Lompat ke isi

Pengguna:Andy Sebayang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sejarah TIGABINANGA & Riwayat Hidup NGADANG SEBAYANG (Kepala Kampung 46 tahun)

[sunting | sunting sumber]

DAFTAR ISI

[sunting | sunting sumber]

PENDAHULUAN

BAGIAN PERTAMA : SEJARAH KOTA TIGABINANGA

BAB I  : ASAL USUL KOTA TIGABINANGA

               1. Asal kata “Tiga Binanga”
               2. Penduduk Awal Tigabinanga

BAB II  : PERESMIAN KOTA TIGABINANGA

          1. Peresmian Tigabinanga dan Pemilihan Penghulu
          2. Relokasi Pasar dan Penataan Kota
          3. Pengembangan Kota

BAB III : KERJASAMA ANTAR PENDUDUK

          1. ”Orang Kenjulu”  dan Dialek
         2. Pertambahan Penduduk

BAB IV  : TIGABINANGA DAN PERJUANGAN

         1. Kedudukan Tigabinanga
         2. Surat Penghargaan dari Wakil Presiden RI
         3. Tigabinanga menjadi Ibukota Kabupaten Karo dan Keresidenan Sumatera Timur
         4. Negara Sumatera Timur (NST)

BAB V  : GEMPURAN KE NEGARA SUMATERA TIMUR

          1.  Pembagian Daerah Pertempuran 1 Mei 1949
          2. Pertempuran Bertah 7 Mei 1949

BAGIAN KEDUA : RIWAYAT HIDUP NGADANG SEBAYANG

BAB VI  : BIODATA

          1. Tempat/Tahun lahir dan domisili
          2. Tigabinanga diresmikan dan Pemilihan Penghulu

BAB VII : SILSILAH KELUARGA

            1. Keturunan Ke- IX Raja Lambing
            2. Rumah Derpih Kuala
            3. Hubungan Dengan Kampung Kidupen
           4. Hubungan Dengan Kampung Batukarang dan Berdirinya  Kuala Baru.

BAB VIII  : PERNIKAHAN DAN KETURUNAN

            1. Pernikahan Yang Unik
            2. Keturunan

BAB IX  : PENDIDIKAN

              1. Belajar Baca Tulis Dari Mandor BW Mulia
              2. Mengutamkan Pendidikan

BAB X  : HIDUP DENGAN USAHA SENDIRI

                    1. Kepala Kampung Tidak Bergaji
                    2. Kegiatan Usaha-Usaha

BAB XI  : MENDUKUNG PERJUANGAN

               1. Membantu Perbekalan Para Pejuang Kemerdekaan
               2. Diakui Sebagai Anggota TNI/AD

BAB XII : PENGHARGAAN

PENUTUP: ATESTASI DAN KESIMPULAN


                     LAMPIRAN :
    1.   Riwayat hidup dan pekerjaan Ngadang Sebayang Kepala Kampung Tigabinanga
    2.   Tambahan keterangan Budi Sebayang
    3.   Bagan Silsilah Raja Lambing
    4.   Swapraja dan Landschap


PENDAHULUAN

[sunting | sunting sumber]
   Riwayat Hidup dari Ngadang Sebayang dan Sejarah  kota Tigabinanga, tidak dapat dipisahkan karena berjalan seiring dan sejalan. Apa yang dialami oleh Ngadang Sebayang  secara pribadi adalah  pengalaman juga  bagi kota Tigabinanga  dan sebaliknya. Dalam menapaki  jalan hidup pribadi dan pengalaman memimpin  kota selama lebih dari 4 dasawarsa, Ngadang Sebayang sempat menuangkannya dalam Dokumen Tertulis berjudul  “Riwayat Hidup dan  Sejarah mulainya terjadi Kampung  Urung Tigabinanga” tertanggal 31 Desember 1967, ditulis dan ditanda tanganinya  pada saat terakhir ia menjabat sebagai Kepala Kampung. Dengan demikian cakupan dari buku ini, hanya sampai 31 Desember tahun 1967 ketika Ngadang Sebayang mengakhiri tugasnya.


   Dalam Dokumen Tertulis  tersebut di atas dapat  ditemui beberapa informasi, data  dan fakta  penting, kemudian oleh penyunting didalami atau diolah dengan cara  mencari latar belakang dan keterkaitannya dengan peristiwa sejarah  yang melatarinya, sehingga menjadi suatu suntingan yang menarik, lengkap,  menyeluruh dan valid.


   Sebagai Kepala Kampung, ia telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, setelah memangku jabatan tersebut selama lebih dari 46 tahun termasuk di dalamnya menjadi Penghulu Pekan Tigabinanga  yang dirangkapnya selama 20 tahun. Tentu saja hanya hal-hal penting saja dapat  diuraikan dalam buku ini berdasarkan data dan fakta yang dapat dihimpun dari beberapa sumber, termasuk dari internet.


Atestasi (Surat Keterangan Tertulis) tertanggal 20 Maret 1965 dari Radja Muli Sebayang, bekas Raja Urung Perbesi dan Nikolaus Pandjaitan bekas Pegawai Sibayak Sarinembah, yang menyatakan kebenaran tentang tugas yang dilaksanakan oleh Ngadang Sebayang amat berharga bagi penulisan sejarah Tigabinanga karena Sibayak Sarinembah dan Raja Urung Perbesi menjadi saksi dan pelaku sejarah kota Tigabinanga, ketika kedua-duanya mendampingi Controleur van Karoland (Bupati Karo) dalam peresmian Kota Tigabinanga.


Untuk dipahami bahwa sistem pemerintahan daerah pada jaman pemerintahan Belanda menganut sistem swapraja (zelfbestuur) yang berada di bawah kendali Controleur van Karoland yang berkedudukan di Kabanjahe. Di Tanah Karo terdapat lima pemerintahan wilayah (landschap) yaitu Landschap Lingga, Landschap Suka, Landschap Barusjahe, Landschap Sarinembah dan landschap Kuta buluh. Masing-masing Landschap dipimpin oleh seorang Sibayak. Di bawah Sibayak terdapat Rajaurung yang membawahi beberapa Kuta, yang dipimpin seorang Penghulu. Kota Tigabinanga / Kuala berada di bawah Rajaurung Perbesi.


   Banyak kota di Indonesia yang gagal untuk menorehkan Sejarah Kotanya, karena kurangnya data yang mendukung dan minimnya tulisan yang dibuat. Ada pula Kota di Indonesia yang harus melakukan penelitian dengan biaya mahal untuk menentukan Hari Jadi kotanya. Tidak demikian halnya dengan kota Tigabinanga. Tugu dan Prasasti Kota Tigabinanga, yang dibangun dan berdiri megah di simpang tiga jalan ke Juhar / Kutacane dapat juga lebih menjelaskan  Sejarah kota Tigabinanga.


Bekasi, 26 September 2013

Penyunting,


KENCHANA SEBAYANG


BAB - I ASAL USUL TIGABINANGA

[sunting | sunting sumber]

1. Asal kata “Tigabinanga”

[sunting | sunting sumber]

Asal dari kata “Tigabinanga”, menurut Budi Sebayang, yang menjadi tangan kanan dari Ngadang Sebayang, adalah berasal dari bahasa Batak Toba dan ia menuliskan keterangannya sebagai berikut:

”Sesuai dengan penjelasan lisan yang dikatakan alm. Ngadang Sebayang mengenai Pekan Tigabinanga adalah sebagai berikut :

· Setelah pindah dari Tigaberingin ke Tigabinanga pada tahun 1915 mula-mula Pekan didekat Pos Polisi yang sekarang.

· Oleh mandur Mulia dikatakannya bahwa Pekan itu dekat dengan Binanga (Sungai) yaitu Namo Ratah dan Lau Bengap.

· Tiga (Pekan) dekat Binanga dan kemudian dinamakan Tigabinanga.

Saya yang menerima keterangan tersebut:

(ttd)

Budi Sebayang”


Mandur Mulia, adalah seorang mandor Pekerjaan Umum (PU) yang melakukan pekerjaan membuat jalan di Tigabinanga, yang menghubungkan Kabanjahe ke Kutacane. Dalam membuat jalan tersebut ia mendatangkan pekerja-pekerja dari Tapanuli Utara. Ia terkenal dengan sebutan Mandor BW. Sampai sekarang keturunan dari pekerja-pekerja PU tersebut masih ada dan menjadi penduduk Tigabinanga. Budi Sebayang, 69 tahun adalah seorang yang pernah menjadi Guru, Kepala Sekolah dan Kepala Kandep PDK Kecamatan Tigabinanga, menjadi murid adat dan kepercayaan dari Ngadang Sebayang dalam memelihara dokumen penting.

2. Penduduk Awal Tigabinanga

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1915, Pemerintah Belanda menutup Pasar Tigaberingin dan pedagangnya disuruh pindah ke Tigabinanga. Pada tahun 1916, sebanyak 9 Kepala Keluarga dengan 32 orang anggota keluarganya, pindah ke Tigabinanga. Mereka adalah: 1.Ngadang Sebayang, bersama ibunya bernama Enggelar br Ginting Tumangger dan dua orang adiknya bernama Nampati Sebayang dan Rajakami Sebayang; 2.Ganjang (Pa Rajamin) Karo-Karo; 3.Cawir (Pa Sabab) Tarigan; 4. Bolon (Paterupung) Ginting ; 5 Ngiah (Pa Tukas ) Ginting; 6. Kelengi (Pa Linggem ) Ginting; 7.Mbera Bayak Sebayang; 8.Rajamin (Pa Kedai) Karo-Karo; 9 Ngupahi (Pa Terali) Ginting.Ke 9 orang tersebut diatas menemukan di Tigabinanga : 10.Tilik (Pa Tinuangen) Ginting; 11.Mandor BW Mulia.


Tigabinanga pada waktu itu menjadi bagian dari Kampung Kuala. Orang Kuala, yang tanahnya berdekatan dengan Pasar, mulai membangun kios-kios kecil dan menyewakannya kepada para pedagang pada hari Pasar bahkan kemudian menetap di Tigabinanga. Dalam kurun waktu 5 tahun penduduk Tiga binanga meningkat dengan pesat. Pada tahun 1921 mencapai 100 orang dengan 25 Kepala Keluarga. Sayang tidak tersedia catatan tentang siapa-siapa yang termasuk dalam 100 orang tersebut padahal menjadi menjadi penduduk awal dari kuta Tigabinanga ketika dilakukan peresmian. Namun demikian dapat diduga bahwa sebagian dari mereka adalah dari rumpun keluarga pemilik tanah yang ada sekitar Pasar yang menyewakan tanahnya kepada pedagang, dan kalangan keluarga yang bergabung melakukan kegiatan usaha.


