBY mengatakan bahwa Megawati, Prabowo, JK, dan Wiranto sebagai putra-putri terbaik bangsa yang telah memberikan yang terbaik kepada demokrasi di Indonesia dan mengharapkan pengabdian mereka tidak akan mengenal batas akhir dan akan terus berlanjut.[35][36]

Pelantikan[sunting | sunting sumber]

Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Periode 2009-2014 berlangsung hari Selasa, 20 Oktober 2009 pukul 10.00 WIB di Gedung Nusantara, Senayan dalam Sidang Paripurna MPR RI. Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono selaku Presiden dan Wakil Presiden terpilih mengucapkan Sumpah/Janjinya di depan Pimpinan dan Anggota MPR. Jumlah Anggota MPR RI yang hadir sejumlah 647 orang dari 692 orang.

Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden dihadiri oleh para undangan terdiri dari para kepala Negara sahabat, para pimpinan lembaga Negara, Utusan khusus negara sahabat, mantan wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Presiden BJ Habibie hingga wartawan dari berbagai media tidak ketinggalan meliput acara besar ini.

Sidang dibuka dengan pidato pembuka dari Ketua MPR RI Taufiq Kiemas dilanjutkan dengan pembacaan keputusan KPU mengenai penetapan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden oleh Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Saifuddin.

Sidang dilanjutkan dengan pembacaan Sumpah/Janji Presiden diikuti dengan pembacaan Sumpah/Janji Wakil Presiden. Presiden dan Wakil Presiden terpilih kemudian bersama-sama melakukan penandatangan Berita Acara Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden beserta seluruh Pimpinan MPR RI yang dilanjutkan dengan penyerahan Berita Acara Pelantikan kepada Presiden dan Wakil Presiden oleh Ketua MPR RI Taufiq Kiemas.

Ketua MPR RI memberikan sambutan ucapan selamat kepada Presiden dan Wakil Presiden dilanjutkan pidato dari Presiden terpilih. Sidang Paripurna ditutup dengan pembacaan doa oleh Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Y Thohari.[37]

Kampanye[sunting | sunting sumber]

Kampanye Pilpres 2009 diselenggarakan pada 2 Juni hingga 4 Juli 2009 dalam bentuk rapat umum dan debat calon (sebelumnya dijadwalkan pada 12 Juni hingga 4 Juli 2009).[38] Materi kampanye meliputi visi, misi, dan program pasangan calon. Kampanye dalam bentuk rapat umum berlangsung selama 24 hari dalam 3 putaran, mulai dari 11 Juni hingga 4 Juli 2009. Pada setiap putaran, setiap pasangan calon mendapatkan jatah 8 kali rapat umum di setiap provinsi.[39]

Dana kampanye[sunting | sunting sumber]

Rincian dana kampanye masing-masing pasangan calon peserta Pilpres 2009 yang telah diaudit oleh akuntan publik dan diumumkan oleh KPU pada 17 September 2009 adalah sebagai berikut:[40][41][42]

Megawati-Prabowo SBY-Boediono JK-Wiranto
Penerimaan 260.241.836.363 232.770.456.232 83.327.864.390
Pengeluaran 260.140.836.562 232.578.847.237 83.307.140.408
Saldo akhir 100.999.744 191.608.995 20.723.982

Debat calon[sunting | sunting sumber]

Debat calon presiden diselenggarakan sebanyak 3 kali, sedangkan debat calon wakil presiden diselenggarakan sebanyak 2 kali. Total alokasi waktu untuk setiap debat adalah 2 jam, dengan konten debat 90 menit yang terdiri dari pemaparan visi, misi, dan program calon selama 7 hingga 10 menit, pertanyaan oleh moderator dan jawaban calon selama 30 menit, pertanyaan oleh moderator dan jawaban calon serta tanggapan calon lain selama 30 menit, serta pernyataan penutup dari masing-masing calon selama 5 menit.[43] Setiap debat diselenggarakan oleh stasiun televisi nasional yang telah ditentukan oleh KPU. Berikut adalah rincian debat capres dan cawapres Pilpres 2009.[39][44]

