Penyakit hewan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Anjing yang menderita rabies, salah satu penyakit hewan paling mematikan yang banyak ditemukan di seluruh dunia.

Penyakit hewan adalah perubahan struktur dan/atau fungsi tubuh hewan nonmanusia yang mengakibatkan gangguan kesehatan. Penyakit hewan dapat bersifat individual, menular dari satu hewan ke hewan lain, maupun menular dari hewan ke manusia (zoonosis).

Bagi manusia, hewan memiliki banyak peran, misalnya sebagai hewan ternak, hewan kesayangan, dan hewan percobaan. Jika kesehatan hewan terganggu, maka dapat terjadi kerugian ekonomi, psikologis, hingga dampak kesehatan bagi manusia. Selain itu, kematian hewan akibat penyakit dapat menyebabkan spesies hewan menjadi punah. Ilmu yang mempelajari cara mendiagnosis, menangani, dan mencegah penyakit hewan adalah kedokteran hewan.

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Sama seperti manusia, penyakit pada hewan ada yang bersifat individual dan ada yang menular. Penyakit hewan yang sifatnya individual dapat disebabkan oleh cacat genetik, proses degeneratif, gangguan metabolisme, cedera, dan keracunan. Sementara itu, penyakit hewan yang menular disebabkan oleh patogen atau agen infeksi seperti bakteri, virus, fungi, hingga prion, serta parasit seperti cacing, protozoa, dan ektoparasit.[1] Selain itu, penyakit akibat intervensi medis disebut penyakit iatrogenik,[2] sedangkan istilah untuk menyebut penyakit yang tidak diketahui sebabnya adalah idiopatik.[3]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Penyakit pada hewan sangat banyak dan beragam. Secara umum, penyakit hewan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis organisme penyebabnya (misalnya penyakit bakterial, viral, atau parasitik), berdasarkan jenis hewan yang menderita penyakit (misalnya penyakit sapi, unggas, anjing, atau kucing), atau berdasarkan bagian tubuh yang mengalami gangguan (misalnya penyakit pernapasan atau pencernaan). Tidak seperti penyakit manusia yang klasifikasinya telah dibakukan, misalnya dengan Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD),[4] belum ada sistem pengklasifikasian dan pengodean penyakit hewan yang diterapkan secara internasional. Meskipun demikian, sejumlah peneliti menggunakan ICD-11 untuk mengelompokkan penyebab kematian pada satwa liar,[5] dan peneliti lain membuat kode untuk neoplasma pada anjing.[6] Sejumlah ilmuwan juga menekankan pentingnya membuat sistem inventori yang menggabungkan penyakit manusia dan penyakit hewan, terutama yang bersifat zoonotik, untuk mewujudkan pendekatan Satu Kesehatan.[7][8][9]

Beberapa penyakit hewan memiliki dampak negatif yang sangat merugikan sehingga perlu diatur secara khusus, baik oleh organisasi internasional maupun oleh pemerintah suatu negara. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) membuat daftar penyakit, infeksi, dan infestasi yang kasusnya wajib dilaporkan oleh negara-negara anggotanya. Pada tahun 2022, daftar ini berisi 117 penyakit yang dikelompokkan menjadi penyakit pada hewan terestrial (mencakup sapi, kambing dan domba, kuda, babi, kelinci, burung, lebah, dan multispesies) serta penyakit pada hewan akuatik (mencakup ikan, moluska, krustasea, dan amfibi).[10]

Dampak[sunting | sunting sumber]

Penyakit hewan dapat menimbulkan dampak dengan cakupan yang bervariasi. Dampak yang paling nyata adalah pada kesehatan dan kesejahteraan hewan. Kualitas hidup hewan yang berpenyakit dapat terganggu dan menurun karena munculnya berbagai gejala dan tanda klinis, misalnya demam, lemas, kesulitan bernapas, hingga kematian. Penyakit juga dapat memengaruhi masyarakat luas, misalnya wabah penyakit pada hewan pangan, seperti wabah penyakit mulut dan kuku pada sapi dan wabah flu burung pada ayam, dapat menurunkan produksi bahan pangan dan mengganggu lalu lintas hewan dan produk hewan antardaerah dan antarnegara. Untuk memberantas wabah penyakit, kawanan hewan dapat didepopulasi dan produk hewan dapat dimusnahkan yang kemudian memicu penurunan ketersediaan bahan pangan dan menaikkan harganya.[11][12][13] Selain dampak ekonomi, penyakit hewan juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat. Banyak penyakit hewan yang dapat menular ke manusia, baik secara langsung, misalnya karena kontak fisik, atau secara tidak langsung, misalnya karena manusia mengonsumsi pangan asal hewan yang terkontaminasi patogen. Diperkirakan sekitar 60% penyakit menular pada manusia berasal dari hewan.[14]