BAB II PERESMIAN KOTA TIGABINANGA

[sunting | sunting sumber]

1. Peresmian Tigabinanga dan Pemilihan Kepala Kampung

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 21 Februari 1921, Tuan Controleur Tanah Karo bersama Sibayak Sarinembah dan Rajaurung Perbesi, datang ke Tigabinanga untuk meresmikan kampung Tigabinanga. Oleh Sibayak Sarinembah penduduk disuruh berkumpul untuk mengadakan Penghulu terpisah dari Penghulu Kuala. Di dalam pemilihan yang diadakan, Ngadang Sebayang menjadi Calon Tunggal dan terus diangkat oleh Sibayak Sarinemah menjadi Penghulu terhitung mulai tanggal 21 Februari 1921. Pada waktu itu yang menjadi Sibayak Sarinembah adalah Elok Sembiring Meliala, dan Rajaurung Perbesi, Rajamuli Sebayang (Pa Kuidah Raja Sebayang).

2. Relokasi Pasar dan Penataan Kota

[sunting | sunting sumber]

Setelah menjadi Kepala Kampung, langkah pertama yang dilakukan oleh Ngadang Sebayang adalah melakukan Penataan kota dimulai dari melaksanakan relokasi Pasar. Pasar yang semula berada di sekitar Tangsi Polisi yang sekarang, dipindahkan ke areal baru yang lebih luas berada ditengah-tengah kota. Penataan ulang Kota dilakukan secara menyeluruh. Perumahan yang terlanjur berdiri di dalam areal Pasar, dipindahkan ke pinggir dan diatur sehingga mengelilingi areal Pasar. Rumah Toko yang dibangun, ditentukan bentuk dan ukurannya sehingga teratur dan seragam. Bentuknya ditetapkan sebagai Rumah-Deret atau Rumah Lorong, dan Bertingkat atau Loteng. Keluarga menempati di bagian loteng dan di bawahnya dijadikan Toko tempat berjualan. Jalan raya di sekeliling Pasar dibuat cukup lebar untuk dapat dilalui mobil atau truk. Pasarnya sendiri kemudian dipagari dengan kawat sekelilingnya dan dibuat pintu masuk-keluar. Bagi yang ingin berjualan di dalam areal Pasar harus membayar cukai, sebagai retribusi. Di dalam Pasar, dibangun Los-Los permanen untuk menjual barang dagangan yang datang dari kota lain. Kemudian disiapkan pula Lapak-Lapak terbuka tempat untuk menjual hasil pertanian dan kerajinan, yang berasal dari kampung-kampung sekitarnya.


Pada tahun 1926, Ngadang Sebayang oleh Tuan Controleur Tanah Karo ditetapkan menjadi Kepala Pasar Tigabinanga. Sebutan resminya adalah Pegawai Pemungut Cukai, atau Kerani Pekan dan terkenal dengan sebutan Penghulu Pekan. Jabatan tersebut dipangkunya sampai tahun 1946.

3. Pengembangan Kota

[sunting | sunting sumber]
 Luas Tigabinanga ketika diresmikan pada tahun 1921 adalah 11 km2  dan jumlah penduduk sekitar 100 orang atau 25 kepala keluarga. Kepadatan penduduk sangat rendah, sebagian besar masih perladangan. Tigabinanga leluasa bergerak oleh  karena itu memerlukan seorang pemimpin yang dapat melihat jauh ke depan dalam  menata kotanya. Peranan Kepala Kampung sangat penting untuk mengarahkan pengembangan kota dan harus berpandangan luas. Selain bergerak dibidang niaga dan jasa, kegiatan penduduk  lainnya adalah  melakukan pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Di bagian inti kota yang berdekatan dengan pusat kota dilakukan penanaman tanaman  perkebunan, seperti jeruk dan nenas yang bernilai ekonomis. Rencana Peruntukan Tanah Kota ditetapkan seperti letak kawasan perdagangan, kawasan pemukiman utama, kawasan kawasan perkantoran, fasilitas umum, seperti rumah sekolah, rumah sakit dan pemakaman. Kemudian dibangun 2 buah Kota satelit dan merupakan pemukiman dengan bentuk khusus, yaitu Ruam dan Kuala Baru berada di sayap kota  yang berada di pinggiran. Bentuk rumahnya berbeda dengan rumah di pusat kota, yakni rumah tunggal  bertiang kayu  yang seragam dan dihuni oleh penduduk sekerabat.


Pemukiman-utama yang elite dengan bangunan tunggal bertiang beton, diarahkan ke Simpang Tiga ke Juhar/Kuala. Di sana berdiri Rumah Kepala Kampung, Mantri Kesehatan, Tokoh Adat dan Pemilik tanah yang kaya.


Di Tigabinanga pernah ada Pasar hewan, yang terkenal dengan nama “Tiga Kerbo” yang letaknya di jalan ke Kuala. Setelah kemerdekaan Pasar hewan tersebut dipindahkan keluar kota dan lokasinya dijadikan perumahan. Pada tahun 1953 dikembangkan pemukiman ke arah ke Kuala Baru, Jalan Kapten Bangsi sekarang.

Pada tahun 1960 Kota Tigabinanga berkembang dengan pesat. Pasar Buah-buahan dibangun yang terletak di Jalan ke Juhar dan kebun jeruk yang luas beralih fungsi menjadi Pasar dan terjadi perkembangan kota yang pesat. Antara kota lama dengan Pasar Buah-buahan dibuat jalan raya baru sehingga kebun jeruk dan kelapa yang dilewatinya beralih fungsi menjadi Rumah Toko, yang berdiri di sebelah kiri dan kanan jalan. Di sekitar Pasar berdiri Kilang Padi untuk menggiling padi dan perumahan penduduk. Pengembangan kawasan pemukiman terjadi di simpang jalan ke Gunung yaitu yang disebut dengan perumahan Rakyat karena dibangun oleh Yayasan Perumahan Rakyat milik Pemda Karo dimana tinggal pejabat publik, seperti Camat, Wedana, Kepala Kesehatan dan lain-lain. Yang mendorong adanya pengembangan dan pembangunan Kota Tigabinanga adalah Raja Nelah Sebayang yang menjadi Wakil Bupati Abdullah Eteng.

BAB III KERJASAMA ANTAR PENDUDUK

[sunting | sunting sumber]

1. “Orang Kenjulu” dan Dialek

[sunting | sunting sumber]

Dalam perkembangannya, ternyata bahwa “Orang Kenjulu” lebih rajin, tekun, dan pandai berdagang. Dengan penduduk setempat yang memiliki lahan, dijalin kerjasama yang saling menguntungkan. Mereka mengikat perjanjian bahwa Kebun jeruk yang diolah dan dibiayai oleh “Orang Kenjulu”, akan dibagi dua, manakala Kebun jeruk telah berbuah dan menghasilkan.

Asal usul Pedagang Kenjulu, sebagian dapat diketahui: dari kampung Linggajulu, Gamber, Rumah Galuh, Nangbelawan, Ajijahe, Cingkes. Mereka mempunyai dialek tersendiri, beda dengan dialek Singalorlau, sehingga menjadi bahan guyonan. Dialek bahasa Kenjulu diucapkan dengan “mengayun”, sedangkan langgam Singalorlau “dipadatkan”. Orang Singalorlau sering tertawa mendengar orang Kenjulu ketika berbicara. Kabanjahe diucapkan “Kabanjahai”; Nenggole diucapkan “Nenggolai”; Page menjadi “Pagai’, Kede menjadi “Kedai’; Ajijahe menjadi “Ajijahai”; Permen menjadi ”Permain”. Demikian juga O jadi U atau OU, seperti : Singalorlau diucapkan “Singalurlau”; Sapo menjadi “Sapau”.

Orang Kenjulu tersenyum mendengar dialek Orang Singalorlau, ketika cenderung “merapatkan kata”, seperti “Juhar” diucapkan “Juar”; “Bintangmeriah” menjadi “Bintangriah”.

Dengan berjalannya waktu, perbedaan dialek ini hapus dengan sendirinya karena terjadi perkawinan kedua dialek. Tidak hanya sampai di situ, hampir semua Orang Kenjulu menjalin hubungan perkawinan dengan penduduk Singalorlau, termasuk anak tertua dari Ngadang Sebayang, Raja Nelah Sebayang kawin dengan putri asal Lingga Julu, Malam br Ginting.

2. Pertambahan Penduduk

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1967, penduduk Tigabinanga tercatat berjumlah 500 Rumah Tangga dengan 2511 orang. Mata pencarian penduduk adalah 95 % bertani dan 5% berniaga. Kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 1921 sebanyak 100 orang, maka kenaikannya 25 kali lipat atau 3% per tahun, padahal luasnya kota tetap yaitu 11 km2. Itu berarti pertambahan penduduk Tigabinanga amat pesat yang sebagian datang dari kampung sekitarnya seperti Kuala, Keriahen, Mbetong, Kemkem, Kidupen, Kutagerat, Kutagaloh, Limang, Perbesi, Jaberneh, Bintang Meriah, Kutaraja dan dari Dairi. Bagi pejabat yang menggantikan Ngadang Sebayang yang berhenti pada tahun 1967, amat penting melakukan evaluasi pertumbuhan penduduk kota untuk menentukan arah pengembangan kota berikutnya. Banyak fasilitas umum yang perlu ditambah, seperti air minum, rumah sakit, pemukiman bahkan pemakaman. Pemakaman misalnya, karena makam sudah penuh, dan mulai mengancam kebun-kebun penduduk, mengikuti kejadian buruk yang menimpa kota Kabanjahe /Berastagi sekitarnya, yang penuh dengan kuburan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karo yang sudah ada sejak jaman Belanda yang selama ini dipertahankan oleh Ngadang Sebayang. Nenges Sebayang yang berasal dari Kutagerat adalah orang pertama yang dimakamkan di Tigabinanga , yaitu pada tahun 1917 dan ia disebut juga simantek kuta simbelang.


