Pintu Air Manggarai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pintu Air Manggarai adalah pintu air yang berada di daerah Manggarai, sebagai pengatur aliran air yang akan memasuki Kanal Banjir Barat. Pintu air ini merupakan bagian dari pengendalian banjir di Ciliwung dengan mengalihkan air ke bagian luar Jakarta, melewati kanal dari Manggarai, di kawasan selatan Jakarta sampai ke Muara Angke di pantai utara. Setelah dari pintu air Manggarai, air akan mengalir ke Pasar Rumput, Dukuh Atas, lalu membelok ke arah barat laut di daerah Karet Kubur, kemudian dilanjutkan ke arah Tanah Abang, Tomang, Grogol, Pademangan, dan berakhir di sebuah reservoar di muara, di daerah Pluit.[1]

Dalam pengoperasiannya, Pintu Air Manggarai terkait erat dengan Pintu Air Karet.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sejarah Pintu Air Manggarai terkait dengan pembangunan Kanal Banjir Barat, dimulai dengan adanya ide menghubungkan Kali Krukut dengan Kali Ciliwung, sehingga mengalihkan aliran air yang selama ini menggenangi Menteng dan Weltevreden. Dengan pengaturan air sejak dini dari bagian selatan Jakarta, diharapkan beban banjir di pusat kota pada masa itu lebih ringan.

Prof. Ir. Hendrik van Breen adalah insinyur yang bertanggung jawab membuat perencanaan pengendalian banjir melalui Kanal Banjir Barat, sistem polder, dan rencana Kanal Banjir Timur pada masa itu. Namun hingga 2003, hanya Kanal Banjir Barat yang berhasil diwujudkan. Akibatnya air hanya mengalir dari yang seharusnya menggenangi Jakarta Pusat, beralih menggenangi daerah yang lebih rendah di Manggarai dan Jatinegara. Barulah setelah pemerintahan Presiden Megawati, ide itu kembali dilanjutkan melalui Kanal Banjir Timur.[2]

Tumpukan sampah[sunting | sunting sumber]

Pintu Air Manggarai menghadapi masalah tumpukan sampah setiap tahun yang mengganggu kerja pintu air. Hal ini disebabkan buruknya kesadaran warga dalam manajemen sampah serta pemukiman warga yang dibangun di atas kali Ciliwung. Pada tahun 2011, penjaga pintu air menyatakan sampah bisa mencapai 100 meter kubik setiap harinya, dan meningkat tiga kali lipat saat banjir.[3]Wakil Gubernur pada periode tersebut, Prijanto, pernah menegur buruknya penanganan sampah yang menyebabkan memburuknya banjir.[4]

Pada tanggal 24 Desember 2012, Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama menyatakan bahwa telah menjalin komunikasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum untuk mengganti mesin pengeruk sampah yang telah lama rusak. Selama terjadi kerusakan, fungsi mesin ini digantikan oleh ekskavator.[5]

Penambahan kapasitas[sunting | sunting sumber]

Kini Pintu Air Manggarai telah ditingkatkan dari tiga menjadi empat pintu, sehingga kapasitasnya pun otomatis bertambah dari 330 meter kubik per detik menjadi 500 meter kubik per detik. Diikuti upgrade di Pintu Air Karet dari 500 meter kubik per detik menjadi 750 meter per detik. Diharapkan dengan penambahan kapasitas ini, ancaman banjir di Jakarta Pusat, terutama Latuharhari, semakin berkurang.[6]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]