Waktu Peserta Materi Moderator Stasiun TV penyelenggara
Kamis, 18 Juni 2009 Capres Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih serta Menegakkan Supremasi Hukum Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina) Trans Corp (Trans TV dan Trans7)
Selasa, 23 Juni 2009 Cawapres Pembangunan Jati Diri Bangsa Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah) SCTV
Kamis, 25 Juni 2009 Capres Mengentaskan Kemiskinan dan Pengangguran Aviliani (Ekonom INDEF) MetroTV
Selasa, 30 Juni 2009 Cawapres Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia Fahmi Idris (Ketua IDI) tvOne
Kamis, 2 Juli 2009 Capres NKRI, Demokrasi, dan Otonomi Daerah Pratikno (Dekan Fisipol UGM) RCTI

Kampanye "Pilpres Satu Putaran Saja"[sunting | sunting sumber]

Sebagai bagian dari dukungan kepada SBY-Boediono, Denny J.A., Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI)[45] dan Lembaga Studi Demokrasi (LSD), mengumumkan memimpin gerakan "Pilpres Satu Putaran Saja".[46] Hal ini memicu protes dari kedua pasangan calon pesaing yang selama ini mengharapkan pilpres dapat berlangsung dalam dua putaran agar dapat mengalahkan SBY-Boediono yang dalam berbagai hasil survei hampir selalu memperoleh dukungan di atas 50%. Meresponnya, JK menyatakan bahwa ia optimis JK-Wiranto juga punya peluang untuk menang dalam satu putaran,[47] sementara Prabowo mengatakan bahwa pilpres satu putaran boleh saja dilakukan asalkan dilaksanakan secara demokratis.[48] Din Syamsudin, Ketua Umum PP Muhammadiyah yang secara terbuka menyatakan dukungannya kepada JK-Wiranto, mengatakan bahwa ia kecewa pada tim kampanye capres tertentu yang menyerukan pilpres satu putaran, apalagi ada salah satu lembaga survei mendukung wacana tersebut. Ia juga mewanti-wanti agar jangan sampai ada orang KPU yang ikut menyuarakan hal tersebut, apalagi dengan alasan dana.[49] Dalam debat capres putaran terakhir pada tanggal 2 Juli 2009, JK menanyakan kepada SBY mengenai keberadaan iklan-iklan kampanye pilpres satu putaran yang dianggapnya sebagai tidak demokratis.[50] SBY membalas dengan menyatakan bahwa iklan-iklan pilpres satu putaran bukan merupakan iklan resmi yang dikeluarkan oleh tim kampanyenya, sehingga JK pun kembali mempertanyakan legalitas dari iklan-iklan kampanye tersebut.[51][52][53] Denny J.A. sendiri membenarkan bahwa iklan tersebut bukan merupakan bagian dari iklan resmi tim kampanye SBY, tetapi ia menolak untuk dikatakan sebagai iklan kampanye ilegal karena menurutnya masih merupakan hak setiap warga negara untuk menyatakan pendapatnya meskipun dilaksanakan pada saat masa kampanye pilpres.[54] Sementara Syamsudin Haris, pengamat politik LIPI berpendapat (dan demikian pula bila menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pilpres) bahwa Kampanye "Pilpres Satu Putaran Saja" akan menjadi kampanye ilegal karena adanya pernyataan resmi dari SBY karena dalam setiap material kampanye pilpres harus terlebih dahulu disetujui oleh para kandidat karena adanya kepentingan mereka, sehingga setiap material kampanye tanpa persetujuan kandidat dapat disebut sebagai kampanye ilegal.[55][56] Megawati sendiri mendukung pendapat tersebut dan menyayangkan sikap SBY yang tidak segera menarik iklannya.[57]

Isu agama istri Boediono[sunting | sunting sumber]