Masalah lain adalah Air Minum. Perusahaan Air Minum sebelum kemerdekaan yang melayani kebutuhan air minum Kota Tigabinanga adalah NV PSM (Persatuan Sebayang Mergana), yang sukses sebagai satu badan usaha. Sumber air adalah Keterangan Congah dan airnya secara cerdik disalurkan ke Tigabinanga dengan tekanan air itu sendiri (gravity) tanpa menggunakan pompa dapat sampai pusat kota dan ditampung di Bak besar yang dibangun di Tigabinanga yang terkenal dengan nama “lau pipa”. Kekurangan air minum sekarang ini, amat mendesak karena debit air dari sumbernya (in take) berkurang, apalagi dibagi dengan kampung-kampung sekitarnya. Disarankan agar dibangun penjernihan air di Laubengap dimana terdapat sungai sebagai baku air untuk diolah dengan cara disaring dengan pasir yang terdapat di sana dan airnya dipompa ke bak penampung dan didistribusikan ke seluruh bagian kota Tigabinanga. Hampir semua Kuta di Tanah Karo berdekatan dengan sungai dan cara yang demikian dapat mengatasi kekurangan air minum yang selalu dirasakan.


BAB VI DATA PRIBADI

[sunting | sunting sumber]

1. Tempat/Tahun lahir dan domisili

[sunting | sunting sumber]

NGADANG SEBAYANG, lahir di kampung Kuala, pada tahun 1898. Pada tahun 1910 ia pindah dari Kuala ke Tigaberingin bersama keluarganya: ayah, ibu dan kedua adiknya, untuk bermukim dan menetap di sana. Pada waktu itu Tigaberingin ikut dihuni oleh pedagang - pedagang dari Kenjulu karena adanya Pasar di sana. Pada tahun 1915 Pemerintah kolonial Belanda menutup Pasar Tigaberingin dan para pedagangnya disuruh pindah ke Tigabinanga.

2. Pindah ke Tigabinanga

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1916, Ngadang Sebayang bersama ibu dan dua orang adiknya: Nampati Sebayang dan Rajakami Sebayang, pindah ke Tigabinanga. Ibunya telah menjanda, setelah ayahnya, Telge Sebayang meninggal dunia pada tahun 1913 Ikut pindah ke Tigabinanga, 9 Kepala Keluarga para pedagang dengan 32 orang anggota keluarganya. Mereka menjadi cikal bakal penduduk Tigabinanga.

Para pedagang pindahan ini merintis kegiatan berjualan di pasar (pekan) di Tigabinanga yang lokasinya berada di sekitar tangsi polisi sekarang, yang tidak jauh dari Sungai Lau Bengap dan Namo Ratah. Di sekitar tangsi itu terdapat lahan kosong, dimana sebelumnya ditempatkan alat-alat/ logistik pembuatan jalan yang digunakan untuk membuat jalan raya.

3.Tigabinanga diresmikan dan Pemilihan Penghulu

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 21 Februari 1921, kampung Tigabinanga diresmikan dan peresmian dilakukan oleh Tuan Controleur van Karoland, Sibayak Sarinembah dan Rajaurung Perbesi yang datang ke Tigabinanga. Oleh Sibayak Sarinembah penduduk disuruh berkumpul untuk mengadakan pemilihan Penghulu yang terpisah dari Penghulu Kuala. Dalam pemilihan yang diadakan, Ngadang Sebayang menjadi calon tunggal dan terus diangkat oleh Sibayak Sarinembah menjadi Pengulu terhitung mulai tanggal 21 Februari 1921, dalam usia muda, masih belum menikah.

Ngadang Sebayang memangku jabatan tersebut selama 46 tahun lebih sampai tanggal 31 Desember 1967 secara terus menerus, kecuali pada masa Negara Sumatera Timur (NST) pada waktu mana ia non aktif. Di samping itu, berdasar Ketetapan Tuan Controleur, ia merangkap jabatan Penghulu Pekan Tigabinanga selama 20 tahun, yaitu sejak tahun 1926 sampai tahun 1946.

Tuan Controleur van Karoland, adalah seorang Belanda setara dengan Bupati Kepala Daerah pada masa sekarang. Wewenang pemerintahan berada di tangannya. Sesuai dengan perjanjian pendek (korte verkelaring) yang ditandatangani dengan Sibayak-Sibayak, dilaksanakan pemerintahan swapraja (selfbestuur) yang meliputi 5 landschap (daerah) dipimpin oleh seorang Sibayak yaitu Sibayak Sarinembah, Sibayak Lingga, Sibayak Barusjahe, Sibayak Suka dan Sibayak Kutabuluh. Sibayak Sarinembah, membawahi beberapa Rajaurung yaitu 1. Rajaurung XVII Kuta (Sarinembah), 2. Perbesi (Sembelang), 3. Juhar (Juhar) dan 4. Kutabangun (Kutabangun).

Rajaurung membawahi beberapa Kampung. Rajaurung Perbesi, misalnya membawahi kampung Kuala/Tigabinanga dan beberapa kampung lain.


BAB VII SILSILAH KELUARGA

[sunting | sunting sumber]

1. Keturunan ke IX dari Raja Lambing

[sunting | sunting sumber]

Silsilah Ngadang Sebayang adalah, sebagai berikut: (1) Ngadang Sebayang (2). Ayah dari Ngadang Sebayang (Nampati Sebayang dan Raja Kami Sebayang), adalah Telge Sebayang; (3) Ayah dari Telge Sebayang, adalah Nelam Sebayang; (4) Ayah dari Nelam Sebayang adalah Pantek Sebayang; (5).Ayah dari Pantek Sebayang (dan Nungge Sebayang, Cikeppen Sebayang dan Ndamal Sebayang yang dikenal sebagai Nini Siempat), adalah R.Ngadep Sebayang. (6) Ayah dari R. Ngadep Sebayang (dan Raja Gintar Sebayang dan La Sijurun Sebayang) adalah Nini Empong Rasa Sebayang. (7) Ayah dari Nini Empong Rasa Sebayang (dan Nini Empong Ngadi Tua Sebayang dan Nini Empong Nandang Sebayang) adalah Sebayang si i Rumah Derpih; (8) Ayah dari Sebayang si i Rumah Derpih (dan Sebayang si i Rumah Tersek dan Sebayang si i Rumah Lige) adalah Sebayang Pertama; (9) Ayah dari Sebayang Pertama (dan 2 Saudara perempuannya) adalah Raja Lambing.

Dengan demikian Ngadang Sebayang adalah Keturunan ke IX dari Raja Lambing.

Terlampir Bagan Silsilah Raja Lambing.

2. Rumah Derpih Kuala

[sunting | sunting sumber]

Ngadang Sebayang lahir di Kampung Kuala, Rumah Gerga dari kesain Rumah Derpih. Menurut riwayatnya, Kampung Kuala didirikan oleh 3 orang bersaudara dari Rumah Derpih, yang pindah dari Perbesi. Sedangkan 5 saudara lainnya tetap tinggal di Kampung Perbesi. Ketiga orang bersaudara tersebut adalah: Nini Empong Nandang, Nini Empong Ngadi Tua dan Nini Empong Rasa. Nini Empong Rasa mempunya 6 orang putera (dari 3 orang istri : Beru Ganjang Tutur, beru Sembiring Meliala dan Beru Karo). Salah seorang puteranya tersebut bernama, Raja Ngadep Sebayang, yang menurunkan Nini Siempat. Di Tanah Kuala, terkenal Nini Siempat yang memimpin 4 Ripe di Kuala. Ripe adalah pusat kekeluargaan dan tanggung jawab adat dimana setiap penduduk bernaung di dalamnya. Menurut penuturan dari berbagai kalangan yang tahu, Nini Siempat mempunyai kelebihan masing-masing. 1. Pantek Sebayang: Kaya dan Pintar; 2. Nungge Sebayang: Diplomat dan Akhli Adat; 3. Cikeppen Sebayang: Berani dan Perkasa; 4. Ndamal Sebayang: Dukun Besar dan mempunyai “Ilmu”.

Pada dasawarsa terakhir, jumlah Ripe Rumah Derpih Kuala bertambah menjadi 10 ripe, seiring dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga dan potensi anggota keluarga masing-masing. Disamping itu, di Kuala terdapat kesain Rumah Julu dari Jambur Merpati yang menjadi Senina dari kesain Rumah Derpih.

3. Hubungan dengan Kampung Kidupen

[sunting | sunting sumber]
Hubungan dengan Kampung Kidupen sangat erat dan dimulai dari pernikahan dari Pantek Sebayang dengan beru Ginting Tumangger Kidupen dan dilanjutkan oleh pernikahan dari Bayak dan Ayah dari Ngadang Sebayang. Ketika ayahnya bernama Telge Sebayang, meninggal dunia pada tahun 1913, jenazahnya dibawa dari Tigaberingin ke kampung Kidupen untuk dimakamkan, di pemakaman Karang Kuda. Jenazah Telge Sebayang tidak dibakar (kremasi) yang lazim dilakukan pada masa itu. Pada tanggal 24 Juli 1959 kerangka atau tulang belulang dari Telge Sebayang dibongkar kembali dan tulang belulangnya diangkat ke Tigabinanga. Tulang belulangnya masih dalam keadaan utuh walaupun telah dikebumukan selama 47 tahun lebih. Pada awalnya pihak Kalimbubu “keberatan” atas pemindahan beberenya ini, namun setelah dijelaskan alasannya oleh Penghulu Limang (Pa Rakut Sembiring Berahmana), pihak kalimbubu dapat memahaminya. Pa Rakut Sembiring Berahmana adalah impal kandung dari Telge Sebayang .


