Perilaku sosial

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Perilaku mempengaruhi aksi sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan masalah-masalah. Menyadari permasalahan-permasalah dalam masyarakat sebagai sebuah penafsiran. Akan halnya tingkatan suatu perilaku adalah rasional (menurut ukuran logika atau sains atau menurut standar logika ilmiah), maka hal ini dapat dipahami secara langusung.Referensi lain menyebutkan bahwa perilaku sosial merupakan fungsi dari orang dan situasinya.Dimaksudkan disini adalah setiap manusia akan bertindak dengan cara yang berbeda dalam situasi yang salam, setiap perilaku seseorang merefleksikan kumpulan sifat unik yang dibawanya ke dalam suasana tertentu yaitu perilaku yang di tunjukkan seseroang ke orang lain.

Perilaku Sosial Individu[sunting | sunting sumber]

Dalam memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan ciri-ciri respon interpersonalnya, yang terdiri dari:

  1. Kecenderungan Peranan (Role Disposition, yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu
  2. Kecenderungan Sosiometrik (Sociometric Disposition), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain, dan
  3. Ekspressi (Expression Disposition), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion).[1]

Faktor-faktor Perilaku Sosial[sunting | sunting sumber]

Faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku sosial :

Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku sosial yaitu faktor internal dan faktor eksternal, adapun penjelasan nya sebagai berikut :

a) . faktor internal

merupakan faktor penyebab perilaku sosial itu dari diri manusia itu sendiri, yang menjadi bawaan dari sejak lahir.


Agama,dan kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional dan intelektual

b). Faktor eksternal sebagai berikut :



1. Lingkungan keluarga

2. Lingkungan masyarakat faktor - faktor

Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku sosial yaitu faktor internal dan faktor eksternal, adapun penjelasan nya sebagai berikut :

a) . faktor internal, merupakan faktor penyebab perilaku sosial itu dari diri manusia itu sendiri, yang menjadi bawaan dari sejak lahir. Ada beberapa contoh faktor internal sebagai berikut :

1. Motivasi

2. Agama

3. Kecerdasan emosional dan intelektual

b). Faktor eksternal


merupakan faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri, dengan kata lain faktor eksternal ini faktor yang berasal dari luar. Ada beberapa contoh faktor internal sebagai berikut :

1. Lingkungan keluarga

2. Lingkungan masyarakat

Ilmu Sosial[sunting | sunting sumber]

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari perilaku sosial dan juga ilmu yang bisa memberikan sumbangan kepada perbaikan masyarakat, kebenarannya yang diuji secara sistematis bisa memberikan pegangan bagi penyelesaian konflik-konflik yang mengganggu. ada juga klaim inheren dari ilmu sosial bahwa ilmu sosial berfungsi sebagai salah satu peranti (intelektual) dalam penyelesaian - pembatasan, pengelolaan, atau penangkalan - konflik-konflik sosial. beberapa sosiolog bahkan mengisyaratkan bahwa sains mereka secara sosial mutlak perlu mengingat adanya kekeacauan di antara kelompok-kelompok dan ilmu-ilmu sosial, temuan-temuan teoretis bukan hanya memberikan sumbangan kepada pencapaian saling pengertian, melainkan juga mendorong individu untuk memberikan komitmen pada persuasi yang rasional dan tanpa kekerasan, yang dibutuhkan di dunia yang irasional dan penuh dengan kekerasan (berger dan Berger, 1972;363).

Referensi lain menyebutkan bahwa ilmu sosial merupakan ilmu yang unik.[2] Ilmu sosial tidak dapat dirumuskan secara pasti bagaimana ilmu eksak, tidak dapat ditentukan secara mutlak salah atau benarnya, serta tidak dapat dirangkum dalam sebuah teori yang berlaku sepanjang masa.[2] Ilmu sosial mempelajari manusia dari banyak sudut pandang dan dalam banyak cara.[2] Oleh karena itu, teori dalam ilmu sosial selau berkesinambungan dan tidak dapat berdiri sendiri tanpa ada teori sosial yang lainnya.[2] Teori baru tentang Perilaku Sosial (Social Behavior) ini semuanya dapat menopang terhadap, Sosiologi sebagai metode. Maksudnya disini sebagai reaksi terhadap formalisme yang telah teroganisasi dengan baik. Formalisme kemudian bertahan pada definisi sosiologi memulai produk interpretasi. Tapi kemudian perilaku sosial telah membangun sosiologi sebagai satu ilmu sosial yang empirik. Signifikasinya maka setiap cabang perilaku sosial memberikan sumbangan metode kepada sosiologi. Sugesti tersebut datang dari ajaran Ross, Trade dan Gidding yang telah aktif untuk merekonstruksi sosiologi menjadi ilmu yang dapat diperhitungkan secara umum. Persons adalah salah seorang dari mereka yang patut diperhitungkan karena telah merekonstruksinya menjadi suatu illmu konstruksi skala masyarakat. Hal ini penting dan akan menjadi data primer bagi sosiologi itu sendiri.