Sebuah kampanye gelap atau kampanye hitam berawal pada kampanye JK-Wiranto di Sumatera Utara (telah dibantah oleh Tim Kampanye Nasional JK-Wiranto sebagai bukan bagian dari kampanyenya serta mengatakan berasal dari pihak pendukung kandidat lain [58]) beredar selebaran yang berisi fotokopi wawancara dengan Presiden Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI) Habib Husein Al Habsyi pada Tabloid Monitor [59] dalam rangkaian artikel antara lain Apa PKS Tidak Tahu Istri Boediono Katolik ? [60] hal ini dibantah pula oleh pihak PKS dengan mengatakan bahwa Boediono dan Herawati adalah murid ngaji dari salah satu kader PKS [61] yang kemudian malahan beredar secara luas di masyarakat bahkan selebaran kampanye gelap ini menyebar hampir sampai disemua pelosok Sumenep, Madura dan menurut Ketua DPD PKS Kabupaten Sumenep, Moh Readi bahwa "selebaran yang isinya mengkafirkan seseorang sangat tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Sebab, yang mengkafirkan orang berarti yang bersangkutan yang tergolong orang-orang kafir." [62] dan Hal ini pun kemudian menjadi polemik antara Rizal Mallarangeng, sebagai bagian dari Tim Kampanye Nasional SBY-Boediono, dengan Jusuf Kalla.[63] membuat KPU kembali meminta kepada para peserta pemilu berikut para pendukungnya agar seharusnya kampanye dimanfaatkan oleh pasangan para calon presiden dan wakil presiden untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerja bukannya menjadi melakukan politisasi agama atau memecah belah bangsa dengan masalah sara.[64] sehubung sering adanya isu-isu yang melanda para istri pasangan para calon presiden dan wakil presiden, ketua MPR Hidayat Nurwahid ikut mengatakan "Kita Mau Pilih Capres-Cawapres atau Istrinya ?" kemudian ditambahkan bahwa "mengapa tidak sekalian anak capres-cawapres saja yang dijadikan isu, kita jangan mengembangkan isu (hanya, red) di lingkungan istri. bagaimana kalau dikembangkan (sampai, red) anak-anaknya, capres mana yang anaknya berjilbab ? Jawabannya adalah tidak ada (yang berjilbab, red)" [65]

Kontroversi survei[sunting | sunting sumber]

Survei yang pada umumnya dipergunakan untuk keperluan penelitian dalam kampanye pilpres 2009 mendapat tuduhan digunakan sebagai alat kampanye agar terjadi pilpres satu putaran [66][67][68] bahkan pada tanggal 11 Juni 2009 anggota KPU I Gusti Putu Artha mengatakan bahwa "Ruang publik kacau, terjadi informasi yang beda luar biasa" (KPU Sayangkan Kekisruhan Hasil Survei) dan Johan O Silalahi mengatakan bahwa "Kalau Pilpres berlangsung satu putaran saya berani menutup lembaga saya. Tapi kalau nanti Pilpresnya dua putaran mereka juga (LSI) harus berani menutup lembaga mereka" [69]

Survei dan hitung cepat[sunting | sunting sumber]

Survei dan hitung cepat dilakukan oleh lembaga survei yang terdaftar ataupun tidak terdaftar di KPU. Lembaga survei yang terdaftar di KPU yaitu Lembaga Survei Indonesia, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), Jaringan Suara Indonesia, Cirus Surveyors Group, Pusat Studi Nusantara, Lingkaran Survei Indonesia, Jaringan Isu Publik (JIP), Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP), LP3ES, dan Lembaga Survei Nasional (LSN).[70]

Survei[sunting | sunting sumber]

Survei dilakukan untuk mengetahui preferensi publik terhadap (bakal) (pasangan) calon presiden. Berikut adalah sejumlah hasil survei yang dilakukan sebelum hari pemungutan suara Pilpres 2009.