Alasan utama pemindahan tulang belulang adalah karena ibunda dari Ngadang Sebayang sedang sakit-sakitan dan bila waktunya tiba, akan di makamkan secara bersama-sama di Tigabinanga. Pada tanggal 8 Agustus 1968, Ibunda Ngadang Sebayang bernama Enggelar br Ginting, dipanggil oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Pemakamannya dilakukan dengan upacara kebesaran adat Karo yaitu dengan membangun sebuah “Lige-lige” sebuah rumah-rumahan adat Karo. Ia dianggap berhak menerima kehormatan ini, karena dipandang sebagai Ibu Suri dari Kampung Tigabinanga. Membuat sebuah “lige-lige” sungguh tidak mudah, karena memerlukan keahlian tersendiri. Prosesi pemakaman berlangsung pada tanggal 11 Agustus 1966, dengan cara mengarak “lige-lige” yang diatasnya ditempati oleh jenazah, anak-anak, permen dan cucu-cucunya. Lige-lige yang telah dilengkapi roda, kemudian ditarik beramai-ramai oleh Sembuyak, Anakberu dan Kalimbubu menuju pemakaman umum dimana telah selesai dibangun sebuah makam permanen berbentuk rumah adat Karo yang amat kokoh.

4. Hubungan dengan Kampung Batukarang dan berdirinya Kuala Baru.

[sunting | sunting sumber]
   Selain  beru Ginting Tumangger, yang melahirkan Nelam Sebayang dan Bunin br Sebayang ( Nande Pulu Limang), Pantek Sebayang  kawin lagi dengan 3 orang Beru Bangun  dari kampung Batukarang. Yang dinikahnyai adalah beru Bangun dari kesain Rumah Kuda-kuda yaitu dari “Sintua” sebagai istri pertama.Kemudian dinikahinya lagi beru Bangun dari  “Singuda” sebagai  istri yang ketiga. Istrinya  yang kedua adalah dari Kesain Rumahjahe.  Dari ketiga istrinya beru Bangun tersebut, Pantek Sebayang menurunkan  beberapa orang anak.  Anak laki-lakinya adalah Landas Sebayang, Mbrahsyah Sebayang, Landa Sebayang dan Borong Sebayang dan Gading Sebayang.  Anak perempuan yang diturunkannya   adalah  Lampas br Sebayang (Nande Njalapi/ Trakamalem br Tarigan/H.Suleman Tarigan), Gundalah br Sebayang (Nande Anjan Sinulingga), Terupung br Sebayang (Nande Rajabalik Sinulingga) dan Rudang br Sebayang. Sehingga dengan demikian seluruh anak dari Pantek Sebayang dari keempat istrinya berjumlah 11 orang.

Dari keturunannya tersebut diatas, berlangsung pernikahan lanjutan dengan beru Bangun seperti dari Rimo Kayo, Rumah Rudang/Bolong, Reba Mbelang kecuali dari rumah Mbergang yang menjadi anak beru dari Sebayang karena mengawini beru Sebayang anak dari Gading Sebayang. Tokoh tokoh Bangun yang amat terkenal yang menjadi kalimbubu Sebayang tersebut diatas antara lain Sigaramata atau Kiras Bangun, seorang Pahlawan Nasional kemudian puteranya Mayor Payong Bangun tokoh Angkatan 45.Tokoh pejuang angkatan 45 lainnya adalah Kapten Kontan Pri Bangun, yang kemudian menjadi industrialis kabel yang sukses di bawah nama perusahaan “Tranka”.

Kedudukan Sebayang, bersama dengan merga Gurukinayan dan Purba, adalah sebagai Anak Beru Tua Bangun Batukarang sampai sekarang.


Menarik untuk di analisa bagaimana Kuala Baru terbentuk di Tigabinanga, yang hampir seluruhnya dihuni oleh Sebayang bebere Bangun, terutama oleh keturunan dari Mberahsah Sebayang. Kemudian, terjadinya perkawinan yang mumpuni dengan Tarigan Tigaberingin yang sejatinya adalah menjadi Bebere dari Pantek Sebayang. Terbentuknya Kuala Baru diperkirakan karena terjadi suatu repatriasi (pulang kampung) dari keturunan Pantek Sebayang dan membentuk Kuala yang “baru” di Tigabinanga.


  Raja Kami Sebayang dalam bukunya  “Sejarah Sebayang Mergana” terbitan  Medan  bulan Mei 1986 pada halaman 26,  menulis tentang Pantek Sebayang sebagai berikut :
“BAGAIMANA PULA HALNYA MAKA PERANGIN-ANGIN SEBAYANG KAWIN-MAWIN DENGAN PERANGIN-ANGIN BANGUN”
[sunting | sunting sumber]

Kira-kira 150 tahun yang lalu terjadilah perang saudara di Kampung Munte Kabupaten Karo. Sepihak dari yang berperang itu dibantu oleh Perangin-angin Bangun dari Batukarang, dan yang sepihak dibantu oleh Perangin-angin Sebayang dari Kampung Kuala. Pihak yang dibantu marga Sebayang kalah dan salah seorang dari marga Sebayang jadi tawanan marga Perangin-angin Bangun dan dibawa ke kampung Batukarang. Namanya Pantek Sebayang. Sibayak Lingga dari Bintang Meriah, anak beru dari Sebayang Mergana, datang ke Batukarang menuntut kepada Penghulu Batukarang agar Kalimbubunya Sebayang mergana yang ditawan itu dibebaskan. Karo-Karo Sinulingga adalah Kalimbubu dari Perangin-angin Bangun sehingga Perangin-angin Bangun tidak dapat menolak tuntutan/permintaan Kalimbubunya itu. Maklumlah dalam adat istiadat suku Batak Karo, pihak Kalimbubu itu lebih tinggi dari kedudukan Anak Beru, dan Anak Beru umumnya hormat kepada Kalimbubu. Maka dalam satu musyawarah keluarga yang terdiri dari Sembuyak, Anak Beru dan Kalimbubu, permintaan Karo mergana dari Bintang Meriah itu dibicarakan. Perangin angin Bangun, Penghulu Batukarang mengusulkan, agar Perangi-angin Sebayang yang akan dibebaskan itu dikawinkan dengan putri Perangin angin Bangun. Hadirin bertanya bagaimana mungkin Perangin-angin Sebayang dikawinkan dengan beru Perangin-angin Bangun. Perangin-angin Bangun menjawab : ‘MBENTAR MANUK KUTA BULUH, MBULAN MANUK BATUKARANG, KAI KIN NGE LAINNA?’ Artinya ‘Putih ayam Kutabuluh’, keputih-putihan ayam Batukarang apalah lainnya’. Maknanya Perangin-angin Sebayang telah mengawini beru Perangin-angin Kuta Buluh, apa pula bedannya dengan Perangin-angin Bangun. Maka bulatlah mufakat untuk mengawinkan Perangin-angin Sebayang dengan putri Perangin angin Bangun. Pantek Sebayang itulah yang mula-mula kawin dengan Perangin-angin Bangun. Tiga putri Perangin-angin Bangun jadi istri Pantek Sebayang, seorang lagi istrinya beru Ginting Tumangger dari Kidupen. Perkawinan ini perkawinan politik. Anak-anak dan cucu-cucu Pantek Sebayang mengawini beru Peranginangin Bangun, bahkan anak-anak dan cucu dari cucu Pantek Sebayang mengawini beru Bangun. Sekarang telah 5 generasi. Akhirnya Perangin-angin Bangun sendiri mengawini beru Sebayang. Demikianlah sampai hari ini Perangin-angin Sebayang kawin mawin dengan Perangin-angin Bangun.”


BAB VIII PERNIKAHAN DAN KETURUNAN

[sunting | sunting sumber]

1. Pernikahan Yang Unik

[sunting | sunting sumber]
Pernikahan Ngadang Sebayang, berlangsung dengan cukup unik. Menurut kebiasaan umum dalam adat Karo, suatu perkawinan senantiasa dilaksanakan ditempat tinggal mempelai perempuan. Hal itu tidak terjadi pada penikahan antara Ngadang Sebayang dengan Langrugi br Sembiring Meliala. Penganten wanita bermukim dan menetap dikampung Juhar tetapi pernikahan berlangsung di Tigabinanga. Keluarga mempelai perempuan memang menetap di Juhar karena ia bebere Ginting Jadibata Juhar, walaupun berasal usul dari kampung Sarinembah. Berangkat dari kampung Juhar, penganten terlebih dahulu bermalam dirumah kerabatnya di kampung Pergendangan, kemudian diarak keluarga menuju Tigabinanga. Pernikahan dapat dilakukan dengan cara seksama karena di Tigabinanga dan Kuala terdapat keluarga Sembiring Meliala yang menjadi Kalimbubu Taneh. Anaknya yang pertama yang lahir dari perkawinan ini, diberi Raja Nelah Sebayang karena perkawinan ini mengikuti “telah” dari Sibayak Sarinembah yang merekomendasi perkawinan ini

2. Keturunan

[sunting | sunting sumber]
       Ngadang Sebayang mempunyai 6 orang, yaitu dua laki-laki dan empat perempuan. Mereka dengan pasangannya adalah sebagai berikut:
   1. Raja Nelah Sebayang/Malam br  Ginting/Lumut Roslina br Bangun,
   2. Katalit br Sebayang/Jakima Tarigan,
   3. Ruth Kita br Sebayang/ Damianus Naik Tarigan,
   4. Mr Kencana  Sebayang/Erly Tarigan,
   5. Jendamin br Sebayang/Drs Kitaras Sinulingga,
   6. Dra. Pringetten br Sebayang/Uli Ginting.


Mr adalah singkatan dari Meester in rerchten berarti sarjana hukum, title yang diterima ketika lulus menjadi sarjana pada tgl 4 Juli 1962 dari Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masysrakat Universitas Sumatera Utara. Ia menjadi sarjana pertama dari Tigabinanga dan Kuala dan Sarjana Hukum pertama bermarga Sebayang.


   Daftar Lengkap keturunan dari Ngadang Sebayang dan tingkat pendidikan dapat dilihat di Lampiran buku ini.
   Profesi dari Ngadang Sebayang sebagai seorang Pamong Desa,  diikuti oleh keduanya puteranya  menjadi Pamong Praja dan menjadi pejabat publik, sebagai tersebut dibawah ini :



(1) Raja Nelah Sebayang

[sunting | sunting sumber]
Menjadi Wakil Bupati Karo selaku Wakil Ketua DPD (Dewan Pemerintahan Daerah) Kabupaten Karo. kemudian berubah nama menjadi anggota BPH (Badan Pemerintahan Harian). Selama 5 tahun menjadi pejabat pemerintahan Kabupaten Karo dari unsur dari Partai Nasional Indonesia (PNI). Sebelumnya, pada awal perang kemerdekaan, ia menjadi Perwira Pertama TNI AD dari kesatuan Sektor III.Kemudian menjadi pengusaha nasional dan memimpin Firma Singalorlau yang bergerak dibidang Kilang papan, aanemer (pemborong) dan transportasi. Menjadi politisi, terpilih sebagai Ketua DPC PNI Kabupaten Karo, dan Ketua IV DPD PNI Daerah Sumatera Utara.