Akhirnya metode sosiologi menjadi pandangan utama bagi teori aksi sosial, dan dari sinilah sebenarnya fondasi tersebut dibangun. Ajaran Weber, mungkin dapat dipandang sebagai tipe ideal sebagai ilustrasi antara metode sosiologi dengan teori aksi sosial, dan mengkomparasikannya menjadi sebuah komparasi yang benar. Di antararelevansi dan hasil umum dari perilaku sosial adalah (1) pengenalan seseorang terhadap objek studi sosiologi dan (2) Membangun psikologi sosial menjadi satu pondasi bagi cabang ilmu sosiologi. Tampak di sana hanya pada efek tertentu dan perilaku sosial tetap permanen menjadi satu signal khusus bagi sosiologi.

Antropologi[sunting | sunting sumber]

Antropologi adalah sebuah disiplin ilmu sosial yang mempelajari manusia dan kebudayaannya. menurut pendapat Meiners kebudayaan berkembang dari kondisi yang liar menuju kondisi yang jinak menjadi kondisi kebebasan dengan karakteristik konfigurasi sosial yang berbeda tiap periodenya. Antropologi mempunyai peran penting dalam ilmu sosial melalui kajian-kajian terhadap budaya tradisional dalam sejarah. Para antropolog mempunyai spesialisasi linguistik, pada dasarnya antropologi bekerja menunggungkap keganjilan dan perbedaan budaya dalam sejarah.

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Ekonomi adalah sebuah displin ilmu sosial yang mempelajari tentang kegiatan produksi manusia dan industrial.[3] Adam Smith memposisikan ilmu ekonomi sebagai disiplin ilmu sosial yang mandiri. Pada abad ke-18 ilmu ekonomi merupakan pemaparan karakter ekonomi dengan dasar rasional sebagai kemungkinan-kemungkinan motivasi sosiologi.

Geografi[sunting | sunting sumber]

Geografi adalah sebuah disiplin ilmu sosial yang mempelajari tentang lingkungan manusia di atas permukaan bumi. Alexander Von Humboldt merupakan seorang profesor pertama dalam bidang geografi berpendapat bahwa lingkungan telah menyediakan beragam habitat untuk mengakomodasi beragam karakteristik manusia.

Ilmu Hukum[sunting | sunting sumber]

Ilmu hukum adalah sebuah disiplin ilmu sosial yang mempelajari tentang aturan-aturan dalam masyarakat. Savigny berpendapat bahwa hukum lahir dari karakteristik tertentu dari masyarakat. karakter tersebut juga sesuai dengan perilaku, bahasa, dan konstitusi masyarakat bersangkutan. secara universal tindakan simbolik terjadi ketika hak dan kewajiban tercipta serta dibedakan. Tindakan formal seperti itu merupakan aturan sejati dalam hukum. Program yang disarankan Savigny adalah kajian yang memperkokoh fakta-fakta sejarah aktual dalam hukum dan bersifat historis juga bersifat perbandingan.

Ilmu Politik[sunting | sunting sumber]

Ilmu Politik adalah suatu disiplin ilmu sosial yang mempelajari tentang pemerintahan negara dan permasalahan negara.

Psikologi[sunting | sunting sumber]

Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu sosial yang mempelajari tentang perilaku manusia dan kesadaran jiwanya.

Sosiologi[sunting | sunting sumber]

Sosiologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang individu dan masyarakat dalam kehidupan sosial. kehidupan merupakan refleksi dari peristiwa dan pengalaman yang bersifat general. Kearifan masyarakat merupakan esensi dalam pengetahuan bersama dalam masyarakat. Pengetahuan bersama tersebut penting bagi masyarakat dalam memelihara keterlibatan sosial.


Lihat Pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Krech et.al (1962). Individual in Society. BandunTokyo: McGraw-Hill Kogakasha. hlm. 104-106. 
  2. ^ a b c d Sindung Haryanto (2012). Spektrum Teori Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern. Jakarta: Ar-Ruzz Media. hlm. 5. 
  3. ^ Karl Mark (2004). Kapital Sebuah Kritik Ekonomi Politik. Hasta Mitra --Seri Buku Ilmiah--. hlm. xxvii. 
  • Anton Van Harskamp (2005). Konflik-Konflik dalam Ilmu Sosial. Yogyakarta: Kanisius. 
  • Wardi Bacthiar (2010). Sosiologi Klasik Dari Comte hingga Parsons. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. hlm. *.