Penyelenggara dan metode Waktu Hasil
Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis[71]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 2.600
Batas kesalahan: Tidak disebutkan
2 - 4 Juli 2009 SBY-Boediono 51,95%, Megawati-Prabowo 22,25%, JK-Wiranto 18,27%
Strategic Indonesia[72]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 18.439
Batas kesalahan: Tidak disebutkan
1 - 3 Juli 2009 SBY-Boediono 46,86%, JK-Wiranto 32,46%, Megawati-Prabowo 20,34%
Lembaga Survei Indonesia[73]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 3.100
Batas kesalahan: Tidak disebutkan
30 Juni - 2 Juli 2009 SBY-Boediono 63%, Megawati-Prabowo 21%, JK-Wiranto 11%, belum tahu 5%
Lembaga Survei Indonesia[74]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 2.000 (Multistep random sampling)
Batas kesalahan: 2,8%
15 - 20 Juni 2009 SBY-Boediono 67%, Megawati-Prabowo 16%, JK-Wiranto 9%, belum tahu 8%
Pusat Kajian Strategi Pembangunan Sosial Politik FISIP UI[75]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 2.000
Batas kesalahan: 5%
1 - 5 Juni 2009 SBY-Boediono 37,05%,Megawati-Prabowo 31,50%, JK-Wiranto 26,60%
Lembaga Survei Indonesia[76]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 2.999
Batas kesalahan: 1,8%
15 - 29 Mei 2009 SBY-Boediono 70%, Megawati-Prabowo 18%, JK-Wiranto 7%, belum tahu 5%
Lembaga Survei Nasional[77]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 1.230
Batas kesalahan: 2,8%
15 - 21 Mei 2009 SBY-Boediono 67,1%, Megawati-Prabowo 11,8%, JK-Wiranto 6,7%, belum tahu 13%, tidak memilih 1,6%
Pusat Kajian Strategi Pembangunan Sosial Politik FISIP UI[78]
Metode: Survei kualitatif dengan wawancara secara mendalam
Sampel: 100 orang tokoh masyarakat
Batas kesalahan: Tidak ada
27 April - 2 Mei 2009 Prabowo: 32 orang, SBY: 30 orang, Megawati: 16 orang, JK: 14 orang
Lembaga Survei Indonesia[79]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 2.014
Batas kesalahan: Tidak disebutkan
27 April - 3 Mei 2009 Alternatif 1 (2 pasangan): SBY-Boediono 72,5%, Megawati-Prabowo 21,5%

Alternatif 2 (3 pasangan): SBY-Boediono 70%, Megawati-Prabowo 21%, JK-Endriartono Sutarto 3%, belum tahu 6%

Lembaga Riset Informasi[80]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 2.066
Batas kesalahan: 2,2%
3 - 7 Mei 2009 Alternatif 1: SBY-Hidayat Nur Wahid 36,2%, JK-Wiranto 27,6%, Megawati-Prabowo 19,1%

Alternatif 2: SBY-Boediono 32,1%, JK-Wiranto 27,3%, Megawati-Prabowo 20,2%, belum tahu 20,4%

Lembaga Survei Nasional[81]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 1.225
Batas kesalahan: 2,8%
2 - 14 Mei 2008 Megawati 16,7%, SBY 16,4%, JK 9,2%, belum tahu 31,3%
Lembaga Survei Indonesia[82][83]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 1.200
Batas kesalahan: Tidak disebutkan
Januari 2008 SBY 34%, Megawati 24,2%, Hamengkubuwono X 6,6%, Abdurrahman Wahid 4,4%, Wiranto 4,1%, Amien Rais 3%, JK 1,9%.
Indo Barometer[84]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 1.200
Batas kesalahan: Tidak disebutkan
Desember 2007 SBY 49,5%, JK 21,7%, Hamengkubuwono X 14,7%
Pusat Studi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia[85]
Metode: Survei kuantitatif
Sampel: 3.527
Batas kesalahan: Tidak disebutkan
November 2007 Hamengkubuwono X 17,1%, Hidayat Nur Wahid 11,7%, Sutrisno Bachir 8,7%, Yusril Ihza Mahendra 8,6%, Anas Urbaningrum 3,9%

Hitung cepat[sunting | sunting sumber]

Hitung cepat dilakukan untuk mengetahui hasil Pilpres 2009 secara cepat. Hasilnya diketahui hanya beberapa jam setelah berakhirnya waktu pemungutan suara. Berikut adalah hasil hitung cepat pemungutan suara Pilpres 2009 yang dilakukan oleh beberapa lembaga, dimana seluruhnya menghasilkan SBY-Boediono sebagai pemenang dengan persentase suara sekitar 60%.[86][87] Hasil resmi dari KPU disertakan untuk perbandingan.