(2) Mr. Kenchana Sebayang

[sunting | sunting sumber]
Memilih menjadi seorang Pamong Praja setelah lulus menjadi sarjana hukum. Pernah bertugas di Kantor Pusat Departemen Dalam Negeri Jakarta. Karena dianggap Orde Lama, yang mendukung pemerintahan Presiden Soekarno, ia dipindahkan ke Pemerintah Kotamadya Makassar dan menduduki pelbagai jabatan dan membantu 3 Walikota berturut-turut, termasuk dalam bertugas ke luar negeri. Kemudian bertugas di sebagai Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan. Terakhir menjadi Koordinator Widyaiswara di Diklat Depdagri di Bandung dan pensiun pada usia 65 tahun dengan Pangkat/Gol Pembina Utama (IV/e).
Selain dari itu, seorang cucu dari Ngadang Sebayang bernama Ir Aries Eklesia Sebayang, Alumni ITB, seorang pengusaha properti berniat menjadi pejabat publik dan maju menjadi Calon Bupati Kepala Daerah Karo periode 2005-2010,





Cucu lainnya yang lain Ir. Andy Ardent Sebayang, Alumni ITB Jurusan Teknik Mesin tidak berminat untuk menjadi pamong praja dan memilih menjadi Pengusaha di bidang konstruksi dan bidang logistik mengerjakan proyek pembangunan Pembangkit Listrik tenaga Bayu -PLTB pertama di Indonesia selain itu aktif melayani Tuhan menjadi Gembala Sidang Gereja JKI- Serang House of Blessing Chruch di kota Serang Banten dibantu oleh istri dan kedua anaknya.



Cucunya yang lain, Ir. Deddy Aditya Sebayang MSc, alumni ITB dan S2 dari Universiti Brunei Darusalam, tidak berminat menjadi pamong praja dan memilih menjadi ekspariat profesional di perusahaan Minyak Asing, pernah beberapa tahun bertugas di Itali, Malaysia dan Mesir di perusahaan minyak Eny dan Shell dan sekarang di perusahaan minyak Canada di Jakarta. Deddy A. Sebayang mempunyai 3 orang anak dan lahir di 3 negara, yang tertua lahir di Jakarta, yang kedua lahir di Milan, Italia dan yang ketiga lahir di Miri, Malaysia/Serawak.



BAB IX PENDIDIKAN

[sunting | sunting sumber]

1. Belajar Baca-Tulis dari Mandor BW Mulia

[sunting | sunting sumber]

Ngadang Sebayang tidak pernah masuk sekolah, karena tidak ada sekolah karena tidak ada sekolah yang dapat di masuki. Ia belajar membaca dan menulis dari Mandor BW Mulia yang sedang bertugas mengerjakan pembuatan jalan raya di Tigabinanga. Hanya dalam waktu seminggu ia telah “lulus” karena ia cerdas dan di anugerahi daya ingat yang kuat. Dapat membaca, menulis dan berhitung adalah keuntungan, dan menunjang kedudukannya sebagai Kepala Kampung dan Kepala Pasar. Membaca surat-surat dan membuat laporan ke pihak atasan adalah keharusan. Merangkap tugas Pegawai Pemungut Cukai, lebih menuntut kemampuan dalam membuat pembukuan serta neraca. Kas opname termasuk memeriksa secara teliti semua potongan karcis-karcis pasar telah terjual sungguh menuntut kemampuan dan ketrampilan tersendiri. Karena tidak mempunyai kantor dan pegawai sendiri, ia terpaksa menggunakan rumah pribadinya sebagai kantor sehingga lemari rumahnya dipenuhi potongan-potongan karcis yang tersusun rapi.

2. Mengutamakan Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Ngadang Sebayang amat memperhatikan pendidikan. Pada masa jabatannya di awal kemerdekaan, dilaksanakan dengan sungguh-sungguh kegiatan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) dengan bantuan dari guru-guru yang ada di Tigabinanga. Walaupun mengalami beberapa hambatan, kursus berjalan dengan baik termasuk oleh istrinya. Beberapa alumni dari PBH ini mampu menulis membaca surat kabar dikedai kopi. Dikemudian hari program PBH ini dilanjutkan di seluruh Tanah Karo dan dilakukan razia bagi penumpang bus yang bermaksud ke suatu pekan, dan harus membuktikan dirinya mampu membaca sebelum dapat melanjutkan perjalanan.


Sebagai abang yang tertua, Ngadang Sebayang mendorong adiknya untuk belajar baik-baik. Nampati Sebayang menempuh pendidikan sehingga sampai Sekolah Rakyat (Volkschool) kelas 4. Ia terjun ke masyarakat dengan bekerja di Toko Kian Hin Kabanjahe, dan pada jaman Jepang melakukan pekerjaan sebagai pedagang lembu dari Aceh, bersama Raja Nelah Sebayang dan hampir menghadapi bahaya maut, ketika terjadi huru hara bersenjata di sekitar Pancurbatu. Pekerjaan tetapnya adalah bertani, pembantaian babi setiap hari Senen dan mengusahakan meja bola. Rajakami Sebayang, adiknya yang bungsu, masuk sekolah guru dan pada tahun 1929 tamat Sekolah Guru OVO di Kabanjahe, dan sejak 1930-1943 menjadi Guru dibeberapa tempat di Tanah Karo termasuk di Kidupen, dan 10 tahun terakhir mengajar di SD Kabanjahe. Menjadi simpartisan PNI dan Sekertaris Parkindo Cabang Kabupaten Karo. Menjadi Utusan di Kongres Parkindo Se-Indonesia di Jakarta. Kemudian setelah mengundurkan diri dari tugas sebagai guru ia menjadi Wiraswasta dan menulis buku “Sejarah Sebayang Mergana” dan dengan biaya sendiri melakukan penelitian lapangan termasuk ke Daerah Alas.

Hasil penelitiannya tersebut dijadikan referensi oleh penulis Jerman dan Jepang dan ditulis di Wikipedia dibawah judul Raja Lambing di Tanah Alas dan dapat di akses di internet Google.

,

Setammat dari Sekolah Rakyat Ngadang Sebayang mengirim anak-anaknya keluar Tigabinanga untuk mengikuti pendidikan:

               1.  Raja Nelah Sebayang, ke Berastagi untuk  mengikuti Sekolah Penghubung  Schakelschool),
               2.  Katalit br Sebayang, ke Kabanjahe untuk mengikuti Sekolah Kepandaian Putri (Mesyes School).
               3.  Ruth Kita br Sebayang, ke Medan untuk mengikuti Kursus Tata Busana.
               4.  Kencana Sebayang ke Kabanjahe dan Medan untuk mengikuti pendidikan SMP/SMA/Fakutas dan menjadi Sarjana Hukum pertama dari Tigabinanga dan dari marga Sebayang.
               5.  Jendamin br Sebayang ke Medan, untuk mengikuti  Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP)
               6.  Pringetten br Sebayang dikirim ke Bandung untuk kuliah dan lulus Fakultas Sospol di UNPAD, dan menjadi sarjana wanita yang jarang dari kampung Tigabinanga.


Sebagai “Bayak”, ia juga mendorong cucu-cucnya agar menempuh pendidikan sebaik baiknya sehingga menjadi sarjana dan beberapa diantaranya mendapat beasiswa untuk pendidikan S1/S2/S3 di dalam dan luar negeri.

Dalam Terombo Pantek Sebayang di Lampiran buku ini dapat dilihat nama-nama Anak-anak dan Cucunya, termasuk tingkat pendidikan yang ditempuh.

BAB X HIDUP DENGAN USAHA SENDIRI

[sunting | sunting sumber]

1. Kepala Kampung Tidak Bergaji

[sunting | sunting sumber]

Sebagai Kepala Kampung, Ngadang Sebayang tidak menerima gaji dari Pemerintah. Di pulau Jawa, kehidupan Kepala Desa ditunjang oleh tanah milik desa yang disebut “tanah bengkok” dari mana Kepala Desa mencukupi kehidupannya. Tidak demikian halnya dengan Kabupaten Karo. Kepala Kampung harus dapat hidup dengan mandiri. Ngadang Sebayang dapat melakukan hal itu. Ia menggarap lahan pertaniannya dengan efektif sehingga menghasilkan dan mendorong agar penduduk melakukan hal yang sama. Ia memperkenalkan pemakaian traktor dan pupuk dan memperkenalkan cara menghitung musim agar tanaman tidak terkena musim kemarau. Ia juga memberi contoh tentang bagaimana mengembangkan peternakan rumahan seperti babi. Seorang Tionghoa, yang dipanggil “Apek”, diizinkannya untuk memakai kebunnya untuk peternakan babi. Lahan kebun ditanaminya dengan ubi jalar, buah dan batangnya diolah sebagai sumber pakan babi dengan cara merebusnya dan kemudian dicampur dedak dan tepung ikan. Jumlah babinya sampai mencapai jumlah 50-an. Ketika penduduk Tigabinanga mengungsi, Apek dan keluarganya, tidak ikut mengungsi. Ia menjadi orang terkaya di Tigabinanga ketika menjual babinya dengan amat mahal. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun limapuluhan mengharuskan orang Tionghoa pindah ke ibukota Kabupaten, sehingga pindah ke Kabanjahe. Sejak itu tidak ada orang Tionghoa di Tigabinanga.

2. Kegiatan Usaha-usaha

[sunting | sunting sumber]

Ngadang Sebayang sendiri mempunyai usaha peternakan sapi yang dimulainya dari jumlah sedikit. Dengan bekerja sama dengan permakan (yang memelihara sapi), jumlah sapinya sedikit demi sedikit bertambah sehingga menjadi banyak. Dalam kegiatan peternakan, seorang laki-laki yang gagap bicara (“pekak”) diajaknya untuk tinggal di rumahnya untuk diajari bagaimana cara berternak sapi dengan baik. Semua keperluan dari tangan kanannya ini ditanggungnya sehingga rajin melakukan tugasnya, apalagi sistem bagi hasil yang dilakukannya. Sistem bagi hasil dengan permakan tetap dilaksanakannya ketika peternakannya dipindahkan ke Kampung Lau Kapor dimana jumlah ternaknya bertambah-tambah. Berdasar kesepakatan keluarga setiap cucunya yang akan berumah tangga, dapat mengambil seekor untuk dipotong sebagai dukungan atas pernikahannya.

