Perayaan Ortodoksi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Minggu Ortodoksia
Minggu Kemenangan Ortodoksi
Ikon sang Theotokos dan Bayi Kristus serta para malaikat dan orang kudus dari tahun 600 dan merupakan salah satu ikon yang selamat dari pergerakan paham ikonoklasme
JenisGereja Ortodoks Timur
Tanggalberagam mengikuti tanggal dan hari Paskah
Tahun 2024
  • 24 Maret
Tahun 2025
  • 9 Maret
Tahun 2026
  • 1 Maret
Frekuensitahunan
Tahun Liturgi
Gereja Ritus Barat
Gereja Ritus Timur

Perayaan Ortodoksi atau biasa disebut pula sebagai Minggu Ortodoksi atau Minggu Kemenangan Ortodoksi dirayakan setiap tahunnya pada hari Minggu pertama pada masa Puasa Agung, yakni hari Minggu setelah Senin Bersih atau 42 hari/enam Minggu sebelum hari raya Paskah. Perayaan ini dirayakan oleh gereja-gereja ritus Bizantium, yakni Gereja Ortodoks Timur dan Gereja-gereja Katolik Timur. Perayaan ini diadakan sebagai momen untuk memperingati kekalahan ikonoklasme dan pengembalian penggunaan ikon dalam bangunan gereja.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Meskipun penggunaan ikon pada bangunan gereja telah diatur pada Konsili Ekumenis Ketujuh tahun 787. Pergerakan ikonoklasme mulai menimbulkan permasalahan dalam tubuh gereja. Akan tetapi setelah kematian Kaisar Teofilos yang merupakan penganut pergerakan ikonoklasme, sang penerus yaitu Kaisar Mikhael III, bersama dengan ibunya Maharani Theodora dan Patriark Methodios I memanggi Sinode Konstantinopel pada tahun 843 untuk membawa kedamaian ke dalam tubuh gereja. Di akhir sesi pertama sinode tersebut, semua yang hadir membuat prosesi kemenangan dengan membawa ikon dari Gereja Santa Maria Blakhernaum menuju Gereja Hagia Sofia sebagai simbol kekalahan ikonoklasme dan pemulihan kembali penggunaan ikon dalam bangunan gereja. Prosesi tersebut terjadi pada tanggal 11 Maret 843, yang bertepatan dengan hari Minggu pertama (enam Minggu sebelum Paskah) pada masa Puasa Agung. Sinode tersebut kemudian menetapkan bahwa perayaan tersebut harus terus-menerus dijalankan tiap hari Minggu pertama pada masa Puasa Agung dan menamai hari itu sebagai "Minggu Ortodoksi" (ἡ Κυριακὴ τῆς Ὀρθοδοξίας).[2]

Penggunaan nama "Ortodoksi" pada perayaan ini secara tidak langsung mempengaruhi pemaknaan dari perayaan ini sendiri. Perayaan yang pada awalnya sebagai bentuk sukacita atas kekalahan paham ikonoklasme ini sekarang lebih dimaknai sebagai bentuk perayaan menentang bentuk-bentuk Heterodoks.

Teks liturgis[sunting | sunting sumber]

Teks atau bacaan liturgis untuk Kanon, Sinodikon, dsb. dan rubrik tertuang dalam Triodion Prapaskah. Tema pada hari Minggu Kemenangan ortodoksi ini adalah kemenangan iman yang benar dan sejati dari segala bentuk bidah dan kesesatan, "...Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita" (1 Yohanes 5:4) serta ikon para orang kudus turut bersaksi bahwa manusia merupakan makhluk yang tercipta "menurut gambar dan rupa Tuhan Allah" (Kejadian 1:26) menjadi suci dan kudus serta penuh dengan keilahian melalui penyucian diri sebagai gambar dan rupa dari Tuhan Allah yang hidup.

Hari Minggu pertama pada masa Puasa Agung pada mulanya merupakan hari peringatan para Rasul Perjanjian Lama seperti Musa, Harun, dan Samuel. Ayat Aleluya, Prokeimenon, Epistola, dan Pembacaan Injil dari liturgi di hari ini masih mencerminkan peringatan terhadap para Nabi Perjanjian Lama tersebut.

Makna Teologis[sunting | sunting sumber]

Nama dari perayaan ini sendiri menggambarkan bahwa ikon memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan beragama Gereja Ortodoks. Ikon-ikon tersebut bukan hanya sekedar pelengkap dari setiap kehidupan keagamaan umat yang beriman, melainkan sebagai integral dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalani segala aktivitas keagamaan dan peribadatan dalam tradisi Gereja Ortodoks. Gereja sendiri memandang bahwa ikon itu sendiri mempunyai karakter yang kudus dan sakramental dari pribadi atau figur yang digambarkan dalam ikon tersebut. Selain itu, umat Ortodoks berpegang teguh pada pandangan bahwa ikon sendiri merupakan bentuk akibat dari mengimani atau meyakini Inkarnasi sang Firman Allah (1 Yohanes 5:04), yaitu Yesus Kristus. Akan tetapi, umat Ortodoks selalu memberikan perbedaan yang jelas antara Pemuliaan (Proskinesis) kepada ikon-ikon dan Penyembahan (Latria) yang hanya pantas dilakukan kepada Tuhan Allah Tritunggal.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions by Merriam-Webster (Jan 2000) ISBN 0877790442 page 231
  2. ^ Henry R. Percival, ed. (1994). Nicene and Post-Nicene Fathers, 2nd Series. 14: The Seven Ecumenical Councils. Peabody, MA: Hendrickson Publishers, Inc. hlm. 576. ISBN 1-56563-130-7.