Pasangan calon Lembaga Survei Indonesia Lingkaran Survei Indonesia LP3ES Puskaptis Cirus LRI MetroTV[88] KPU (hasil resmi)
1. Megawati-Prabowo 26,56% 27,36% 27,40% 28,16% 27,49% 27,02% 26,32% 26,79%
2. SBY-Boediono 60,85% 60,15% 60,28% 57,95% 60,20% 61,11% 58,51% 60,80%
3. JK-Wiranto 12,59% 12,49% 12,32% 13,89% 12,31% 11,87% 15,18% 12,41%

Hasil[sunting | sunting sumber]

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009 (biasa disingkat Pilpres 2009) diselenggarakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2009-2014. Pemungutan suara diselenggarakan pada 8 Juli 2009.[89] Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono berhasil memenangi perolehan suara terbanyak dalam satu putaran langsung dengan memperoleh suara 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "General Elections Commission Results Tabulation" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-12-25. Diakses tanggal 2012-06-19. 
  2. ^ "Jadwal Pemilihan Presiden 2009" (PDF). KPU. Diakses tanggal 2009-05-16. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ a b c "SBY-Boediono Menang!". detikcom. Diakses tanggal 2009-07-25. 
  4. ^ "Megawati Siap Dicalonkan Dalam Pilpres 2009". Antara News. Jakarta. 10 September 2007. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  5. ^ "Rakernas III PDIP Rekomendasikan Megawati Capres 2009". Kompas.com. Makassar. 29 Mei 2008. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  6. ^ "PDIP Berkoalisi, Megawati Tetap Sebagai Capres". Detik News. Jakarta. 11 November 2008. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  7. ^ "PDIP DIY Tetap Usung Sultan Dampingi Megawati". Antara News. Yogyakarta. 23 April 2009. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  8. ^ "Gerindra Usung Prabowo Capres 2009". Okezone. Jakarta. 16 Oktober 2008. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  9. ^ "Gerindra Tetap Berkoalisi Dengan PDIP". Antara News. Jakarta. 15 Juli 2009. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  10. ^ "Megawati-Prabowo Deklarasikan Sebagai Capres/Cawapres". Antara News. Jakarta. 15 Mei 2009. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  11. ^ Sutrisno, Evan Dany (28 Mei 2021). "7 Pasal Perjanjian Batu Tulis Mega-Prabowo". Detik News. Jakarta. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  12. ^ "Sabam sebut 'Mega dukung Prabowo di 2014' bukan isi Batu Tulis". Merdeka. Jakarta. 9 Mei 2014. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  13. ^ "PDIP: Perjanjian Batu Tulis Sudah Usang". JPNN. Jakarta. 9 Mei 2014. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  14. ^ "SBY Siap Maju dalam Pilpres 2009". Okezone. Jakarta. 28 September 2008. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  15. ^ "SBY Resmi Capres Partai Demokrat". Kompas. Jakarta. 28 September 2008. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  16. ^ Zaky Al-Yamani (26 Oktober 2008). "PKS Tak Calonkan SBY Sebagai Capres". Viva. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  17. ^ "PKS Pilih SBY-Boediono karena Tidak Bermental Orde Baru". Detik News. Jakarta. 7 Juni 2009. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  18. ^ "SBY-Hidayat Belum Final". Kompas. Tangerang. 4 April 2009. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  19. ^ "Ini Dia, 6 Cawapres SBY!". Kompas. Jakarta. 30 April 2009. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  20. ^ "Dijadikan Cawapres, Boediono Ucapkan Terima Kasih ke SBY". Detik News. Bandung. 30 April 2009. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  21. ^ "Deklarasi SBY-Boediono Meriah Ribuan Orang Hadir". Detik News. Bandung. 15 Mei 2009. Diakses tanggal 22 Desember 2023. 