   Selain itu ia juga menjadi Pemegang izin pertambangan golongan C di Lau Bengap, yang izinnya dikeluarkan Bupati Kepala Daerah Karo yang didapatnya sejak awal  kemerdekaan. Pasir yang dibawa arus sungai,  diangkat dari dasar sungai yang mengalir ke darat dan sama sekali tidak mengganggu fondasi jembatan yang berada di sebelah hilirnya. Ia mempercayakan seorang Pengelola, untuk menjual pasir termasuk dalam menyetorkan uang retribusi ke kantor Camat. Dari jumlah setoran retribusi inilah ia mengetahui volume pasir yang terjual sehingga mudah  membaginya dengan Pengelola sesuai kesepakatan.
   Di bawah pimpinan anak kandungnya, Raja Nelah Sebayang sebagai Direktur, ia turut saham dari Firma Singalorlau yang bergerak dalam industri kilang papan yang terletak dikampung Kuala dan aanemer (pemborong bangun-bangunan) di Tigabinanga. Pemegang saham lainnya adalah Pengarahen Tarigan, Ngasami Tarigan dan Rajakami Sebayang yang ditetapkan dalam Akte Notaris No. 12 dari Mr. Hasan gelar Sutan Pane Paruhum di Medan. Dikemudian hari terjadi divestasi atas saham-saham tersebut dan masing-masing pemegang saham mendapat keuntungan (deviden).

BAB XI MENDUKUNG PERJUANGAN KEMERDEKAAN

[sunting | sunting sumber]

1. Membantu Perbekalan Para Pejuang

[sunting | sunting sumber]

Sebagai Kepala Kampung Ngadang Sebayang bertugas menyediakan kemudahan bagi pejabat pemerintahan yang menjadikan Tigabinanga sebagai ibukota, terutama menyediakan perbekalan. Demikian juga untuk para pejuang dan para pengungsi yang datang dari kota Medan, Berastagi dan Kabanjahe dan kota-kota lainnya. Para pengungsi ditempatkan di Ruam, di daerah pinggiran kota dengan mendirikan perumahan darurat sehingga para pengungsi dapat tertampung dengan baik berkat bantuan penduduk setempat. Pemerintah Kabupaten Karo sendiri ikut mengungsi dan menetapkan Tigabinanga sebagai ibukota sementara dan berlangsung selama sekitar 7 bulan dari tanggal 31 Juli tahun 1947 sampai tanggal 25 November tahun 1947 di bawah Bupati Rakutta Sembiring. Bersamaan dengan itu, selama 4 bulan menjadi ibukota darurat dari pemerintahan Sumatera Timur di bawah Residen Mr. Abubakar Jaar sehingga Tigabinanga menjadi pusat perjuangan yang memerlukan kemudahan dari Kepala Kampung.

Menjelang Tigabinanga diduduki oleh tentara Belanda dan pesawat terbang musuh telah mendengung-dengung diudara, barulah Ngadang Sebayang meninggalkan kota Tigabinanga. Ia termasuk penduduk yang terakhir meninggalkan kota kemudian menuju daerah pengungsian dan bergabung dengan keluarganya di kampung Gunung, seterusnya menuju kampung Liren, Gamber, Lau Perimbon, Kempawa dan Tiga Lingga di Daerah Dairi. Sebagian pengungsi menelusuri jalan raya menuju Aceh Tenggara.

2. Diakui sebagai Anggota TNI/AD

[sunting | sunting sumber]

Setelah Perang kemerdekaan usai, Pemerintah melakukan verifikasi atas para Pejuang Kemerdekaan yang berjasa dalam perang, untuk diberi hak sebagai Veteran dan menerima pensiun. Ngadang Sebayang ditetapkan sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan dari Kesatuan Perbekalan Sektor III SubTer VII berdasarkan Ketetapan Ajudan Jenderal TT-I Bukit Barisan No.10529/SKBP/Adt/54 dengan pangkat Kopral, terhitung tanggal 29 September 1945 sampai 31 Desember 1954.

BAB XII PENGHARGAAN

[sunting | sunting sumber]

1. Penghargaan dari Menteri Dalam Negeri RI

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 17 Juni 1961 penduduk Tigabinanga mendapat tanda jasa dari Menteri Dalam Negeri RI Ipik Gandamana, karena prestasinya dalam pemerintahan dan pembangunan desa, berikut uang hadiah sejumlah Rp. 5.000 (lima ribu rupiah) dan sebuah Piala. Uang hadiah tersebut dipergunakan untk membeli piring-piring keperluan pesta-pesta penduduk, dan perbaikan Desa Tigabinanga. Ngadang mengajukan permohonan kepada Menteri Dalam Negeri agar diberi Satya Lencana yang dapat dipakai pada upacara-upacara. Departemen Dalam Negeri telah menyetujui memberikan piagam penghargaan. Biro Desa telah menyiapkan Piagam tersebut untuk ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri, namun tidak sempat dilakukan karena Menteri Ipik Gandamana diganti.

2. Mundur dari pemilihan Kepala Kampung.

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1967, dilakukan Pemilihan Kepala Kampung Tigabinanga. Pada waktu itu, penduduk Tigabinanga berjumlah 2511 orang dengan 500 Rumah Tangga. Sebanyak 95 % dari penduduk hidup dari hasil pertanian dan sisanya 5% dari berniaga dan jasa. Pada tahun 1967 Pemerintah Kabupaten Karo melaksanakan Pemilihan Kepala Kampung Tigabinanga, dan Ngadang Sebayang, tidak ikut dalam pemilihan karena tidak memenuhi syarat batasan umur maksimal, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 4 Tahun l964.Terpilih menjadi Kepala Kampung Timbangen Sebayang.

Ngadang Sebayang meninggal dunia di Tigabinanga pada tanggal 21 Februari 1977 dan pemakamannya dihadiri oleh semua kerabat, sanak saudara, penduduk Tigabinanga dan Bupati Kepala Daerah Karo, Kolonel Tampak Sebayang yang mengetahui sepak terjang dari pendiri Tigabinanga ini. Ia meninggalkan pada tanggal dan bulan yang sama ketika ia dilantik sebagai Kepala Kampung Tigabinanga. Ia dimakamkan bersatu dengan makam Ibundanya & ayahnya dan istrinya Langrugi Sembiring Meliala yang meninggal 2 tahun sebelumnya yaitu pada tanggal 4 Januari 1975

Atestasi (Surat Kesaksian Tertulis)

[sunting | sunting sumber]
    1.    Surat Keterangan dari Rajamuli Sebayang, Raja Urung Perbesi;
    2.    Surat Keterangan dari Nikolaus Pandjaitan, Pegawai Sibayak Sarinembah

masing-masing tanggal 20 Maret l965 yang menyatakan kebenaran tentang tugas-tugas yang disebutkan diatas.

Kesimpulan

[sunting | sunting sumber]
    a.  Lamanya Tigabinanga berdiri sampai tahun 1967 adalah 52 tahun.
    b.  Lamanya Ngadang Sebayang menjadi Kepala Kampung Tigabinanga adalah 46  tahun 10 bulan dan 10 hari.
    c.  Lamanya Ngadang Sebayang menjadi Kerani Pekan Tigabinanga adalah 20 tahun.
    d. Lamanya menjadi anggota Perbekalan TNI AD adalah 9 tahun 3 bulan 2 hari. 


PANTEK SEBAYANG

[sunting | sunting sumber]
    1.   Pantek Sebayang / br. Tumangger

1.1. Bunin br. Sebayang/Ngasi Brahmana

    1.1.1   Pulu Limang (Malem) Brahmana
    1.1.2   Pela br. Brahmana
   1.1.3 Tabun br Grahmana
        1.2.  Nelam Sebayang/br. Ginting Segerat Lembu/br. Tumangger
       1.2.1   Baluren br. Sebayang/Tarigan Gersang
           1.2.1.1    Banak br Tarigan Gersang
           1.2.1.2    Naga Saribu br Tarigan Gersang
                1.2.1.3            
       1.2.2    Kole  br. Sebayang/Ginting Kutabangun
                1.2.2.1 Katan  br Ginting
                1.2.2.2 Teringet Ginting
       1.2.3   Tembem br. Sebayang/Pulu Limang (Malem) Brahmana
           1.2.3.1  Ronang br Brahmana
           1.2.3.2  Layas Berahmana
       1.2.4   Celangket  br. Sebayang/Tarigan Juhar
           1.2.4.1    Nawar Tarigan
       1.2.5   TELGE SEBAYANG / ENGGELAR BR. TUMANGGER
        1.2.5.1   NGADANG SEBAYANG
        1.2.5.2   NAMPATI SEBAYANG
        1.2.5.3   RAJA KAMI SEBAYANG


ENGGELAR BR. GINTING TUMANGGER

1. NGADANG SEBAYANG/LANG RUGI BR. SEMBIRING MELIALA

[sunting | sunting sumber]

1.1. Raja Nelah Sebayang/Malam br. Ginting/Lumut Roslina br. Bangun

[sunting | sunting sumber]
1.1.1. DR.Ir. Sastra Dharma Sebayang, M.Eng/Dra. Rosita br. Brahmana
[sunting | sunting sumber]