Studi ekonomi veteriner sering kali membahas kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penyakit hewan. Beban penyakit hewan secara global merupakan metrik yang digunakan untuk mengukur kerugian, biaya yang dikeluarkan, dan hilangnya pendapatan akibat penyakit-penyakit hewan.[15][16] Penyakit pada hewan-hewan langka juga berpotensi menyebabkan kepunahan spesies hewan tersebut.[17] Sebagai contoh, punahnya Rattus macleari yang endemik di Pulau Natal diduga diakibatkan oleh infeksi Trypanosoma.[18]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Pemerintah Indonesia (2014), Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PDF), Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5619, Jakarta: Sekretariat Negara, Pasal 1 angka 35. Penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang disebabkan oleh cacat genetik, proses degeneratif, gangguan metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit, prion, dan infeksi mikroorganisme patogen. 
  2. ^ Peer, Rafia Farooq; Shabir, Nadeem (2018). "Iatrogenesis: A review on nature, extent, and distribution of healthcare hazards". Journal of Family Medicine and Primary Care. 7 (2): 309–314. doi:10.4103/jfmpc.jfmpc_329_17. ISSN 2249-4863. PMC 6060929alt=Dapat diakses gratis. PMID 30090769. 
  3. ^ Tirlapur, Seema A.; Priest, Lee; Daniels, Jane P.; Khan, Khalid S.; MEDAL Study Management Group (Desember 2013). "How do we define the term idiopathic?". Current Opinion in Obstetrics & Gynecology. 25 (6): 468–473. doi:10.1097/GCO.0000000000000025. ISSN 1473-656X. PMID 24121599. 
  4. ^ "International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD)". World Health Organization. Diakses tanggal 1 Januari 2023. 
  5. ^ Marchetti, Cristina; Cantoni, Anna Maria; Ferrari, Luca; Pisani, Giovanni Maria; Corradi, Attilio (19 Juli 2022). "Use of the international classification of diseases (ICD)-11 method applied to veterinary forensic pathology for coding the cause and manner of death in wildlife". Frontiers in Veterinary Science. 9: 898721. doi:10.3389/fvets.2022.898721. ISSN 2297-1769. 
  6. ^ Pinello, Katia; Baldassarre, Valeria; Steiger, Katja; Paciello, Orlando; Pires, Isabel; Laufer-Amorim, Renée; Oevermann, Anna; Niza-Ribeiro, João; Aresu, Luca (16 Meret 2022). "Vet-ICD-O-Canine-1, a System for Coding Canine Neoplasms Based on the Human ICD-O-3.2". Cancers. 14 (6): 1529. doi:10.3390/cancers14061529. ISSN 2072-6694. 
  7. ^ Moore, George E.; Lund, Elizabeth (2009). "Disease Reporting and Surveillance: Where Do Companion Animal Diseases Fit In?". Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice. 39 (2): 225–240. doi:10.1016/j.cvsm.2008.10.009. 
  8. ^ Wendt, A.; Kreienbrock, L.; Campe, A. (2014). "Zoonotic Disease Surveillance - Inventory of Systems Integrating Human and Animal Disease Information". Zoonoses and Public Health: n/a–n/a. doi:10.1111/zph.12120. 
  9. ^ Shanbehzadeh, Mostafa; Nopour, Raoof; Kazemi-Arpanahi, Hadi (2022). "Designing a standardized framework for data integration between zoonotic diseases systems: Towards one health surveillance". Informatics in Medicine Unlocked. 30: 100893. doi:10.1016/j.imu.2022.100893. 
  10. ^ "Animal Diseases". World Organisation for Animal Health. Diakses tanggal 1 Januari 2023. 
  11. ^ Davison, S.; Galligan, D.; Eckert, T. E.; Ziegler, A. F.; Eckroade, R. J. (15 April 1999). "Economic analysis of an outbreak of avian influenza, 1997-1998". Journal of the American Veterinary Medical Association. 214 (8): 1164–1167. ISSN 0003-1488. PMID 10212675. 
  12. ^ Thompson, D.K.; Muriel, P.; Russell, D.; Osborne, P.; Bromley, A.; Rowland, M.; Creigh-Tyte, S.; Brown, C. (1 Desember 2002). "Economic costs of the foot and mouth disease outbreak in the United Kingdom in 2001". Revue Scientifique et Technique de l'OIE. 21 (3): 675–687. doi:10.20506/rst.21.3.1353. ISSN 0253-1933. 
  13. ^ de Menezes, Taís Cristina; Countryman, Amanda M; Ferreira Filho, Joaquim Bento de Souza; Ferreira, Fernando (7 November 2022). "Economic assessment of foot-and-mouth disease outbreaks in Brazil". Q Open. 2 (2): qoac028. doi:10.1093/qopen/qoac028. ISSN 2633-9048. 
  14. ^ Taylor, L.H.; Latham, S.N.; Woolhouse, M.E. (2001). "Risk factors for human disease emergence" (PDF). Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci. 356 (1411): 983–989. doi:10.1098/rstb.2001.0888. PMID 11516376. 
  15. ^ "The Global Burden of Animal Disease". World Organisation for Animal Health. Diakses tanggal 1 Januari 2023. 
  16. ^ "Global Burden of Animal Diseases". Global Burden of Animal Diseases. Diakses tanggal 1 Januari 2023. 
  17. ^ McCallum, Hamish (2012). "Disease and the dynamics of extinction". Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences. 367 (1604): 2828–2839. doi:10.1098/rstb.2012.0224. ISSN 0962-8436. PMC 3427566alt=Dapat diakses gratis. PMID 22966138. 
  18. ^ Wyatt, Kelly B.; Campos, Paula F.; Gilbert, M. Thomas P.; Kolokotronis, Sergios-Orestis; Hynes, Wayne H.; DeSalle, Rob; Daszak, Peter; MacPhee, Ross D. E.; Greenwood, Alex D. (2008-11-05). Ahmed, Niyaz, ed. "Historical Mammal Extinction on Christmas Island (Indian Ocean) Correlates with Introduced Infectious Disease". PLoS ONE. 3 (11): e3602. doi:10.1371/journal.pone.0003602. ISSN 1932-6203. PMC 2572834alt=Dapat diakses gratis. PMID 18985148.