  22. ^ "HASIL REKAPITULASI PEROLEHAN SUARA PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009" (PDF). KPU. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-12-25. Diakses tanggal 2009-07-26. 
  23. ^ "DPT PILPRES 2009 SEBANYAK 176.367.056 PEMILIH". indonesia.go.id. Diakses tanggal 2014-07-25. 
  24. ^ "Risalah sidang perkara nomor 108/PHPU.B-VII/2009 dan 109/PHPU.B-VII/2009" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-09-27. Diakses tanggal 2012-06-19. 
  25. ^ Pemeriksaan Perkara NOMOR 108/PHPU.B-VII /2009 (I)[pranala nonaktif permanen]
  26. ^ Pemeriksaan Perkara NOMOR 109/PHPU.B-VII /2009 (I)[pranala nonaktif permanen]
  27. ^ a b Mendengar Jawaban Termohon, Pihak Terkait, Keterangan Saksi, dan Pembuktian (II)[pranala nonaktif permanen]
  28. ^ Mendengar Jawaban Termohon, Pihak Terkait, Keterangan Saksi, dan Pembuktian[pranala nonaktif permanen]
  29. ^ Pembuktian (III)[pranala nonaktif permanen]
  30. ^ "Pembuktian (IV)" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2012-06-19. 
  31. ^ "Pengucapan Putusan (V)" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-09-27. Diakses tanggal 2012-06-19. 
  32. ^ SBY-Boediono Ditetapkan Sebagai Capres-cawapres Terpilih 18 Agustus
  33. ^ JK Ucapkan Selamat kepada SBY-Boediono
  34. ^ Prabowo Ucapkan Selamat Pada SBY-Boediono
  35. ^ SBY Sampaikan Terima Kasih pada Rakyat, Juga Pesaingnya
  36. ^ SBY Sampaikan Hormatnya pada Pasangan Mega-Prabowo dan JK-Wiranto
  37. ^ Sidang Paripurna MPR RI Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI
  38. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama jadwal berubah
  39. ^ a b "KPU dan Tim Kampanye Sepakati Jadwal Kampanye dan Debat Capres-Cawapres". KPU. 2009-05-28. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-31. Diakses tanggal 2009-05-30. 
  40. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama dana calon
  41. ^ "Mega Rp 257 M, SBY Rp 200 M, JK Rp 83 M". detikcom. 2009-07-06. Diakses tanggal 2009-07-06. 
  42. ^ "KPU Umumkan Hasil Audit Akuntan Publik Dana Kampanye Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pada Pemilu 2009". KPU. 2009-09-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-11. Diakses tanggal 2009-09-18. 
  43. ^ "Format Debat dan Run Down Debat Capres/Cawapres" (PDF). KPU. 2009-06-18. Diakses tanggal 2009-06-28. [pranala nonaktif permanen]
  44. ^ Ini Dia Moderator Debat Capres dan Debat Cawapres
  45. ^ "Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-25. Diakses tanggal 2012-06-19. 
  46. ^ Denny JA Pimpin Gerakan Sosial "Pilpres Satu Putaran Saja".
  47. ^ JK-Win Siap Pilpres Satu Putaran
  48. ^ "Prabowo: Pilpres Satu Putaran Harus Demokratis<". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-07-23. Diakses tanggal 2012-06-19. 
  49. ^ Jika DPT Belum Beres, Din Syamsudin Minta Pilpres Ditunda
  50. ^ JK Serang SBY: Iklan Pilpres Satu Putaran Tak Demokratis!
  51. ^ Tanggapi JK Soal Iklan Satu Putaran, SBY Pertanyakan Konsistensi JK
  52. ^ Setelah Berdebat Soal Iklan, SBY Rangkul JK
  53. ^ Kalla Anggap Iklan Pilpres Satu Putaran Ilegal
  54. ^ Denny JA: Iklan Itu Bukan dari Tim Resmi SBY-Boediono
  55. ^ SBY Dinilai Tak Etis, Ambil Manfaat Tanpa Tanggung Jawab
  56. ^ Wiranto: Apakah Yang Buat Iklan Itu Setan?
  57. ^ Mega Sayangkan SBY Tak Tarik Iklan 1 Putaran
  58. ^ Tim JK Temukan Bukti Baru Selebaran Black Campaign Istri Boediono