1.1.1.1. Adry Van Meliyas Sebayang, ST, M.EngSc/Gita br. Ginting SP

1.1.1.2. Jerry Hadikesuma Sebayang, ST, MT/drg. Gita br. Tarigan, M. DSc/drg. Gita Tarigan MDSc.Sp.KG

1.1.1.2.1. Kinar Adriana br. Sebayang

1.1.1.3. Fiona Diserty br. Sebayang, ST

1.1.2. Ir. Snelman Sebayang, M.T. / Rahmiaty br. Pane, S.H., M.H.
[sunting | sunting sumber]

1.1.2.1. Ika Sari Damayanthi br. Sebayang, S.T., M.T./ Florentinus Binsar Tumindi Sinaga S.H.

1.1.2.1.1. Vincentius Ara Enzo Sondang Sinaga

1.1.2.1.2. Aidan Mikhael Anzelmo Sinaga

1.1.2.1.3. Adrian Erlalana Ferrari Sinaga

1.1.2.2 Anugrah R'lalana Sebayang, S.H., S.T./Puspita Sari Dewi Ginting, S.H., M.Kn.

1.1.2.2.1. Davin Adhyasta Sebayang

1.1.2.2.2. Aranza Ibrahim Sebayang

1.1.2.3. Aditya Pranata Sebayang, S.E./Dara Mustika br. Ginting, S.E.

1.1.2.3.1 Adeeva Eleanor br. Sebayang

1.1.2.4. Gilang Persada Sebayang, S.T.

1.1.3. Ir. Samson Sebayang / Masni Mendawaty br. Munthe, AMD
[sunting | sunting sumber]

1.1.3.1. Pangeran Pasha Saprialta Sebayang

1.1.3.2. Joel Jonathan Sebayang

1.1.3.3. Olivia Meritha br. Sebayang

1.1.3.4. Rebecha Prisilla br. Sebayang

1.1.4. Ir. Thomson Sebayang, MT / Irawati br. Ginting, SE
[sunting | sunting sumber]

1.1.4.1. Regina de Sora br. Sebayang ST

1.1.4.2. Vania Bridgitta br. Sebayang

1.1.4.3. Glenn Mehaga Sebayang

1.1.5. Agustina Srimita br. Sebayang, SE / Ir. Gelora Tarigan MM

1.1.5.1 Maurent Paskalina br. Tarigan

1.1.5.2 Inggrit Natasia br. Tarigan

1.1.6. Dra. Sri Aslina br. Sebayang / dr. Firman Nadeak

1.1.6.1. Maria Magdalena br. Nadeak

1.1.6.2. Kezia Firna Ananda br. Nadeak

1.1.7. Rabun Perdana Sebayang, SE / Riama Rosmawati br. Panjaitan
[sunting | sunting sumber]

1.1.7.1. Frederica Caroline br. Sebayang

1.1.7.2. Noviana Lestari br. Sebayang

1.1.7.3. Raynaldo Surantha Sebayang

1.1.8. Rabun Drantho Sebayang, ST/Reny Debora br. Ginting, SS
[sunting | sunting sumber]

1.1.8.1. Samuel Agung Sebayang

1.1.8.2. Hadassah Faith Mulia br. Sebayang


1.2. Katalit br. Sebayang/Jakima Tarigan

1.2.1. Dharwan Andri Tarigan/Sri Ukur Pinem

1.2.1.1. Jul Seventa Tarigan, SE, Ak., MA/Joice Karolina Kacaribu, SE

1.2.1.1.1. Jeremy Imanuel Arthur Tarigan

1.2.1.1.2. Jemima Raeleen br. Tarigan

1.2.1.1.3. Joanne Kelliana br. Tarigan

1.2.1.2. Rejeki Veranita br. Tarigan, SKM/Erik Simson Sinuhaji, S.Ti.

1.2.1.2.1. Evelyn Shalom Aurelia br. Sinuhaji

1.2.1.2.2. Joshua Nathanael Sinuhaji

1.2.1.3. Novita br. Tarigan, S,Sos/Deddy Oscar Ginting

1.2.1.4. Jenita br. Tarigan, S.Sos.

1.2.1.5. Agusta Tarigan

1.2.2. Ekonomi br. Tarigan/Mulia Sitepu

1.2.2.1.Yunita br. Sitepu/Kawan Setiawan Tarigan

1.2.2.1.1. Kartika br. Tarigan

1.2.2.1.2. Tesalonika br. Tarigan

1.2.2.2. Adianta Sitepu/Yanty

1.2.2.2.1. Rio Ananta

Sri Eva Ranika br. Sitepu/Irvan

1.2.2.2.2. Geraldo

1.2.2.2.3. Briqita Gilsey Senpa

1.2.2.3. Erik Saputra Sitepu


1.2.3. Sempurna Tarigan / Sunarti Wijaya br. Sebayang

1.2.3.1. Wita Aprianty br. Tarigan, SE, MHD/Drs Eko Budi Sentosa MM

1.2.3.2. Ir. Andi Oktavianus Tarigan/Ir Maria Gita Damar


1.2.4. Drs. Gemilang Tarigan, MBA / Ira Pranira, BSc. br. Sebayang

1.2.4.1. dr. Evan Ernandi Tarigan/dr Pasca

1.2.4.2. dr. Nurmala Dewi Maharani br. Tarigan


1.2.5. Tarlin Tarigan/Masmita br. Sebayang

1.2.5.1. Adi Doanta Ras Tarigan, SE/Linasari br. Sebayang

1.2.5.2. Lidiawati br. Tarigan/Herman Ginting

1.2.5.2.1. Keren br. Ginting

1.2.5.2.2. Melvin Ginting

1.2.5.3. Rika br. Tarigan


1.2.6. Riahna br. Tarigan, S.Pd., M.Kes./Kalvin Sitepu

1.2.6.1. Rika M.Theodora br. Sitepu,SE/Jimmy Nouetra Sembiring Meliala

1.2.6.1.1. Elizabeth Uziella br. Sembiring Meliala

1.2.6.2. Nelson Mandela Sitepu


1.2.7. Ir. Glora Tarigan, MM/Agustina Srimita br. Sebayang, SE

1.2.7.1 Maurent Paskalina br. Tarigan

1.2.7.2 Inggrit Natasia br. Tarigan


1.3. Ruth Kita br. Sebayang/Naik Damianus Tarigan, Sm.Hk

 1.3.1.  Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan/Dra. Malemta br. Sebayang
 1.3.1.1   Antonius Juanta Tarigan SE, S.Sos
 1.3.1.2   Franz-Josef Tarigan S.Ked
 1.3.1.3   Stefanie Theresia br. Tarigan


1.3.2. Andreas Tarigan/Cuaca br. Bangun/Meri br. Kaban

 1.3.2.1.  Elisa Laurensia br. Tarigan S.Kom/Nicky Enos Lubis, AMD
 1.3.2.1.1.   Rufus Maris Lubis
 1.3.2.1.2.   Chelsea Emureen br, Lubis
 1.3.2.1.3.   Amabelle Angelyn br. Lubis
 1.3.1.1.   Monica Wendasary Tarigan AMD.Kom
 1.3.1.2.   Lionta Jacobs Tarigan
 1.3.1.3.   Yoganta Philips Tarigan


1.3.3. Dra.Susanna br. Tarigan/Drs.Kamsen Pinem

 1.3.3.1. Laurensius Albert Bastantae Pinem
 1.3.3.2. Yesica Sisilia br. Pinem
 1.3.3.2. Rezky Ronaldo Pinem

1.4. Mr. Kencana Linor Sebayang/Erly br. Tarigan

[sunting | sunting sumber]
        1.4.1.   Suzy Handayani br. Sebayang/Ir. Juni Herry Tarigan
          1.4.1.1   Chatherine Natasha Cleopatra br. Tarigan, S.Sn.
          1.4.1.2   Dinda Nirmala Sari Tarigan, SE (cum laude UI)/Joshua Simantupang
          1.4.1.2.1 Jadynn Simatupang
          1.4.1.3   Janvier Richard Ricardo Tarigan 
1.4.2. Ir. Aries Eklesia Sebayang / Ribka Ratna Singarimbun, SH.
[sunting | sunting sumber]
          1.4.2.1   Comando Gheocotea Putra Sebayang
          1.4.2.2   Kania Valencia br. Sebayang
1.4.3. Ir. Andy Ardent Sebayang / Endah Susiana, ST.
[sunting | sunting sumber]
           1.4.3.1  Lukas Kevin Balanduanta Sebayang
           1.4.3.2.  Lovanda Claudia Anastasia br. Sebayang


1.4.4. Ir. Deddy Aditya Sebayang Msc./Ir Agnes Muriani Rahayu,
[sunting | sunting sumber]
          1.4.4.1.  Teresia Gaia br. Sebayang
          1.4.4.2.  Naomi Zola br. Sebayang
          1.4.4.3.  Mikael Bhumi Sebayang


1.5. Jendamin br. Sebayang/Drs. Kitaras Sinulingga

       1.5.1. Surya Sinulingga/Setianna br. Sebayang
          1.5.1.1   Oktavyanus Sinulingga
          1.5.1.2   Ricky Bastanta Sinulingga
          1.5.1.3   Dofandy Sinulingga
          1.5.1.4   Sry Natalia Maharani br. Sinulingga


1.6. Dra. Pringetten br. Sebayang / Ukurmuli Ginting Suka

       1.6.1.  Eddie Surantha Ginting Suka/Sehtariani br. Sebayang, SE.
      1.6.1.1  Deriel Diva Moses Ginting Suka
      1.6.1.2  Elliora br. Ginting Suka
      1.6.1.3  Flore br. Ginting Suka
       1.6.2. Dwi Putri Rehulina br. Ginting S.P/ Ir. Saveli Abdiel Nifty Mait
       1.6.2.1. Jeremiah Mait bere Ginting

1.6.2.2. Hosanna Pingkan Ekklesia Mait bere Ginting

       1.6.3. Dianthama Kamikaze Ginting Suka, S.P. & Dipl Food Tech/Sita Juanita Sigalingging
       1.6.3.1 Jilena Joy br Ginting

1.6.3.2. Jilian Shalom br. Ginting

2. NAMPATI SEBAYANG/TERAN BR. GINTING/SIAT BR. GINTING

[sunting | sunting sumber]
     2.1. Palaren br. Sebayang / Ganti Sinulingga

2.1.1. Sutrisna br. Sinulingga / Hirayana Sobari

2.1.1.1 Noviyani, SH

2.1.1.2 Silviyani, ST

     2.1.2.   Pilih br. Sinulingga / Sofian Effendi Lubis

2.1.2.1 Muhammad Fauziansah Lubis

2.1.2.2 Rentina Yuliartati br. Lubis

2.2.2.3 Rahman Lubis

     2.1.3.  Kamta Sinulingga
     2.1.4. Rehulina br. Sinulingga/Effendi Silalahi
     2.1.4.1 Maria Erlinda br. Silalahi/Abraham F.H. Ginting
     2.1.4.2 Musasi F.K.     
     2.1.4.3 Metius R.G. Ginting
      2.1.4.4 Andreas Silalahi
     2.1.4.5  Daniel Eliando Silalahi


2.1.5. Drs. Junilan Sinulingga / Mita Rosita br. Sebayang

2.1.5.1 Rentina Aloisa br. Sinulingga

2.2. Budi Sebayang / Reta br. Ginting

[sunting | sunting sumber]
      2.2.1. Sehati br. Sebayang, AMD/Ir.Yakin Perangin- Angin

2.2.2.1 Edenith Glorya Prinsheba br. PerAngin-Angin

2.2.3.2 Gracious Kesuma Prinstama PerAngin-Angin

2.2.1.3 Billy Atlanta Simole Perangin-Angin

2.2.2. Arus Malem br. Sebayang, S.Pd./Ripin Ginting

     2.2.2.1 Pune Dean Wilhelmus Ginting
     2.2.2.2 Diasta Ginting
     2.2.2.3 Ekel Tory Rafael Ginting
2.2.3. Sentosa Sebayang, SE/Erika br. Ginting, AMD
[sunting | sunting sumber]
     2.2.3.1 Jane Clarissa br. Sebayang
     2.2.4 Roma Elysa br. Sebayang, SE/Lesmana Jaya Tarigan, AMD 
     2.2.5  Ramah br. Sebayang / Teksi Tarigan
     2.2.5.1  Asela Novanta Daro br. Tarigan
2.2.6 Gunawan Simon Sebayang, SE / Yenny Taria br. Ginting, AMD.
[sunting | sunting sumber]
     2.2.6.1   Grishelda Thea br. Sebayang


2.3. Rasken br. Sebayang/Ringan Ginting

2.3.1 Yuliani br. Ginting/Charlie Harris Surbakti

     2.3.1.1  Boyke Harris Surbakti AMD / Putri Tasya Surbakti
     2.3.1.2  Yosua Manuel Harris Surbakti
     2.3.1.3  Carolina Harris Surbakti
     2.3.1.4 Erlina Harris Surbakti/Christian Legg.
     2.3.2 Nelson Ginting/Icha br. Sitepu
     2.3.2.1   Jumaraja Ginting 

2.3.2.2 Benny Ginting


2.3.3 Pasti Jaya Ginting, S.Pol. / Rintan br. Karo, AMD

2.3.3.1 Nico Pasri Ginting

2.3.3.2 Priska Juliyanti br. Ginting

2.3.3.3 Lavendra Carlo Ginting



2.3.4 Paunnita br. Ginting / Togi Mangapul Sijabat, ST

2.3.4.1 Dana Bassya Keisha br. Sijabat

2.4. Jorengena br. Sebayang / Ndapet Naibaho, SH.

2.4.1 Srimita br. Naiboho BBA / Ir. Sustoni Ginting

2.4.1.1 Andre Jop Abaginna Ginting

2.4.1.2 Geby Rut Abaginna br. Ginting


2.4.2 Daniel Jefri Naiboho, SH / Eka Maria br. Sebayang

2.4.2.1 Angel Hana Frika br. Naiboho

2.4.2.2 Ezra Wiranaya Naiboho


2.4.3 Ir. Amos Naiboho, MM / Lestari br. Ginting, S.Pd

2.4.3.1 Elia Abdi Moshe Naiboho

2.4.4 Mahdalena br. Naiboho, AMD / Hayat Ginting, SE

2.4.4.1 Naomi Methanoya br. Ginting

2.4.4.2 Yehezekiel Calvin Ginting


2.4.5 Grace Hellen br. Naiboho, S.Sos & S.T. / Habel Ginting, S.T

2.4.5.1 Gladysia Ester Haginhena br. Ginting

2.5. Captu Sebayang / Kongsi br. Ginting.

[sunting | sunting sumber]
2.5.1 Bahagia Sebayang, SP / Florida br. Ginting, SP
[sunting | sunting sumber]

2.5.1 1 Michelia Alba Natari br. Sebayang

2.5.1.2 Misael Azharya Nezar Sebayang

2.5.2 Lindawati br. Sebayang, AMG / Aleksander Perangin-Angin

2.5.2.1 Emia Anastasia Pepayosa br. Perangin-Angin

2.5.2.2 Billy Adrianta Perangin-Angin

2.5.2.3 Louis Adam Genesis Perangin - Angin

2.5.3 Ir. Aber Sebayang/Veranita Anggarawati br. Sinuraya, S.Hut
[sunting | sunting sumber]

2.5.3.1 Rhea Natania Menaisa br. Sebayang

2.5.3.2 Dian Pranata Sebayang


2.5.4 Kristina Bernadetta br. Sebayang, SE / Apenta Ginting, SE

2.5.4.1 Ezekiel Jairo Valda Ginting

2.5.4.2 Sheryl Shifa Nhara br. Ginting

2.5.5 Eka Maria br. Sebayang / Daniel Jefri Naibaho, SH.

2.5.5.1 Angel Hana Frika br. Naibaho

2.5.5.2 Ezra Wiranaya Naibaho

2.6. Maju Sebayang / Masta br. Ginting

[sunting | sunting sumber]
2.6.1 Filiardi Sebayang / Erna Roslina br. Ginting
[sunting | sunting sumber]

2.6.1.1 Rahel Marta Karlina br. Sebayang

2.6.1.2 Vera Nurmala Sari br. Sebayang

2.6.2 Antonius Sebayang, SH. / Rehulina br. Sitepu
[sunting | sunting sumber]

2.6.2.1 Stevani Korentia br. Sebayang

2.6.2.2 Despia Zafanya br. Sebayang

2.6.2.3 Pratama Misael Andresta Sebayang

2.6.3 Ferianta Sebayang, SS. / Meilisa br. Meliala
[sunting | sunting sumber]

2.6.3.1 Reynata Vleonika br. Sebayang

2.6.3.2 Aurel Felicia br. Sebayang

2.7. Amid Sebayang/Rasta br. Bangun

[sunting | sunting sumber]
2.7.1 Mitcha Sebayang/Tenang Sembiring Kembaren
[sunting | sunting sumber]

2.7.1.1 Bavho Alfauns Sebayang

2.7.1.2 Bonha Ventura Sebayang

2.7.1.3 Grace May Sri Kharina br. Sebayang

2.8. Ir. Syukur Sebayang, MT/Rani br. Ginting, SE

[sunting | sunting sumber]

2.8.1 Diana Ninta Karina br. Sebayang, SE/Antonius Ginting, ST

2.8.1.1 Joachim Makabrena Ginting

2.8.2 Harhari Natanael Sebayang, SE/Ruth Anita Carolin Purba SPsi
[sunting | sunting sumber]

2.8.2.1 Faith Zaneta Demina br Sebayang

2.8.3 Enda Trangisa br. Sebayang, SE/Herry Edward Ginting, ST.

2.8.3.1 Gerald Edward Namura Ginting

2.8.4 Haga Badia Sebayang

2.9. Njagai Sebayang/Mambar br. Ginting

[sunting | sunting sumber]

2.9.1 .Santa Riani br. Sebayang, S.P&S.Pd/Putra Sembiring

2.9.2.1 Rafael Mahan Cichyo Sembiring

2.9.2.Nelam Dameyanta Sebayang/Rosa Lija br. Tarigan S.Kom
[sunting | sunting sumber]

2.9.2.1 Wesly Christian Sebayang

2.9.3.Erliasna br. Sebayang, SE/Kevin Agatha Purba, S.T

2.9.4.Ergunanta Sebayang

2.10 Adelina br. Sebayang / Saudara Sinuhaji, Sm. Hk.

2.10.1 Ellyeser/Lesbina br Sembiring

2.10.1.1 Septia Teresa br Sinulingga

2.10.1.2 Paslel Mathew Sinulingga

2.10.2.Simpati Mellyginta br.Sinuhaji

2.10.3.Atania Lameros br.Sinuhaji

3. RAJA KAMI SEBAYANG / NDELA BR. BUKIT

[sunting | sunting sumber]

3.1.Dra. Sanggup M. br. Sebayang / Drs. Kamar Ginting

 3.1.1   Dra Eva Marlin br. Ginting, M. Si / Prof Dr. Ternala Alexander Barus, M. Eng
 3.1.1.1  Shandra Agina br. Barus
 3.1.1.2 Fernando Natanael br. Barus


 3.1.2 Dra Inggritta R br. Ginting, Apt,M.Kes / Ir. Yoseph Muchtar Perangin-Angin
 3.1.2.1Vina Shiren Natasha br. Perangin-Angin
 3.1.2.2 Michael Alvares Perangin-Angin
 3.1.2.3 Sergio Suryawan Perangin-Angin


3.1.3 Chistina br. Ginting / Ir. Rolan Barth
3.1.3.1 Milisa Ulina Schroder

3.1.3.2 Fanesia Arihta Barth

3.1.3.3 Meriam Barth


 3.1.4 Drs. Yusak Surata Ginting / Rosiana br. Purba
 3.1.4.1 Moses Pratama Ginting
 3.1.4.2 Nadia Ferbina br. Ginting
 3.1.4.3 Theresia br. Ginting
 3.1.4.4 Chelsea br. Ginting
 3.2 Dra. Mahy br. Sebayang, SE/Jenda Nangkih Ginting Saragih, SH
 3.2.1 Franz Adytia Lesmana Ginting, S.Sos,M.Si / Emi Kristina br. Sinulingga, S.Sos
 3.2.1.1.Imannuel Ginting

3.3 Drs. Linggar D. Sebayang, Ak / dr. Sri Hati br. Sinulingga

[sunting | sunting sumber]

3.3.1 Gianinna Miranda br. Sebayang, S. Si / Ir. Ika Jayanta Bangun

3.3.1.1 Michelle Angelita br. Bangun
3.3.1.2 Merianne Beatrice br Bangun
3.3.1.3 Mikha Benyamin Bangun
3.3.2 Mia Karina Rasita br. Sebayang, AMD / Bangun Lingga Nesken Manurung,
3.3.2.1 Bintang Auberta Karina br. Manurung
3.3.3.2 Daniel Manurung
3.3.3 Andre Tuah Rigarta Sebayang


Pantek Sebayang, kawin lagi dengan 3 orang beru Bangun dari Batukarang