  59. ^ "Habib Husein Al-Habsy: "Apa PKS Tidak Tahu Istri Boediono Katolik?"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-30. Diakses tanggal 2012-06-19. 
  60. ^ Tim Sukses Tak Perlu Gugat Isu SARA, Biar Bawaslu yang Tangani
  61. ^ "Tifatul: Istri Boediono Murid Ngaji Kader PKS". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-07-23. Diakses tanggal 2012-06-19. 
  62. ^ Selebaran Istri Boediono Katolik Juga Beredar di Sumenep
  63. ^ Rizal Mallarangeng: Apa Susahnya JK Minta Maaf
  64. ^ KPU Ingatkan Larangan Kampanye Bermuatan "Sara" [pranala nonaktif permanen]
  65. ^ Hidayat: Kita Mau Pilih Capres-Cawapres atau Istrinya ?
  66. ^ http://www.antaranews.com/view/?i=1244029603&c=NAS&s=POL Denny JA Pimpin Gerakan Sosial "Pilpres Satu Putaran Saja"
  67. ^ Ferry: Kampanye Pilpres Satu Putaran Menyesatkan
  68. ^ LSI Akui Didanai Fox Indonesia
  69. ^ Polemik Survei LSI Siap Tutup Kantor Jika Prediksi Meleset
  70. ^ "Lembaga Quick Count dan Survey Pemilu 2009". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-20. Diakses tanggal 2009-05-21. 
  71. ^ "Elektabilitas SBY Turun Jadi 51,95%, Isu SARA Faktor Penting". detikcom. 2009-07-05. Diakses tanggal 2009-07-06. 
  72. ^ "Elektabilitas SBY 46,86%, JK Meroket". detikcom. 2009-07-06. Diakses tanggal 2009-07-06. 
  73. ^ "Turun Terus, Elektabilitas SBY Masih 63%". detikcom. 2009-07-04. Diakses tanggal 2009-07-06. 
  74. ^ "Elektabilitas SBY 67%, JK-Wiranto Naik Terus". detikcom. 2009-06-24. Diakses tanggal 2009-06-25. 
  75. ^ "Kekuatan 3 Capres Seimbang, SBY Unggul". detikcom. 2009-06-11. Diakses tanggal 2009-06-11. 
  76. ^ "SBY-Boediono Masih Terunggul Dengan Skor 70 Persen". detikcom. 2009-06-04. Diakses tanggal 2009-06-05. 
  77. ^ "Survei LSN: SBY-Boediono Menang Satu Putaran". detikcom. 2009-05-25. Diakses tanggal 2009-05-25. 
  78. ^ "Hasil Survei kualitatif Capres Pukaspol Fisip UI, Prabowo Kalahkan SBY". mediaindonesia. 2009-05-05. Diakses tanggal 2009-05-05. 
  79. ^ "Survei: SBY-Boediono Ungguli Mega-Prabowo". tempointeraktif. 2009-05-14. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-15. Diakses tanggal 2009-05-16. 
  80. ^ "Survei: SBY-Hidayat Pemenang, JK-Wiranto Pesaing Berat". tempointeraktif. 2009-05-09. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-15. Diakses tanggal 2009-05-16. 
  81. ^ "POPULARITAS MEGA UNGGULI SBY". LSN. 2009-06-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-07-03. Diakses tanggal 2009-06-27. 
  82. ^ Mujani, Saiful (Februari 2008). "Kecenderungan Sentimen Ekonomi-Politik 2008" (pdf). Lembaga Survei Indonesia. Diakses pada 10 Februari 2008. "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-16. Diakses tanggal 2008-02-10. 
  83. ^ "Indonesia president still No.1 election choice - poll". Reuters. 2008-02-06. Diakses tanggal 2008-02-10. 
  84. ^ "JK dan Sri Sultan Favorit Cawapres 2009". KOMPAS. 2007-10-03. Diakses tanggal 2007-12-13. 
  85. ^ Bahri, Nina (2007-11-06). "Indonesia's 2009 election candidates". SCTV/MediaScrape. Diakses tanggal 2007-12-13. 
  86. ^ "Hasil Quick Count: Suara JK-Wiranto Paling Buncit, SBY-Boediono Menang Satu Putaran". detikcom. Diakses tanggal 2009-07-12. 
  87. ^ Quick Count Pilpres 2009
  88. ^ "Quick Count Independen Metro TV". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-03. Diakses tanggal 2012-06-19. 
  89. ^ "Jadwal Pemilihan Presiden 2009" (PDF). KPU. Diakses tanggal 2009-05-16. [pranala nonaktif permanen]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]